Aliran dalam Sastra
Yuhuuuu, cyyn... karena bulan puasa, aku nggak mau bahas soal nyinyir2 dulu... Jadi lapak ini mau aku isi dengan beberapa inpormasi *Kesalahan EYD disengaja #kayang
Kita tahu, sastra punya alirannya sendiri. Sama dengan aliran2 musik. Ada pop, rock, dangdut, jazz dan sejenisnya. Kali ini aku ingin membahas aliran2 sastra beserta contohnya. Sumbernya dari seri-bahasa-indonesia(.) blogspot (.) com.
Aku juga pengen nulis contohnya dari cuplikan2 bahasa absurdku. Cekdisout...
Aliran-Aliran Sastra
Berbicara tentang aliran sastra, dalam karya sastra, dikenal beberapa aliran berikut:
1. Realisme.
Aliran sastra ini merupakan sastra yang melukiskan keadaan/peristiwa sesuai dengan kenyataan atau apa adanya. Pengarang tidak menambah ataupun mengurangi suatu kejadian yang dilihatnya secara positif, yang diuraikan yang baik-baik saja.
Contoh: Karya sastra angkatan 45, baik prosa maupun puisi, banyak yang beraliran realisme. Seperti puisi berjudul pertemuan karya Chairil Anwar.
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Dengan sepenuh hati
Aku masih tetap sendiri
Kutahu kau bukan yang dulu lagi
Bak kembang sari sudah terbagi
Jangan tunduk! Tantang aku dengan berani
Kalau kau mau kuterima kau kembali
Untukku sendiri tapi
Sedang dengan cermin aku enggan berbagi
Gaachan :
Hari ini aku berpuasa seperti biasanya. Sekolah libur, dan itu artinya aku tidak akan bertemu para kurcaci menyebalkan selama setengah hari. Aku tersenyum puas. Bahagia membumbung begitu saja. Aku tahu kalau kami tidak ditakdirkan bertemu di awal bulan puasa. Sayangnya rindu sudah meletup dalam hatiku. Aku rindu Aldit yang senang sekali merayuku agar jam bahasa inggris segera diakhiri. Atau Firon dari kelas delapan E yang punya jemari dewa. Begitu teman-temannya menyebut anak itu. Dia akan membungkamku dengan lukisan indahnya pada jam Seni Budaya. Aku rindu cara mereka memanggilku "Pak mungil!" ketika jam istirahat tiba. Namun di antara semua itu, aku lebih merindukan seseorang. Salah satu rekan kerjaku, yang selalu membuatkan bekal nikmatnya. Fiko.
2. Naturalisme.
Aliran sastra ini melukiskan sesuatu secara apa adanya yang dijiwai adalah hal-hal yang kurang baik.
Contoh: Pada sebuah kapal karya Nh. Dini dan cerpen-cerpen Motinggo Busye.
Gaachan :
Ketika mereka sedang menahan lapar, ada makhluk di sudut-sudut gang sempit yang mengunyah dengan perut buncit. Ketika mereka sedang tekun beribadah, ada oknum-oknum yang menarik biaya dengan kedok ibadah. Sialan! Bahkan keadilan tak bisa membentang saat ini. Mereka tetap mengunyah dengan pongah. Mengutil hak orang lain dengan penuh serakah. Mereka adalah manusia yang hidup berdampingan dengan wajah berbeda. Ada yang mengangkang, ada yang bergerak menjijikkan. Para pelacur berpesta menjelang malam, bahkan para homo binal juga bergerak jalang. Mereka menjajakan diri.
3. Neonaturalisme.
Merupakan aliran baru dari aliran neturalisme. Aliran ini tidak saja mengungkapkan sisi jelek, namun juga memandang sesuatu dari sudut yang baik pula.
Contoh: Raumanen karya Marianne Kattopo, Katak hendak jadi lembu karya Nur Sultan Iskandar, dan Keluarga Purnama karya Ramadhan K.H.
