Bagian TUJUH
BT21 : Foto
"Pimtha, apa boleh aku tinggal disini?" tanya Koya yang sama tak menatap lawan bicaranya.
"Kalian bahkan udah tinggal di hostel hampir satu minggu, kenapa masih nanya? Mau pindah kemana emang?" Pimtha kembali memasukan beberapa pakaian ke dalam trolly
"Aku ingin tinggal, bukan singgah."
Pimtha berhenti menggerakan tangannya pada barisan pakaian yang menggantung, ia membiarkan tangannya menggantung di udara .
"Aku tinggal disana sendiri, jadi kenapa aku tidak disini bersamamu?"
"Lo harus balik lagi, disana mereka butuh lo. Temen temen lo disana." jawab Pimtha cepat, bahkan sudah kembali menggunakan bahasa sehari harinya.
"Tapi disini ada kamu, Pimtha. Aku bisa menemanimu, kan?"
"Gue ga butuh ditemenin, gue bisa lakuin semuanya sendiri. Udah lebih dari sepuluh tahun gue berdiri di kaki gue sendiri, jadi lo ga perlu ngebuang diri lo di Bumi."
Mari tepuk tangan semuanya. Pimtha memang pembohong handal. Dia dengan tegas mengatakan tidak butuh teman. Padahal hampir setiap malam ia selalu bertanya pada bintang, bagaimana rasanya punya teman?
Hanya saja, Pimtha tak ingin seseorang melemparkan dirinya pada jurang kehidupan Pimtha. Cukup dirinya saja yang terperosok di dalam jurang itu, tak perlu lagi orang lain masuk.
Sudah cukup ia menarik Jessica dan Alex menemaninya di dalam kegelapan ini. Tak perlu lagi yang lain.
———
"Pimtha, ayo kita berfoto seperti itu." Mang menunjuk foto yang dipajang oleh studio foto yang ada di dalam department store.
"Apa kita bisa masuk kedalam kertas ini?" tanya RJ polos, yang dibalas hembusan nafas kasar oleh Pimtha.
"Yaudah, ayo. Tapi jangan ribut disana, kalian ribut, gue tinggal ye." ucapnya, lalu berjalan memimpin mereka bertujuh yang diantaranya membawa empat koper yang baru saja mereka beli.
Pimtha mendaftarkan untuk foto grup mereka berdelapan, lalu tanpa sungkan meminta uang pada Mang untuk membayar.
Beruntung studio foto sedang sepi, jadi mereka bisa langsung masuk.
"Kopernya simpen situ," Pimtha menunjuk pojok ruangan yang kosong. Cooky, Koya, Chimmy dan Tata menuruti apa yang diucapkan Pimtha, menyimpannya disana.
"Pimtha, aku sudah rapih kan?"
Hilih, bagian mau difoto aja nanya rapih. Biasanya juga keluar kamar langsung kedapur.
"Aku mau berfoto, jadi harus rapih. Berhenti mengomel, Pimtha." kata Shooky kesal, namun masih mempertahankan posisi dihadapan Pimtha untuk merapihkan pakaiannya yang sebenarnya sudah rapih.
"Udah rapih, mau apalagi yang rapihin?" tanyanya, namun tangannya sibuk merapihkan rambut lelaki tersebut yang sedikit berantakan.
"Pimtha, nanti kita buat ruangan seperti ini di hostel. Bagus." ucap Tata dengan polos, beruntung sang photographer tengah sibuk dengan laptopnya di sebrang ruangan sana.
"Ngapain bikin studio? Itu hostel bukan studio foto kelas ye, inget." jawab Pimtha dengan cepat.
"Apa di hostel kita punya kaca yang sebesar ini, Pimtha?" tanya Mang, yang sibuk dengan kaca segede gaban di dalam studio. Bahkan lelaki tersebut sudah mulai menari dihadapan kaca.
"Kegedean kaca segede gini mah, ga liat dikamar mandi ada kaca ngegantung? Segitu juga cukup, jangan maruk jadi manusia." jawab Pimtha, yang ikut berkaca dengan Mang.
"Bisa kita mulai sekarang, Kak, fotonya?" tanya si Photograper yang sudah siap dengan kamera di tangannya.
Pimtha mengangguk, lalu melirik ketujuh lainnya yang masih sibuk dengan diri sendiri.
