Bagian Lima Belas

Lima belas




"Mbak tahu darimana hape gue rusak?" tanya Alex saat Pimtha membawanya masuk ke gerai salah satu brand ponsel.

"Lah? Hape lo rusak kenapa? Hobi ko ngerusakin hape sih, pusing gue dengernya." 

Alex tersenyum kikuk, "kecemplung waktu ke pantai kemarin. Gue kira hape gue tahan air, taunya langsung ngeblank pas gue coba foto di air." 

Pimtha tertawa, "Lex, bego lo makin berkembang pesat ya, lo kasih makan apa?" 

Alex mendengus kesal. "Ya kan namanya coba coba, Mbak, mana tahu kalau dia engga tahan air." protesnya.

"Jeje jangan tahu, dan jangan pilih yang mahal mahal. Gue potong gaji lo kalau sampe pilih yang mahal!" wanti Pimtha, yang berhasil membuat Alex langsung melesat mencari series ponsel yang sesuai dengan kriterianya, plus kantong Mbak Pim.

Pimtha pun ikut mencari ponsel yang sesuai dengan kebutuhannya. Bukan, lebih tepatnya kebutuhan tujuh aliennya yang ada di hostel.

Belajar dari pengalaman kemarin, Pimtha tak ingin lagi ke tujuh alien hilang tanpa kabar. Makanya dia berniat membelikan dua ponsel untuk tujuh jelmaan alien tersebut.

Pimtha tak butuh waktu lama untuk mencari series ponsel untuk para aliennya. Jadi dia membeli series terbaru saja, dua. Karena Pimtha memang bukan tipikal manusia yang harus tahu segala spekulasi yang ada di dalam ponsel.

Berbeda dengan Alex yang bahkan harus mencari tahu dulu ram, dan segala macam yang Pimtha tak mengerti.

Pimtha itu manusia simpel, kalau memori penuh, ya beli flashdisk atau memori baru.



"Lo beli dua, Mbak?" tanya Alex setelah menghampiri Pimtha di counter pembayaran dengan dua box ponsel di hadapannya.

Pimtha mengangguk, "iya, lo udah selesai?" 

"Udah, nih," Alex menyimpan box ponselnya bersamaan dengan dua ponsel pilihan Pimtha. Namun pandangan Alex terpaku pada box ponsel yang Pimtha pilih. Series yang Pimtha pilih adalah series terbaru, dan limited.

"Mbak, katanya gue jangan beli yang mahal mahal. Tapi lo beli yang harganya tiga kali lipat dari punya gue." nyinyir Alex tak tahu diri, udah dibayarin, masih aja ngomel.

"Bawel lo, tunggu depan. Gue bayar dulu."  usir Pimtha, yang membuat Alex mencebik kesal namun tetap menuruti perintah sang Mbak.

Kalau ga nurut, takut hapenya diambil lagi.


Sesuai ucapan yang sebelumnya. Alex ikut menemani Pimtha ke supermarket karena memang tenaga lelaki tersebut berguna.

Seperti sekarang, sesampainya di hostel, Pimtha langsung turun dengan membawa dua plastik di masing masing tangannya. Meninggalkan Alex yang masih sibuk di bagasi mobil.

"JE! BANTUIN ALEX!" Teriak Pimtha, sebelum menaiki tangga dan melanglah menuju kamar pojok.

Pimtha yang memang sadar jika pemilik kamar pojok adalah para aliennya, jadi ia pun langsung saja masuk. Karena Pimtha yakin, mereka tidak akan melakukan hal yang iya iya.

Sesuai ekspetasinya, mereka bertujuh tengah asik dengan kegiatannya masing masing.

Koya yang sudah jelas, tertidur di ranjangnya. Shooky dan Chimmy tengah bermain dengan anjing kecilnya. RJ yang sedang mematut diri di cermin yang menggantung, sibuk merapihkan rambutnya yang sudah rapih. Cooky dan Mang yang sibuk menari di ranjang atas, dan terakhir Tata yang entah sedang melakukan apa karena memunggunginya.

"Ta.."

Tata berbalik, dan apa yang ada dibalik tubuhnya membuat Pimtha terkejut. Dengan cepat Pimtha melangkah mendekati lelaki bertahi lalat di ujung hidungnya tersebut.

"Ini anjing siapa, Ta? Astaga.. Lo ngambil darimana? Duh, balikin cepet sama yang punyanya." 

Tata mengernyit, lalu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak mencurinya, Pimtha." 

"Terus? Lo dapet darimana? Ga mungkinkan muncul dari langit?" 

"Aku merubah gambar yang ada di buku itu menjadi nyata," tunjuk Tata pada majalah yang ada di nakas. Kali ini Pimtha yang mengernyit, lalu meraih majalah yang ditunjuk oleh Tata.

