BT21 Beside
Beside Story
"Tumben banget beli kue yang mahal, biasanya roti tawar di oles selai cokelat terus di tumpukin doang kalau ada yang ulang tahun."
Pimtha menoleh, lalu meringis mendengar sindiran Jessica.
"Kasian, Je, mereka kayanya belum pernah ngerayain ulang tahun. Jadi mau gue rayain."
"Siapa emang yang ulang tahun ? Si ganteng, ya ?" Tanya Jessica dengan semangat.
Si Ganteng itu, RJ. Karna di mata Jessica, walaupun kadar kepedean RJ itu melebihi Alex, tapi Jessica terima terima aja, karena faktanya emang RJ itu ganteng.
Kalau Alex kan, cuma ngaku ngaku ganteng doang.
Pimtha menggelengkan kepalanya, "itu, Mang yang ulang tahun."
Jessica mengangguk. "Beli yang rasa tiramisu aja, Mbak. Cokelat mulu, bosen."
"Enak cokelat, Je."
"Cokelat mulu nanti diabetes Mbak."
"Orang beli kuenya aja setaun sekali, ga bakalan diabet lah." Bantah Pimtha lagi.
Jessica mendelik, "iya, emang, beli kue ulang tahunnya setaun sekali, itu juga kalau mood." Katanya mengamini. "Tapi masalah cokelatnya itu lho, Mbaak.. di kulkas semua isinya udah cokelat. Enek lidah gue, nih!"
Lagi, Pimtha menoleh, menatap tajam gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.
"Ya, itu kan buat gue! Jadi wajar kalau semuanya cokelat."
"Ya tapi sadar diri dong Mbaaak, lo engga tinggal sendiri di Hostel. Masih ada gue sama Alex, masa iya kita di jejelin cokelat tiap ngemil. Sia sia dong gue diet!'
"Lo yang harusnya sadar diri!" Omel Pimtha, "di kulkas gue bikinin banyak salad, buat sape, hah ?! Terus, gue nyimpen yoghurt di kulkas buat sape ? Gue alergi susu!"
"Si Alex juga gue kasih makan yang layak ko," ucap Pimtha yang masih tak terima dengan ucapan Jessica. "Gue selalu nyiapin banyak jenis ikan buat dia, belum lagi literan susu yang ada di kulkas."
Mendengar menu ikan, Jessica yang sedaritadi mengabaikan omelan Pimtha jadi menoleh.
"Kenapa sering nyiapin ikan sih, Mbak ? Dia bosen keselek duri ikan mulu tau," lapornya dengan iba. "Gue takut dia mati gara gara keselek duri ikan." Lanjutnya, yang menghilangkan tatapan bahagia Pimtha karena merasa dua adiknya itu saling mengkhawatirkan satu sama lain.
Bukannya menjawab, Pimtha masuk ke dalam toko kue setelah mereka berjalan cukup jauh dari parkiran.
"Sengaja gue beli ikan, biar otaknya agak pinteran dikit, Je." Jawabnya kemudian, "kasian, nanti masuk kuliah takutnya masih bobrok. Gue juga kan yang malu."
Ya gitu, para kuncen Hostel ini memang saling menyayangi satu sama lain dengan cara yang berbeda.
Salah satunya, saling memaki dan menghina.
Pimtha, Jessica dan Alex sudah berdiri di depan pintu Kamar Pojok. Tak lupa dengan kue yang tadi sore sudah di beli oleh Pimtha dan Jessica, sudah ada di tangan Alex.
Biar gue aja yang bawa, seengganya gue patungan tenaga. Gitu kata Alex.
"Mereka beneran udah tidur kan ? Gue ga tau jam tidur mereka, kadang jam dua aja masih kedenger suara langkah." Kata Pimtha pelan, yang diangguki oleh Alex. "Udah pada tidur, tadi udah gue bilangin kalau cepet tidur besok bakal nemu hadiah."
"Tipu tipu mulu lu." Desis Jessica, yang langsung mendapat delikan dari Alex.
Belum sempat Alex membalas, Pimtha sudah lebih dulu membekap mulut lelaki jangkung tersebut. "Diem, gue mau buka pintu nih."
