Dan Kazuo ( 3 Februari )

“Oi, Dan! Di belakangmu!” Seru seseorang khawatir. Padahal orang itu sedang sibuk menebas tubuh lawannya, namun ia tetap menyerukan peringatan tersebut hingga tanpa sadar kehilangan pijakan untuk melangkah.

Dan—pria berambut biru dengan pedang besar ditangannya segera menoleh sembari memukul mundur salah satu noda yang hampir menusuk punggungnya. Ia segera melihat keadaan Dazai一 orang yang memperingatkannya dan segera melempar pedang itu ke noda yang mengambil ancang-ancang untuk membunuh Dazai.

Pedang besar miliknya menembus tubuh noda, membuatnya mengerang dengan suara pilu yang mengerikan. Sebelum kembali menyerang, Dazai yang ternyata sudah kembali ke posisi bertarung nya segera menebas kepala noda itu.

Kepala yang terbelah itu langsung menghilang, meninggalkan tubuh yang dipenuhi api biru itu jatuh begitu saja.

“Maaf Dazai, aku—“

“Tunduk!!” lagi-lagi Dazai berteriak memperingati. Senjata di tangan yang awalnya hanya sabit kini berubah menjadi panah dalam sekejap. Dan segera menunduk kala panah di lepaskan, menghindari serangan dari rekannya yang bisa menghancurkan kepalanya jika terkena.

“Daaan!! Maafkan aku!! Tadi terlalu panik karena mereka terus menyerangmu!” Dan yang mendengar kata-kata panik itu hanya terkekeh. Merasa lucu melihat tingkah menggemaskan dari Dazai. Padahal saat bertarung, wajahnya sangat menyeramkan. Namun, hanya dalam beberapa detik ia mampu mengubah baik intonasi maupun ekspresi di wajahnya. “Aku baik-baik saja Dazai. Justru harusnya aku yang bertanya. Kau hampir saja terbunuh jika saja tidak memperingatkan ku soal noda lain yang berusaha menyerangku...”

“Uwaah, kalian benar-benar keren!” puji seseorang tiba-tiba. Menarik atensi keduanya pada sosok berambut putih—manusia harimau dari agensi yang ada di buku ini. Remaja laki-laki yang berusia 18 tahun itu terkagum-kagum setelah disajikan pemandangan bertarung mereka selama hampir 15 menit. Mungkin bagi orang berkemampuan khusus seperti dia, pertarungan itu terlihat biasa saja. Namun, yang melawan adalah manusia tanpa kemampuan, karena itulah Atsushi merasa bahwa mereka berdua benar-benar keren.

Dazai yang seperti biasanya narsis langsung memasang wajah sombong khasnya, sedangkan Dan lagi-lagi hanya bisa terkekeh.

“Oh iya, sebenarnya aku punya pertanyaan. Kenapa aku tidak boleh ikut membantu tadi??” tanya Atsushi setelah puas memuji Dazai merah. Yang ditanya saling menatap satu sama lain. Terlihat bingung menjelaskan pada Atsushi yang tengah penasaran.

“Etto, bagaimana menjelaskannya ya?? Mungkin karena noda merupakan roh yang berusaha menghancurkan kalian,” ucap Dazai yang berusaha menjelaskan. “Karena itulah dia harus dibasmi oleh sesama roh seperti kita...”

“K-kalian hantu?!” Atsushi bertanya kembali namun kini dengan raut wajah ketakutan.

“Yang benar saja. Kalau kami hantu, mana mungkin kami bisa makan di kafe Uzumaki.” Balas Dan sembari menghela nafas. Tangannya lalu menarik pergelangan tangan Atsushi, menggenggamnya erat lalu membiarkan Atsushi merabanya sebentar.

Beberapa saat kemudian pria harimau itu tersentak lalu membungkuk minta maaf. “Aku minta maaf! Maaf atas kelancanganku yang telah mengira kalian hantu...!”

“Yah, kamu ga salah sih. Kami juga udah mati soalnya...”

“Eh?!!”

“Okee, anggap saja pertarungan serta percakapan tadi ga kelihatan. Sekarang saatnya kembali ke agensi, oke?” tawar Dazai sambil merangkul Atsushi. Sedangkan remaja itu hanya mengangguk mengiyakan sembari tersenyum lebar.

