Permintaan Warga BT21

BT21 : Bolehkan, Pimtha?








Sedikitnya Pimtha harus bersyukur, karena mereka membatalkan rengekan minta liburannya.

Semenjak pulang dari foto studio beberapa hari yang lalu, para tamu di Bumi itu tiba tiba membatalkan ajakan liburannya ke Pimtha.

Tapi, sekarang mereka tiba tiba kumpul di ruangan Pimtha dengan Alex ada di tengah tengah mereka. Jangan lupa dengan majalah yang ada di pangkuan mereka.

Dalam hati Pimtha banyak banyak berdoa, biar mereka tak melakukan dan minta hal yang aneh aneh.



"Ada apa? Berasa mau disidang gue," kata Pimtha setelah berhasil membuat tenang mereka yang sedaritadi recok sana sini.

"Aku mau ini, Pimtha." kata Chimmy langsung, ia menunjuk gambar di salah satu halaman majalah yang dia bawa.

Pimtha mendekat, melirik gambar apa yang ada di sana. "Anjing? Kamu mau anjing?" 

Chimmy mengangguk dengan semangat, "iya, aku mau anjing!" 

"Wah.. Wah.. Mbak, kurang ajar Mbak. Sebut Mbak, anjing tuh." provokator Alex, yang langsung dapat geplakan di kepala dari Pimtha.

"Jangan kompor, dia polos. Mana mungkin manggil gue anjing, emang elu." omel Pimtha, lalu kembali menatap Chimmy, "yakin mau beli anjing? Yang ngurus nanti siapa?" 

Tiba tiba dengan ringan tangan Chimmy menunjuk Alex yang duduk di pojok kanan, "dia bilang, mudah memelihara anjing. Jadi aku mau dia yang mengurusnya nanti."

Pimtha terkekeh, lalu melirik Alex sembari mengumpati, "mamam tuh anjing." yang tentu saja tanpa suara.


"Bolehkan Pimtha?"


Pimtha mengangguk sembari menampilkan senyum manisnya, "boleh, besok kita ke pet shop okay? Sekalian beli kandang sama perlengkapan lainnya." 

Chimmy mengangguk senang, ia pun memeluk majalah yang ada di genggamannya.

Selesai dengan Chimmy, sekarang RJ yang nunjuk majalahnya. Pimtha kembali melirik gambar apa yang ada di majalah, setelah tahu gambar apa yang ditunjuk RJ. Pimtha mendelik.

"Ga boleh, ini tuh alpaca. Dia tuh sejenis kambing, domba, embe, tahu? Bukan buat dipelihara, tapi buat diternak. Ini kan hostel, bukan peternakan apalagi kebun binatang." omel Pimtha panjang lebar. 

"Aku bisa mengurusnya, Pimtha." cicit RJ

"Halah, ngurus diri sendiri aja belum bisa." cibir Pimtha yang memang mulutnya 24/7 nyinyir, "beli yang lain aja, beli apa kek. Boneka alpaca, atau karpet dari bulu alpaca, atau apa kek. Jangan alpacanya."

Tiba tiba RJ membuka halaman lain di majalahnya, buat Pimtha sedikit dag dig dug. Gimana kalau tiba tiba dia nunjuk gambar uler? Atau atau buaya? 

Eh, sebenernya kalau dia nunjuk kedua hewan tersebut Pimtha ga masalah sih.

Jessica aja kelakuannya udah kaya uler, sedangkan Alex udah macam buaya darat. Jadi Pimtha bisa dengan santai mengangsurkan salah satu karyawannya itu ke RJ.


"Aku mau ini," Pimtha melirik, lalu terkekeh. "Okay, nanti malem kita langsung beli itu."

RJ bersorak senang, begitupun yang lain. Termasuk Alex, "Bersyukur gue mah dia nunjuk gambar pizza, bisa kecipratan makan enak kan."