Alex mengangguk kaku, yang setelahnya dapat kembali bernafas karena lengan Pimtha itu sebenarnya menutupi hidungnya, bukan mulut.
Dengan pelan, Pimtha menurunkan pegangan pintu hingga terdengar suara ceklek. Dengan pelan juga Pimtha mendorong pintu, yang nyatanya dengan tiba tiba pintu tersebut ditarik dari dalam.
Karena merasa tertarik dengan kencang, Pimtha secara refleks menarik lengan Alex. Melihat Alex yang tertarik oleh Pimtha, Jessica secara spontan menahan tubuh kekar lelaki tersebut yang nyatanya tak mampu ia tahan.
Mereka bertiga terjatuh mengenaskan, dengan posisi Pimtha di paling bawah, Alex si kekar menimpa sisi kanannya dan Jessica tepat menimpa tubuh keduanya.
Suara yang pertama terdengar, bukan dari Pimtha. Melainkan Alex.
"WOAAH!! ADUUHH!!" Teriaknya tak sadar diri sekarang sudah tengah malam. Bahkan tanpa rasa kasihan, Alex menyingkirkan tubuh Jessica begitu saja.
Membuat Jessica berubah posisi menjadi telentang di samping Pimtha.
Menyadari beban di tubuhnya hilang, Pimtha menoleh pada Alex yang tengah misuh misuh. Yang kemudian, ikut bangkit dari posisinya lalu menghampiri Alex yang hanya berjarak beberapa langkah.
"Sia sia kan gue beli ini," bisik Pimtha pelan dengan sedih. "Ini alesan gue ga pernah mau beli kue ulang tahun."
Alex yang tahu alasan sebenarnya, menatap sendu Pimtha. Lalu tanpa permisi, ia mengoleskan cream kue yang sudah berceceran di lantai ke wajah Pimtha.
Seseorang yang sedaritadi menonton, mulai bersuara. "Kenapa kuenya jatuh ?"
Pimtha yang akan mengeluarkan omelannya pada Alex, menoleh ke samping. Setelahnya, omelan yang akan ia semburkan pada Alex, berubah tujuan.
Lagi, Pimtha bangkit dari posisinya terus mendekati lelaki yang baru turun dari tangga ranjang.
"Liat, kue ulang tahun lo jatoh gara gara Koya!" Adu Pimtha pada lelaki yang niatnya bakal dia kasih surprise kue tiramisu sesuai pilihan Jessica itu.
Koya yang ditunjuk sebagai tersangka, mengernyit tak terima. "Kenapa kamu tidak mengetuk dulu seperti biasanya ? Aku kan tidak tahu kamu ada di depan." Katanya.
"Kan gue mau kasih surprise! Dia kan lagi ulang tahun, masa iya ngetok dulu. Emang gue tukang paket ?!"
Koya yang kurang begitu mengerti omelan Pimtha, menghembuskan nafas lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena tragedi tumpuk menumpuk tadi.
"Lho ? Heh!! Bukannya minta maaf lo!" Teriak Pimtha, yang langsung ditahan oleh Tata yang ga tahu dari kapan ada di sisi kanannya.
"Aku mau kue itu." Tunjuk Mang dengen memelas, membuat amarah Pimtha menghilang, berubah menjadi mengiba. Belum lagi Jessica dan Alex yang masih coba beresin kuenya dan masangin lagi lilin warna warninya di atas kue yang jelas udah berantakan.
"Nanti sore aja ya kita beli lagi ? Tapi yang seuprit aja." Pimtha menggerakan telunjuk dan jempolnya, memperagakan sebuah ukuran yang kecil.
"Kalau seuprit, aku tidak kenyang, Pimtha." Rengek Mang tiba tiba, "aku mau yang sebesar pizza!"
Suara hembusan nafas terdengar jelas di dalam kamar yang hening ini. Alex dan Jessica sudah tahu arti hembusan nafas itu, makanya dengan cepat Alex mengeluarkan korek api dari dalam sakunya.