"Ayo, Mas, sekarang aja." jawab Pimtha, lalu ia menarik Cooky yang tengah menatap pantulan dirinya di kaca. Setelah itu menepuk Koya yang sudah hampir tertidur diatas kursi.
Lanjut pada Shooky yang sibuk dengan rambutnya, "udah rapih, Ky, ayo." ajaknya. Lalu Chimmy dan Tata yang sibuk saling merapihkan diripun, Pimtha tepuk bahunya agar mengikutinya.
Mang dan RJ yang sedang menari di hadapan cermin pun, Pimtha tarik begitu saja membuat keduanya langsung terseok.
"Adik adiknya ganteng ya, Mbak." ucap si Photographer pada Pimtha yang tengah membantu mengatur mereka bertujuh.
Pimtha hanya tersenyum lalu mengangguk, itu artinya wajah dia tua sampe disangka Kakak dari mereka bertujuh?
"Jangan pada pindah lagi, kalau pada pindah liatin aja. Ginjal lo pada gue pindahin ke jempol kaki." ancam Pimtha yang sudah lelah mengatur posisi untuk foto.
Pasalnya mereka bertujuh selalu saja berpindah tempat, ada yang mau disamping Cooky dan Koya biar keliatan tinggi. Ada yang mau posisinya duduk, padahal tubuhnya menjulang. Ada yang mau difoto sendiri aja.
TAU GINI CERITANYA. MENDING GUE FOTO AJA DIBELAKANG HOSTEL YA, BANGSAAAA!!
"Mbaknya berdiri dibelakang sambil ngerangkul adik adiknya." suruh si Mas yang dituruti dengan cepat oleh Pimtha.
Ia melangkah kebelakang, lalu merangkul Koya juga RJ yang ada dihadapannya. Ia tersenyum manis kearah kamera, ingin menunjukan rasa bahagianya karena memiliki foto seperti ini.
Sebut saja Pimtha kamseupay karna tak pernah berfoto grup, karena yang ia punya hanyalah foto kelas.
Jelas saja, siapa yang mau berfoto dengan Pimtha? Teman saja ia tak punya, setiap pulang sekolah dia selalu pulang langsung karena harus membantu mengurus hostel.
Dihari libur, dia masih harus di hostel karena dia harus belajar bagaimana cara menghasilkan uang dari bangunan yang memiliki empat lantai tersebut.
Hari hari Pimtha memang 80% ia habiskan di hostel, jadi tak ada kenangan sedikitpun di kepalanya dengan teman atau bermain menghabiskan waktu.
Itu kenapa Pimtha tersenyum sangat manis kearah kamera, karena ini foto bersamanya dengan…. teman?
"Sekarang gantian, adik adiknya yang peluk Kakaknya ya." ucap si Mas, yang langsung dituruti oleh mereka bertujuh
Pimtha sendiri terkejut saat tubuhnya ditarik oleh Mang juga Shooky yang posisinya memang di depan. Mereka berdua menarik Pimtha agar duduk di tengah sofa, yang tentunya diapit oleh mereka berdua.
"Aku ingin disamping Pimtha," Tata menarik begitu saja tubuh Shooky hingga lelaki tersebut tersingkir dari sofa.
Tepat saat Chimmy mengangkat kedua tangannya kearah Mang, lelaki kuda tersebut langsung menyelanya.
"Aku juga mau disamping Pimtha. Kamu duduk saja dibawah, ini waktunya aku dengan Pimtha."
Lelaki berpipi chubby itu pun mencebik kesal, belum juga maksudnya diutarakan Mang sudah melarangnya.
Pimtha yang melihat mereka berebut seperti ini terkekeh ringan, lalu bertepuk tangan dengan kencang.
"Udah, berisik. Nanti gantian masing masing foto sama aku, okay? Sekarang kita foto dulu." lerai Pimtha saat Cooky baru saja akan menyela posisi Tata.
RJ dan Koya memeluk Pimtha dari belakang, Mang juga Tata yang ada disamping Pimtha memeluk wanita tersebut dari samping, lalu Shooky, Cooky dan Chimmy yang ada dibawah hanya dapat memeluk kaki Pimtha. Bahkan Shooky menyandarkan kepalanya diatas pangkuan Pimtha.