"Lu jaga hostel, gue mau makan ditempat." balas Pimtha cepat, membuat senyum Alex hilang begitu saja.

"Ini namanya pizza," Pimtha memberitahu RJ gambar yang baru saja dia tunjuk. "tahu darimana kalau ini bisa di makan manusia? Gimana kalau ternyata ini makanan kucing?" 

Lagi lagi dengan ringan tangan RJ menunjuk Alex, "dia bilang ini makanan enak, jadi aku mau mencobanya."

Pimtha menarik nafasnya perlahan, lalu menghembuskannya. Mencoba sabar dengan mulut berbisanya Alex.


"Pimtha, aku mau ini." kata Mang, lagi lagi Pimtha melirik gambar yang ada di halaman majalah.

"Itu kuda, bukan buat dipelihara Maangg." rengek Pimtha, bingung kenapa tiba tiba mereka banyak mau gini.

Mentang mentang banyak duit.

"Alex bilang ini bisa dibeli," kata Mang polos. "aku juga bisa memilikinya kata Alex." 

YA SELAIN BUAYA, ALEX JUGA BERBISA MULUTNYA EMANG!

"Jangan dengerin Alex ya, dia emang magadir." jelas Pimtha setenang mungkin, "nanti kamu belajar berkuda aja, mau? Disini kalau ga salah ada tempat berlatih kuda." Pimtha lalu menatap sinis Alex, "lo yang temenin dia latihan kuda."

Alex meringis, lalu mengangguk patuh.

"Aku bisa menaiki kuda?" tanya Mang semangat, "tapi aku kan kuda. Masa kuda naik kuda."

"Kamu itu manusia, okay? Sip." Kata Pimtha cepat, lalu melirik yang lain. "kalian mau apa?" 


"Aku mau memiliki ini." 

Lagi lagi dan lagi Pimtha melirik majalah yang di pegang oleh Cooky, "kelinci?" Pimtha mengangguk, "masa kelinci pelihara kelinci."

"Aku ini manusia, okay? Sip." balas Cooky cepat, mengikuti apa yang Pimtha katakan sebelumnya pada Mang.

Pimtha meringis, lalu menganggukan kepalanya cepat. "Okay, besok kita beli bareng sama Chimmy. Tapi urus sendiri ya?" 

"Dia yang akan mengurusnya, dia bilang mudah ko." 

Lagi lagi Pimtha melirik Alex yang ditunjuk oleh Cooky, "terus aja lo ngajuin diri buat ngurus peliharaan. Ini hostel siapa yang ngurus, ha?!" omelnya cepat, lalu melempar majalah yang ada di pangkuan Cooky.

"Ampun Mbak," Alex berhasil menangkap majalah yang hampir mengenai wajahnya. "gue mana tahu kalau mereka beneran mau beli, gue kira becanda elah."

"Tanggung jawab lo! Ajarin mereka sampe bisa ngurus peliharaannya sendiri."

Alex hanya bisa mengangguk pasrah.


"Pimtha, aku mau beli ini." tunjuk Shooky

"Astaga, itu rumah, Ky. Ru-mah." kata Pimtha berusaha sabar.

"Aku tahu, Alex sudah menjelaskannya tadi." balas Shooky tenang, "aku mau membeli ini untuk kita. Aku mau kita punya rumah." lanjutnya santai, seolah olah beli rumah itu cuma butuh recehan.

"Aku setuju sama Shooky, aku mau kita punya rumah. Kata Alex, keluarganya tinggal di sebuah rumah. Jadi aku mau kita tinggal dirumah juga, kita juga keluarga kan?" 

Pertanyaan yang Tata lontarkan membuat Pimtha membatu.

Rumah? Keluarga? Dua hal yang tak di miliki Pimtha sejak kecil. Alasan ia tinggal di hostel karena ia tak memiliki keluarga, jadi untuk apa rumah?

Sekarang, dengan mudah mereka yang baru mengenal Pimtha mencap bahwa mereka adalah keluarga. Membuat Pimtha tersentuh dengan kepolosan mereka.