Tata yang ada di samping Pimtha pun, sedikit demi sedikit mulai tahu kebiasaan gadis tersebut. Kalau Pimtha sudah menghembuskan nafas, itu artinya Pimtha siap menarik nafas dalam dalam lalu mengeluarkan omelan panjang setelahnya.
Maka dari itu, Tata dengan tangan ajaibnya langsung merubah kembali kue yang ada di tangan Jessica menjadi seperti semula. Tidak lagi berantakan dengan cream yang berceceran.
"MAMPUS LO! KOREK LO AJAIB LEX?!" Pekik Jessica setelah melihat dengan matanya sendiri bahwa kue yang ada di pegangannya berubah menjadi utuh kembali setelah Alex menyalakan pematik api.
Alex yang sama sama kaget pun, melemparkan asal koreknya. Jessica lebih kaget karena Alex membuang korek yang ia pikir ajaib itu.
"Nih pegang!" Kue yang sudah utuh itu, diserahkan pada Alex. Kemudian, Jessica memungut korek yang dilempar oleh Alex. "Buat gue ya! Udah lo buang kan."
Pimtha yang menyaksikan keduanya bersama Mang dan Tata hanya dapat tertawa pelan.
Dalam hati Pimtha berterima kasih pada Tata yang mampu mengembalikan bentuk kue tiramisu itu. Walau tidak mengubah ukurannya sekalian jadi segede Pizza, tapi Pimtha tetap merasa bersyukur.
Semua penghuni Kamar Pojok udah pada bangun. Sekarang mereka bersepuluh udah duduk melingkar di atas karpet dengan kue ulang tahun di tengah tengah mereka.
"Ayo make a wish!" Pinta Pimtha langsung.
"Tidak ada nyanyian ?" Tanya RJ dengan parau, mata sayunya berubah setelah mendapat delikan dari Pimtha. Bahkan omelan yang Pimtha lakukan dalam hatinya, terdengar jelas oleh RJ. Membuat lelaki tersebut langsung memasang wajah secerah mungkin di jam 1 malam ini.
"Ayo Mang, make a wish." Ulang Pimtha setelah merubah membali ekspresinya menjadi lembut pada yang berulang tahun hari ini. "Tau kan make a wish apa ?"
Mang mengangguk, "membuat harapan." Jawabnya, sebelum menutup mata dengan kedua tangan saling di tautkan.
Alex yang duduk di seberang Pimtha, menatap Mbak-nya itu dengan tatapan sendu. Ia yakin, di balik tatapan hangatnya itu, jauh di dalam hati Pimtha masih ada luka yang belum mengering.
Jessica yang duduk di samping Chimmy, menggenggam lengan lelaki tersebut dengan kuat. Kepalanya ia tundukan.
Kaget dengan genggaman Jessica yang kuat, Chimmy yang masih setengah mengantuk menoleh lalu mengusap kepala Jessica dengan lembut.
"Dia sudah baik baik saja, jangan khawatir." Bisiknya.
"Aku ingin terus bersama mereka, disini. Aku ingin menjadi penghuni Bumi saja, mereka semua baik. Jangan buat mereka kembali bersedih dan terluka, aku senang jika mereka senang." Pinta Mang dengan tulus, "aku sayang mereka."
Mang membuka matanya, lalu meniup lilin yang ada di atas kue tersebut.
Pimtha memperhatikan asap yang keluar setelah apinya padam, asap itu terus naik sebelum akhirnya hilang bersama udara.
Gue harap permintaannya terkabul, cukup gue yang pernah ditipu asap harapan itu. Mereka jangan.
HAPPY BELATED BIRTHDAY URI HIMANG 💜
Anggap aja itu tiramisu pilihan Jess :)
Ga tau kalau ulang tahun kemarin dia kuenya strawberry, soalnya ini draft udah jadi dari sebelum Hoseok ulang tahun 😂
Maaf juga mulai lama lagi update nya, karena kerjaan sedikit lagi hectic huhu
Semoga sedikit terhibur sama part ini
Part selanjutnya, udah mulai nyambung lagi ko 💜
20.02.21
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top