O N E : Bulan Sabit Rasa Cupcake.
"Jadi hari ini, kita kedatangan anggota baru. Alika, silahkan masuk." Setelah di panggil, perempuan berambut sebahu itu pun memasuki ruangan baru dalam hidupnya. Ruangan yang penuh tawa, namun langsung berhenti ketika fokus mereka terganti. Semua pasang mata menatap Alika.
"Hai, gue Alika Maharani. Panggil aja Alika, atau Al. Gue pindahan dari Jakarta," Alika tersenyum pada semuanya. Lalu matanya berhenti pada sepasang mata elang. Tajam dan menenggelamkan. Hingga Alika tak berani berkedip, karena pesonanya telah jatuh tepat dimata Alika.
"Silahkan langsung duduk Al, nanti untuk bagiannya, akan di data dulu sama Fia." Alika mengangguk dan berjalan menuju pojok ruangan. Dimana ia bisa menatap semua orang yang ada di ruangan ini. Termasuk dia. Sang pemilik mata elang, pun pemilik senyum kecil selengkung bulan sabit.
***
"Permisi, saya mau cari buku cerita bahasa Inggris, nih. Kira-kira di rak mana, ya?" perempuan berkacamata itu mengangkat kepalanya. Membuatku mengerutkan dahi. Dia, kan...
"Alika, ya? Anggota baru Klub Fotografi, kan?" Aku mengangguk. Berusaha mengingat nama perempuan manis berkacamata dihadapanku saat ini. "Gue Fia, sekretaris dari Klub kita,"
Aku tersenyum ramah, lalu mengangguk. "Oh, iya. Gue inget. Lo disini...,"
"Iya, gue disini itu asisten Bu Sri, kepala perpustakaan di sekolah ini." Ucapnya seraya menjawab kalimat gantung milikku.
"Lo nyari rak buku bahasa Inggris, ya? Ayo, sini." Dan akhirnya aku hanya dapat mengekor dibelakang Fia untuk mendapatkan buku yang ku cari. "Rak paling atas," Fia menunjuk deretan buku pada rak tertinggi. "Gue ambil bangku dulu, ya." Lanjut Fia dan meninggalkanku yang langsung melihat satu persatu judul buku yang berderet dihadapanku.
"Mau buku yang mana?"
"Hah?" Akupun menoleh saat mendengar suara yang ku yakini bukan suara milik Fia. "Jadi lo belom nentuin buku mana yang lo mau pinjem?" ditanya seperti itu, tak ayal membuatku langsung menunjuk satu buku pilihanku.
"Eh, yang itu." Karena postur badan yang lebih tinggi dibandingku, laki-laki itu dapat dengan mudah mengambil buku yang telah ku tunjuk.
"Sori lama, Al—eh, Rama. Dari... kapan?" laki-laki yang diyakini namanya 'Rama', pun menoleh pada Fia yang kini menunduk. Apa ini hanya penglihatanku saja atau memang... pipinya merona?
"Baru, kok. Cupcake pesenan gue, udah gue masukin tas ya. Uangnya gue masukin tempat pensil lo." Fia mengangguk sambil tersenyum manis. "Dan ini, bukunya. Kalo mau pinjem buku, usahain tau judulnya. Biar gak mikir dua kali disini."
Setelah mengatakan itu, ia meninggalkanku dan Fia berdua. "Tenang aja, Al. Rama emang gitu, kok. Dia kadang emang ketus, tapi aslinya dia baik." Aku hanya mengangguk. Mengabaikan rasa kesalku akan perkataan Rama barusan.
"Dia laki-laki baik yang kesukaannya tuh lucu, dia suka banget cupcake. Dasar laki-laki manis," tunggu dulu. Apa Fia bilang? Manis?
Jangan-jangan...
"Eh, ya ampun, Al. Plis banget jangan bilang ke Rama ya, kalo gue bilang dia manis. Gue mohon banget." Aku pun tertawa kecil. Menyegarkan dadaku yang tiba-tiba terasa tak nyaman.
"Iya, tenang aja, Fi." Fia menghela nafas lega lalu tersenyum. Bukan. Bukan senyum untukku. Melainkan senyum dengan fikirannya sendiri. "Gue suka sama dia, Al. Banget."
Dan yah, benar dugaanku.
"Dan dia gak pernah sadar akan hal itu, Al." tak masalah bila teman baruku sudah menceritakan hal rahasia kepadaku. Namun masalahnya, Fia, teman baruku, telah menyukainya, juga. Menyukai Rama yang memiliki mata elang, dan senyum sabit semanis cupcake.
***
(A/N)
haiiii. jumpa lagi dengan saya, si Author Lelet bin PHP. yha udahlayaa. maaf belum bisa ngepost Tears Of The Sky ataupun ngepost Complicated - Risya. itu dikarenakan otak yang membuntu, dan ketikan yang absurd. jadi masih revisi sanasini hft. dan cerita ini, melintas saja diotak penuh pemikiran ini /apasi.
bila kalian baca cerita abal ini, terimakasih banyak telah menyempatkan waktu:) dan semoga kalian mengapresiasikan cerita ini dengan Vote, ataupun Comment. terimakasih, sekali lg!<3
salam,
jes.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top