"Kita keluarga kan, Pimtha?" ulang Tata, membuat Pimtha mengerjap.

"Bu—"

"Iya, kita keluarga," jawab Pimtha cepat, memotong kalimat yang akan Alex ucapkan. "tapi kita ga harus beli rumah, nanti kalau kalian pulang lagi, rumahnya di tempatin siapa?" lanjut Pimtha dengan lirih.

"Aku tak akan pulang, kemana lagi aku harus pulang saat aku sudah memiliki rumah disini? Bersamamu." kata Koya tenang, namun membuat Pimtha merasakan sesak di dadanya.

Pimtha menundukan kepalanya, bahunya mulai bergetar pelan. Alex yang melihat Pimtha menahan tangis seperti itupun, mulai mengambil alih peran utama Pimtha.


"Okay, nanti kita beli rumah sepuluh ya. Tenang aja, masing masing satu. Terus Pimtha, gue sama Jessica. Jadi pas, sepuluh." kata Alex tak tahu diri, yang langsung dibalas cubitan oleh Pimtha.

"Hehe, bercanda. Nanti kita beli rumah di deket sini, ya?" ralat Alex setelah merasakan perihnya cubitan Pimtha. 

"Aku mau yang seperti ini, Alex." kata Shooky kekeuh menunjuk gambar rumah yang ada di majalah.

"Iya nanti cari aja disekitaran ini, banyak ko yang rumahnya deket empang. Itung itung ganti kolam renang." celetuk Alex, lalu menoleh pada Tata yang masih belum mengucapkan kemauannya.

"Masnya mau beli apa?" tanya Alex yang jiwa salesnya tiba tiba muncul.

Tata menunjuk dirinya sendiri, "aku?" 

"Iya, elu. Mau apa?" dan seketika, jiwa kurang ajarnya yang muncul.

Tata menggelengkan kepalanya, "aku tak mau membeli apapun. Aku cuma mau bersama Pimtha." jawabnya, lalu memamerkan senyum kotaknya.

"Bisa banget lu ngalusnya, Dobleh!" cibir Alex, yang dapat tatapan tajam dari Tata. Karena lelaki tersebut tak mengerti apa yang diucapkan Alex.


"Aku mau ini, bolehkan?" 

Alex melirik gambar yang ada di majalah tersebut, lalu menatap Pimtha yang juga ikut melirik majalah yang dipegang oleh Koya.

"Alex bilang apa tentang gambar itu?" tanya Pimtha, karena ia yakin Alex pasti berkata yang tidak tidak tentang gambar tersebut.

"Kata Alex, aku bisa memeliharanya. Dia hobi tidur, jadi mudah untuk merawatnya. Kata Alex juga, dibelakang kan ada pohon, jadi aku bisa menyimpannya disana."

"Hehe, gue bercanda Mbak." kata Alex saat mendapat tatapan tajam dari Pimtha.

Mengabaikan permintaan Koya, Pimtha yang sudah menghilangkan bekas tangisannya pun langsung menjadikan Alex samsak.


"GUE BILANG JUGA APA, KURANG KURANGIN GABUNG SAMA MAS MAS SALES!! JADI PINTER NGERAYU GINI KAN, LO!! KALAU UDAH GINI SIAPA YANG REPOT HA?!" omel Pimtha kesal.

YA GIMANA GA NGOMEL, MANG MINTA DIBELIIN KUDA, RJ MINTA DIBELIIN ALPACA, SHOOKY MINTA BELI RUMAH, DAN TERAKHIR KOYA MINTA DI BELIIN KOALA.


GA SEKALIAN AJA INI HOSTEL BERUBAH JADI KEBUN BINATANG?! 







A/n : Jadi ya gitu, kira kira Pimtha tekanan darahnya naik ga ya gara gara tamu dari BT21 itu?

2020 - 17 - 04

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top