Bertemu Sahabat Lama


POV Citra


Sejenak setelah kepergian Rony sore hari itu, aku masih tak bisa menahan air mata yang jatuh di pipi. Lalu segera setelahnya, aku beranjak dari kursi tempatku duduk semula kemudian bergegas menuju kamar. Namun tinggal beberapa langkah lagi sampai, ibu mendapatiku tengah berjalan lalu beliau menghentikan langkahku sambil memanggil. Aku hanya bisa berdiri mematung tak bergerak.

"Loh, Citra? Bukannya kamu tadi udah tidur, nak?" Tanya beliau yang baru saja memasuki pintu depan.

"Eh, iya, Bu. Tadi Citra mau ambil minum dulu, haus banget soalnya," Sahutku sembari setengah melirik ke arah beliau. Ibu hanya melempar senyum padaku, kemudian berlalu menuju ke ruang belakang.

Lalu aku kembali masuk ke kamar, menutup dan mengunci pintunya. Kemudian merebahkan diri di atas ranjang, entah mengapa kali ini mata sangat sulit untuk dipejamkan.

Kucoba untuk membalikan badan ke kiri dan ke kanan namun usahaku untuk kembali tidur sia-sia. Akhirnya kuputuskan untuk mengambil ponsel yang ada di atas meja, lalu mulai menggeser layar sembari kedua mata ini fokus mencari salah satu kontak yang hendak kuhubungi.

Jariku berhenti menggeser layar ponsel saat aku sudah menemukan kontak salah satu teman baikku. Tertulis jelas dalam layar ponsel, nama kontak tersebut bernama 'Evis Dewi Sarwendah'.

Sudah menjadi kebiasaanku dari dulu, aku selalu menyimpan kontak orang-orang yang kukenal dengan nama lengkap orang tersebut. Kemudian kedua jempol mulai mengetik layar ponsel, maksudku hendak memanggil Evis agar mau berkunjung ke rumahku malam ini. Aku butuh teman untuk bicara, membagikan apa yang kurasakan saat ini.

"Vis, kamu bisa gak, malam ini menginap di rumahku?" Sebuah pesan singkat yang sudah selesai kuketik, langsung kukirimkan pada sahabatku itu. Tak lama kemudian, muncul pop up dengan foto Evis tampil di layar ponsel.

"Balasannya sangat cepat, sepertinya dia sedang tidak sibuk," Gumamku dalam hati.

Setelah ku klik notifikasi dari pop up yang muncul, kemudian terlihat balasan dari Evis.

"Enggak sih, hari ini semua kerjaan udah beres kukerjakan. Emangnya ada apa? Kamu mau curhat lagi ya?" Kurang lebih begitu balasan darinya.

"Enggak curhat sih, cuma butuh temen ngobrol aja buat malem ini," Balasan segera kukirim kembali padanya. Kemudian tak lama ia membalasnya lagi.

"Ya udah, nanti malem jam 7 aku kesitu ya," Sahut Evis dari seberang sana.

"Oke deh, kutunggu loh! Jangan lupa bawain seblak, ya. Hehe... " Balasan terakhir kututup dengan candaan. Lalu kusimpan ponsel di atas meja kembali.

***

Waktu berlalu begitu cepat, malam pun tiba. Aku duduk di teras depan sembari ditemani secangkir teh manis hangat. Sudah sedari tadi aku menunggu Evis namun tanda-tanda kemunculan sahabatku itu belum kunjung terlihat juga.

Ponsel yang tadinya ada di atas meja, langsung kuraih. Aku memang berniat untuk mencoba menghubungi Evis dan menanyakan padanya. Namun, baru saja aku membuka kunci layar ponsel. Tiba-tiba terdengar suara motor yang berhenti tepat di depan pagar rumahku.

Kulihat, ada tiga motor dengan pengendaranya menggunakan jaket berwarna hijau dan helm yang berwarna senada khas ojek online yang berhenti di depan sana. Aku sempat bergumam sedikit dalam hati. Kira-kira siapa yang ada di sana?

Kemudian setelah ketiga motor itu pergi, ada sekitar tiga orang yang menunggu di balik pagar dan mengucapkan salam.

"Assalamu alaikum... Assalamu alaikum... " Suara ketiga memanggil dan menunggu agar pintu pagar segera dibuka. Memang aslinya pagar rumahku terbuat dari kerangka besi dan ditutupi kayu balok padat hingga menyisakan sedikit celah untuk mengintip. Hal itulah yang membuatku kesulitan menebak siapa yang datang.

"Walaikum salam, tunggu sebentar," Sahutku sembari berjalan menghampiri pagar rumah.

Kemudian setelah pintu pagar terbuka, terlihat tiga orang sahabatku sedang menunggu di ambang pintu. Aku tak menyangka, ternyata Evis membawa serta Rini dan Tuti untuk berkunjung ke rumahku malam ini.

"Halo, gimana kabarmu, say?" Seru Rini sembari mendekat lalu memeluk erat tubuhku.

"Ihh, kalian kok datang enggak bilang-bilang sih?" Sahutku sembari membalas pelukannya.

"Eh, aku juga ada disini loh, Citra," Seru Tuti sembari cengar-cengir di belakang Rini.

"Iya iya, semuanya kebagian pelukan kok," Jawabku, lalu kami berpelukan satu sama lain.

Sebenarnya kami memang sudah berteman sangat lama, baik Evis maupun Rini beserta Tuti adalah temanku sejak kami masih duduk di sekolah dasar. Namun, saat kami lulus SMA dan berniat untuk kuliah di kampus yang berbeda. Akhirnya kami terpisah.

Dan malam ini, kami berempat bisa kembali melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu.

"Yuk masuk dulu! kita ngobrolnya di teras aja biar enak," Ajakku pada mereka.

Kemudian kami melangkah bersama-sama, bahkan kami saling menggandeng tangan. Mungkin inilah rasanya memiliki teman yang sudah seperti saudara. Mengingat aku hanya anak tunggal.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top