Benar. Di salah satu halamannya, hanya ada warna putih. Membuat Pimtha sadar, jika memang benar alien tersebut bisa membuat nyata gambar tersebut.

"Lo bisa bikin nyata gambar?" tanya Pimtha, yang dibalas anggukan oleh Tata. "Aku bisa merubah apapun."

Pimtha merasa tertantang, lalu menunjuk botol kosong yang ada disamping majalah. "Coba buat botolnya jadi penuh lagi." 

Tata mengangguk, lalu menunjuk botol tersebut. Setelah itu ia menjentikan jarinya, dan detik berikutnya botol yang tadinya kosong sudah kembali terisi.

"Woah, hebat!" seru Pimtha senang. Sedangkan ke enam lelaki yang sedaritadi menonton, hanya menggelengkan kepala.

"Ternyata manusia di Bumi kampungan semua." celetuk Shooky, yang langsung mendapat delikan dari Pimtha karena ia mendengar jelas apa yang diucapkan lelaki pucat tersebut.

"Bisa ubah dia menjadi serbuk Marimas?" tanya Pimtha sembari menunjuk Shooky. Membuat lelaki yang ditunjuk mengernyit bingung, "apa itu Marimas?" 

"Serbuk yang bisa mengubah air menjadi berwarna kuning dan memiliki rasa jeruk." jawab Pimtha asal.

"Ak—"

"Udah diem, gue baru inget mau apa tadi ke kamar ini." sela Pimtha cepat saat RJ baru mengeluarkan sedikit suaranya.

Pimtha membuka salah satu paperbag yang ada di tentengannya. Lalu mengeluarkan isinya di hadapan tujuh alien yang sudah mengelilinginya.

Bahkan kini mereka berdelapan sudah duduk di atas karpet, dan mereka bertujuh sedang menatap binar pada dua box yang Pimtha keluarkan.

"Apa itu makanan?" tanya Mang, yang dibalas gelengan kepala. "Makanan mulu, laper lo?" 

"Iya, sejak pagi aku belum makan, Pimtha." jawab Mang dengan lemas.

"Sabar, ini yang mau gue keluarin lebih mahal daripada makanan, nih." katanya, lalu membuka box berwarna gelap tersebut di hadapan warga BT21.

"Itu apa?" tanya Chimmy bingung dengan benda kotak yang ada di dalam box tersebut.

"Ini namanya hape, buat telepon atau sms. Ngerti?" 

Dengan kompak mereka menggelengkan kepalanya. "Tak bisa di makan?" kali ini Cooky yang bertanya.

"Engga bisa, Kelinci Bongsor," jawab Pimtha dengan sabar. "Nih, ini kalian bisa pake kalau kalian lagi diluar dan harus kabarin gue." Pimtha memberikan ponselnya pada Koya yang sedaritadi menyandarkan kepalanya di bahu kecil Pimtha.

Koya membuka matanya malas, memperhatikan Pimtha yang sedang menjelaskan cara menggunakan ponsel tersebut. 

Dirasa cukup menjelaskan cara menggunakan ponsel tersebut, Pimtha pun kembali membuka box yang satunya dan memberikannya pada Shooky. "Simpen yang bener, kalau kalian mau pergi lagi kaya kemarin, bisa kabarin gue pake ini, ngerti?" 

"Tapi kita gak akan pergi lagi, Pimtha." ucap Cooky, membuat Pimtha tersenyum manis lalu menggelengkan kepalanya. "Kalian bakalan pergi lagi, gue tahu ko." 

Mereka bertujuh menunduk setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Pimtha. Menyadari jika mereka semua menunduk, Pimtha pun menepukan kedua tangannya dengan semangat.

"Ayo sekarang kita masak masak! Gue udah belanja tadi sama Alex, kalian laper kan?" 

Ketujuh kepala tersebut kembali terangkat, dan menatap Pimtha dengan semangat. Setelah itu mereka keluar dari dalam kamar dengan langkah yang tergesa, bahkan Koya dan Shooky meninggalkan ponsel tersebut dengan asal di atas karpet.

Pimtha menghela nafas lelah, "ga tahu kali ya, ini harga dua hape bisa buat dp rumah yang ada kolam renangnya." desis Pimtha kesal, lalu menyimpan dua ponsel tersebut di atas nakas. 


A/n : Kita mulai lagi ya kebobrokan warga BT21 plus tiga penghuni Buminya 💜

Ini hape yang digeletakin Koya sama Shooky 😭😭

Jangan lupa vommentnya, penghuni Bumi!! 

HEARTEU!! 💜😘

2020 - 08 - 24

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top