Mereka berdelapan pun kembali berfoto bersama. Entah sudah berapa gaya yang sudah mereka keluarkan, yang jelas sekarang saatnya mereka berfoto bersama Pimtha secara bergantian.
"Tata, foto duluan sama gue. Ayo." ajak Pimtha, saat yang lainnya sudah duduk disofa yang ada di luar set foto.
Tata tersenyum riang, ia menghampiri Pimtha dengan sombong karena dipilih lebih dulu.
Pimtha menepuk sofa disampingnya yang kosong, meminta lelaki biang onar tersebut duduk disampingnya.
"Aku harus bergaya seperti apa?" tanya Tata pada si Mas
"Terserah, aku bisa liat chemistry kalian mau gimanapun gayanya."
Tata mengangguk walaupun tak mengerti apa itu chemistry. Lalu ia melirik Pimtha yang hanya duduk dengan tangan yang ia lipat di depan dada dengan tatapan lurus.
Tata bisa mengetahui apa yang ada dipikiran wanita tersebut. Tak mau membiarkan Pimtha larut pada pikirannya, Tata pun menjatuhkan kepalanya diatas paha Pimtha. Membuat si empu terkejut, lalu melirik pada Tata yang sudah tersenyum kotak.
Tanpa mereka sadari, si Mas sudah mendapat tiga foto sedaritadi. Saat Tata menatap Pimtha yang tengah melamun, Pimtha yang terkejut karena Tata menjatuhkan kepalanya disana, dan ekspresi keduanya yang tengah tertawa dengan posisi Tata yang masih berbaring dengan kepala diatas pangkuan Pimtha.
Lain dengan Tata, lain juga dengan Cooky.
Lelaki bergigi kelinci tersebut berfoto dengan Pimtha dengan posisi Pimtha yang ia gendong di punggungnya. Keduanya tersenyum riang karena beberapa kali Cooky limbung karena Pimtha yang ketakutan saat Cooky melompat dengan dirinya yang masih menggelayut dipunggungnya.
Koya yang memang suka dengan buku, ia mengambil properti buku yang ada. Lalu memberikan satu pada Pimtha. Mereka berfoto dengan duduk dilantai, lalu buku yang mereka bawa digunakan untuk menutup setengah wajah mereka. Seolah olah tengah mengintip.
Ada Shooky yang lagi lagi membawa properti, ia membawa bola basket yang ada di pojok ruangan. Lelaki tersebut meminta Pimtha untuk melompat bersama meraih bola yang akan ia lemparkan nantinya. Jadinya mereka berdua difoto dengan gaya keduanya yang melompat berusaha meraih bola basket.
Ada RJ yang dengan percaya dirinya meminta Pimtha untuk melakukan flying kiss kearah kamera. Membuat mereka yang ada di studio mengumpatinya. Namun tetap saja Pimtha turuti, karena apalagi yang bisa ia lakukan selain menurut?
Terakhir Pimtha berfoto dengan Mang juga Chimmy, Mang masih kena sindrom ga percaya diri makanya dia narik Chimmy.
Mereka berdua berfoto bertiga dengan gaya yang membuat Pimtha berdiri diantara keduanya terkejut.
GIMANA GA KAGET YA, TIBA TIBA DARI ARAH KANAN SAMA KIRI GUE DICIUM!! BERUNTUNG AJA GUE GA PUNYA RIWAYAT LEMAH JANTUNG.
"Kita menyayangimu, Pimtha. Jangan bersedih lagi." ucap Chimmy, membuat Pimtha menoleh kearah kanan dimana lelaki itu berdiri.
"Aku tahu ini foto pertamamu, mulai saat ini kita akan sering berfoto untuk memenuhi kamarmu agar penuh dengan wajah kita."
Pimtha tersenyum sendu.
"Kalaupun suatu saat nanti kita pergi, setidaknya ada hal yang bisa membuat kamu tersenyum saat melihat foto kita nanti."
Berusaha menahanpun Pimtha susah, akhirnya ia membebaskan air mata yang sedaritadi ia tahan. Mang yang posisinya ada dibelakang Pimtha pun memeluknya dari belakang, mencoba menenangkan.
Yang lainpun ikut menghampiri Pimtha saat melihat Pimtha menangis.
Makasih udah nyasar kesini dan nemenin gue, walau akhirnya kalian pergi juga.
A/n : Agak mellow dikit, maafkeun huhu
2020 - 04 - 13
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top