denied
Aku di tolak
Sasuke x Naruto
Laut. Selalu menjadi tempat sakral bagi banyak orang. Ombak yang bergulung, langit yang mendekat, air yang melimpah. Angin yang berhembus. Semua. Misteri.
Sasuke menyukai laut sebagaimana dia menyukai sahabatnya sejak lama. Naruto.
Naruto tidak suka laut, karena tidak bisa berenang seperti Sasuke.
Maka malam ini, hingga malam-malam berikutnya---mungkin---Sasuke akan mendekatkan Naruto pada laut. Dengan cara:
Berkuda. Berdua.
.
Sasuke adalah seorang akuntan terbaik yang dimiliki tempatnya bekerja. Ia mapan. Ia tampan. Ia dua puluh delapan, dan masih mengayuh sampan.
Ya. Sampan berbekal cinta untuk sang sahabat.
Sudah sangat lama Sasuke mencintai Naruto. Selama itu pula Naruto mengetahuinya. Mereka tidak sadar dengan sebutan masokhis. Seperti itu. Setiap hari. Menyiksa diri.
Sasuke sudah tidak tahan. Naruto hanya tersenyum saja.
Hari ini seminggu sudah hari pertama di tahun 2018. Niat berlibur baru bisa terkabul.
Sasuke mengajak Naruto. Sembari ada maksud di balik segalanya.
Maka, lautlah dipilihnya. Malam-malam. Menunggang kuda. Berdua saja.
Naruto duduk di pelana, di depan. Sasuke di belakangnya, modus peluk terpenuhi. Langit laut saat malam indah sekali. Sasuke tersenyum dalam hati.
Tapal kuda menapak pasir pantai dengan apik, seperti ungkapan yang akan segera lahir dari bibir si pria raven.
Sasuke menolehkan kepala, berseru dramatis mirip di sinetron.
"Oh, ada botol!" katanya. Kuda di hentikan. Naruto, penasaran, impulsif turun mendului. Berlari ke arah botol berukuran sedang yang setengahnya tertimbun pasir lembut.
"Hey, ini botol surat." saat menengok, Sasuke sudah di belakangnya. "akan ku baca," gulungan kertas di cabut. Naruto membaca keras.
"Ini seperti surat cinta." gulungan mulai terbuka. "Will you marr---"
"Naruto.." di belakangnya, Sasuke memanggil. Naruto berbalik mendapati Sasuke berlutut dengan kotak cincin di tangannya.
"Sudah hampir lima tahun yang lalu, dobe. Aku sudah memantapkan hatiku. Hari ini adalah final. Aku tidak akan membohongi diri lagi. Jadi lah pendampingku. Naruto, maukah kau jadi suamiku?"
Laut nya masih sama. Langitnya juga. Pasir disana tidak berbisik. Kepiting merah, kura-kura kecil, tidak ada yang bernyanyi untuk mereka. Hanya ombak menggeliat.
Naruto tercenung. Sasuke tersenyum kelewat lebar hingga giginya hampir kering. Jantungnya berdentum kecil. Tidak mungkin tidak. Ini pasti iya.
Suara ombak mendikstrasi, layar nila dari langit setengah malam mendramatisir lokasi syuting kisah nyata romansa sepasang lelaki matang.
Naruto masih mematung. Memamer mata biru cemerlang. Gigi Sasuke sukses kering di tiup angin. Sudah sepuluh menit.
"Naruto?" Sasuke benar-benar khawatir Naruto kesurupan Nyi Roro Kaler, mungkin.
"Emh, ya?" Naruto mencetus seadanya. Masih terkejut.
"Kau mendengarku?"
"Emh, i-iya.." katanya lagi.
"Jadi?"
"Jadi?"
"Ya, apa jawabanmu?"
"Jaw-waban?" kening madu berkerut kusut. Sasuke merengut.
"Aku melamarmu barusan. Aku menunggu jawabannya."
"Oh, iya,"
"Hn?"
Lalu suara ombak bergelung memenuhi indera dengar mereka lagi. Langit malam masih murung sama seperti wajah porselen.
"Naruto??" Sasuke memastikan.
"Iya, a-aku---"
"..."
"Maaf Sasuke, sepertinya kau salah pengertian. A-aku---tidak bis--maksudku, bukan--aku---"
"Langsung saja jawabannya, lututku mulai keram sepertinya."
Laut bisu. Langitpun demikian.
"Sasuke, aku tidak bisa. Aku belum siap." Naruto mengadah menatap langit nila.
"Apa. Sepertinya aku mendengar tepukan yang sama dari hatimu, kata teman-teman. Di kantor." alis hitam menukik tajam. Alis pirang balas mengernyit.
Naruto menggeleng pelan.
"Ok--kay," Sasuke mengangguk pelan. "kau tidak sedang mengerjaiku 'kan, dobe?"
"Tidak. Aku tidak bisa. Kita ini teman, Sasuke." senyum Naruto sehangat pelukan ibu tapi kini dingin seperti angin laut malam ini.
"Chk, kau---dobe."
"Maaf, Sasuke."
"Sudahlah," Sasuke berdecak terus menerus. Berdiri. Mengajak Naruto pulang.
Kuda belang mereka tunggangi, kali ini dengan letoy. Sasuke mendengus.
"Aku bahkan sudah menyewa band akustik, dobe." hela nafas kasar Sasuke terdengar sebelum alunan lagu cinta di tengah pantai malam. "abaikan saja," Sasuke menunduk.
Naruto terlonjak kaget saat tetiba bermunculan kelap kelip cahaya indah di atas langit. Kembang api cinta.
"Itu juga, abaikan, abaikan," Sasuke menggoyang tangan ribut. Menyesal. Terlanjur.
"Kau sungguh menyiapkannya, teme. Maaf."
"Entahlah, uangku sudah habis. Bisakah kau traktir aku makan malam?"
"Oke."
Keduanya tersenyum. Kuda melaju lamban saat ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top