Gaachan :
Dia gay. Dia mengangkang, menyambut penis lain menghujam lubang anusnya. Dia homo. Dia menungging untuk dihentak. Dia mendapatkan uang untuk semua itu. Uang itu dia kumpulkan rupiah demi rupiah. Dalam sepekan dia menghitung hasil kerjanya, lalu membawa ibunya yang sakit pergi berobat ke Puskesmas.
4. Ekspresionisme
Yaitu aliran dalam sastra yang menekankan pada perasaan jiwa pengarangnya.
Contoh: Puisi-puisi karya Chairil Anwar, Sutardji CB, Subagio Sastrowardojo, Toto Sudarto Bachtiar.
Puisi Doa, karya Charil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintu-Mu aku mengetuk
Gaachan :
Kita mengetahui bahwa dunia ini sudah minim moral. Orang akan menghujat sesama, sedangkan keadilan mahal sekali. Kekerasan murah seperti harga kacang goreng. Ada rasa sedih ketika mereka mengadili kaum minoritas. Mereka bahkan tidak peduli bagaimana rusaknya kaum mayoritas. Kaum minoritas yang mendamba cinta itu tidakkah juga punya hak untuk bahagia?
5. Impresionisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang menekankan pada kesan sepintas tentang suatu peristiwa, kejadian atau benda yang ditemui atau dilihat pengarang. Dalam hal tersebut, pengarang mengambil hal-hal yang penting-penting saja.
Gaachan :
Zain mencintai Afkar. Afkar pun begitu. Mereka belajar memahami cinta dari sebuah pesantren, hanya dalam beberapa tahun. Mereka bahagia seperti itu, meski tak ada orang yang mengerti. Cintalah yang merasuk di antara dua anak Adam itu.
6. Determinisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian dari sisi jeleknya saja. Biasanya menyoroti pada ketidakadilan, penyelewengan dan lain-lain yang dianggap kurang baik pengarang.
Contoh: Sebagian besar puisi angkatan 66.
Gaachan :
Bangsat! Mereka sibuk mengadili tanpa tahu cara memuji. Memangnya kenapa dengan gay? Apa gay selalu nista dan hanya mengangkang untuk penis? Menungging untuk kontol? Kalau begitu pandangan kalian, curahkanlah! Bebaskan saja hujatan kalian itu!
7 Surealisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan sesuatu secara berlebihan sehingga sulit dipahami oleh penikmat atau pembaca.
Contoh: Bib-Bob (drama) Karya Rendra, Lebih hitam dari hitam (cerpen) karya Iwan Simetupang, Pot (Puisi) karya Sutardji Calzoum Bachri.
Gaachan :
Oh? Ada dua puting menari di atas dada datar itu. Lalu ada sepadang kuku berotot mencubit. Ada lidah yang menjalar, melumuri puting itu dengan ludah. Oh? Ada sesuatu yang juga menjadi inti gerakan ini. Ular kaku tajam yang mencari sebiji lubang. Ular yang bisa bertemu partner untuk bermain anggar. Ayo, belajar menusuk!
8. Idealisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang selalu melukiskan cita-cita, gagasan, atau pendirian engarangnya.
Contoh: Puisi-puisi karya Chairil Anwar.
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorangpun kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulan terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Gaachan :
Di negeri kami, baik hetero maupun homo bisa hidup berdampingan dengan penuh kedamaian. Di negeri kami, gay juga memiliki hak untuk mencintai. Baik hetero dan gay punya hak untuk hidup, memiliki hukum dan aturan yang sama. Di negeri kami, selera dalam seks bukan menjadi ukuran kami mengadili seseorang.
9. Simbolisme
Yaitu aliran sastra yang menampilkan simbol-simbol (isyarat) dalam karyanya. Hal ini dilakukan pengarang untuk mengelabui maksud yang sesungguhnya.
Gaachan :
Penis itu mengidamkan lubang, sementara jejeran hakim mengetukkan palunya. Para jaksa berteriak kencang, mengadili. Penis itu layu dalam sekejap. Penis lainnya masih berteriak pongah, menantang. Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari.
10. Romantisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang selalu melukiskan sesuatunya secara sentimentil penuh perasaan.
Contoh: Dian Yang Tak Kunjung Padam, karya Sutan Takdir Ali Syahbana, Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana. Cintaku jauh di Pulau karya Chairil Anwar :
Gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bukan memancar
Di leher kukalungkan oleh-oleh buat si pacar
Angin membantu, laut terang, tapi tersa
Aku tidak 'kan sampai padanya
Di air tenang, angin mendayu
Di perasaan penghabisan segala melaju
Ajal bertahta, sambil berkata
"Tujukan perahu ke pelabuhanku saja"
Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku
Manisku jauh di pulau
Kalau 'ku mati, dia mati iseng sendiri
Gaachan :
Untuk Mas Afkar yang sedang merindu lelaki ini, aku hanya sedang menghujam janji. Hari ini aku menulis surat untukmu, lelakiku! Sekedar mengingatkan kalau ada hati yang menunggu jumpamu. Aku selalu menanti meski waktu sedang bermain dengan cara kita. Zain.
11. Psikologisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang selalu menekankan pada aspek-aspek kejiwaan.
Contoh: Ziarah (roman) karya Iwan Simatupang, Belenggu (roman) karya Abdul Muis.
Gaachan :
Aron merasa ada yang aneh dengan hidupnya. Semua orang mengatainya aneh. Aron tidak aneh, dia hanya disalahpahami. Setiap saat ketika orang lain mengatakan langit itu biru, Aron mengatakan langit itu hitam. Semua dunia menurutnya berpendar, padahal dia sendiri tidak tahu kenapa dia berbeda. Dia hanya dianggap tidak wajar. Apalagi ketika Aron mencintai sesama jenisnya. Mereka makin mengatai Aron gila.
12. Didaktisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang menekankan pada aspek-aspek pendidikan. Dalam sastra lama banyak karya yang bersifat mendidik.
Contoh: Salah Asuhan, roman, karya Abdul Muis, Karena Kerendahan Budi, karya HSD Muntu, Syair Perahu, syair karya Hamzah Fansuri.
Gaachan :
Sejak kecil, aku diajari oleh Nenek. Manusia itu tempatnya khilaf dan dosa. Mereka mengoleksi dosa dan pahala dalam satu waktu. Kemarin ada anak yang berkunjung ke rumah. Dia tersenyum, mengatakan kalau dia mencintaiku. Aku tidak paham apa yang bisa diambil dari cinta seorang lelaki terhadap lelaki. Lalu dia berkata pelan, "Cinta dan nafsu itu berbeda meski dalam kasta yang sama. Aku tidak pernah berharap kau memberikn cinta, karena itu aku tidak berpikir soal nafsu."
13 Mistisisme.
Yaitu aliran dalam sastra yang melukiskan pengalaman dalam mencari dan merasakan nafas ketuhanan dan keabadian.
Contoh : Syair Perahu, karya Hamzah Fansuri, Nyanyi Sunyi, karya Amir Hamzah, Kekasih Abadi, karya Bahrum Rangkuti, Rindu Dendam, karya J.E. Tetengkeng.
Gaachan :
Allah adalah dzat yang Maha benar, bukan? Lalu kenapa mereka sok benar? Allah Maha tahu, namun kenapa justru mereka yang sok tahu. Allah mencintai hambaNya, apapun orientasinya. Sayangnya manusia tidak mampu melakukannya. Karena hanya Allah yang mampu. Maka padaNyalah kita berserah diri.
Jadi, itu yg bawah aku coba bikin contohnya. Kalau ada yg nanya : Bisa nggak sih satu cerita punya banyak aliran?
Jawabannya, bisa saja.
Dalam satu cerita kadang ada aliran romantisme, mistisisme, dan didaktisme.
Lalu bagimana cara kita menentukan itu masuk aliran mana? Kalau dulu kami diajari menganalisisnya dari berbagai sudut. Sudut pandang paling banyak itulah yang akhirnya menjadi ukuran kami mengatakan cerita itu masuk aliran tertentu...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top