Bisa diajak kerjasama juga tu anak.

“Tapi, Dazai-san, bukankah tempat ini berantakan? Tidak ingin dirapikan sebentar??”

“Ngapain capek-capek bersihkan kalau ujung-ujungnya rapi begitu?” Dazai malah balik bertanya sembari tangan kanannya menunjuk tempat yang sebelumnya menjadi arena pertarungan, kini kembali seperti biasanya. Seolah-olah pertarungan tadi benar-benar tidak ada. “KOK ILANG?!”

“yosh, yosh! Saatnya kembali!!” Ucap Dazai dengan semangat 45' yang membara. Kemungkinan karena adanya sesuatu di hari ini.

Saat akan berjalan, Dazai tiba-tiba berhenti lalu menatap ke arah Dan yang masih diam di tempat. Pria berambut biru itu terdiam untuk kesekian kalinya untuk hari ini. Dazai sebenarnya khawatir, namun ia sendiri segan untuk bertanya.

Mungkin sesampainya di agensi, ia akan meminta tolong Odasaku atau Ango untuk menanyakan perihal diamnya Dan hari ini.

“hei, Daann! Apa yang kau lakukan? Ayo kita pergi, nanti kutinggal nangis lagi...” ucap Dazai bercanda.

Dan sempat tersentak, mengangkat kepalanya ke atas lalu mengangguk pelan. “Ah maaf, tadi aku—“

“Dan? Kau menangis? Kenapa... tiba-tiba?” tanya Dazai yang hampir syok melihat teman Buraiha nya menangis. Apa jangan-jangan Dan menangis karena kami tidak merayakan ulang tahunnya?

“Aku... Menangis ya??” tanya Dan yang disambut anggukan dari Atsushi dan Dazai merah. Pria beriris kuning itu menggelengkan kepalanya pelan, menghapus air mata yang sempat jatuh di pipinya lalu menghampiri kedua orang yang kini menatapnya khawatir. “Tidak apa-apa kok. Tiba-tiba aku teringat masa lalu. Ayo, saatnya kita ke agensi...”

Walau begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa Dazai penasaran apa yang membuat tangisan itu jatuh. Salahku kah?

***

Otanjoubi Omodeteo, Dan Kazuo!!!” ucap orang-orang yang berada di kafe Uzumaki serempak. Dan yang awalnya bingung akhirnya bertanya, “Memangnya orang mati macam kita harus dirayain ulang tahunnya?”

“Kau ini serius sekali!” komentar Ango sembari menepuk-nepuk pundak Dan pelan. Dazai mengangguk menyetujui lalu mengambil topi kerucut yang tersisa untuk di letakkan di atas kepala Dan. “Lagipula apa salahnya merayakan ulang tahunmu?”

“Si kucing mengizinkan?”

Odasaku yang memegang kue tart akhirnya mendekati Dan karena agak kesal melihatnya yang sedari tadi hanya planga-plongo macam anak kesasar. Akhirnya dengan baik hati dan penuh kesabaran, ia menjelaskan layaknya seorang ibu ke anaknya. “Karena penyucian buku udah lumayan jarang, dan jumlah penulis yang menganggur di perpus banyak, akhirnya untuk menghemat budget kami memutuskan untuk merayakannya disini saja. Anggap saja pesta kecil-kecilan versi Buraiha yang collab ama Agensi Detektif Bersenjata.”

“Hum-hum! Karena itu, ayo ditiup lilinnya, Dan-san!” ucap Atsushi berambut putih denagn antusias.

“Jangan lupa ucapkan permintaan sebelum tiup lilin,” sambung Kyouka—gadis berambut ungu dengan wajah datarnya. Tapi manis...

“Ayok! Habis itu kita pesta!” Dazai coklat ikut nimbrung. Namun, setelah berkata seperti itu, sebuah tangan memukul kepalanya dengan keras hingga ia jatuh tersungkur. Namun sepertinya tidak ada yang peduli soal itu. Dan jadi heran sendiri.

“Ah baik. Aku akan segera meniup lilinnya.” Ujar Dan pada akhirnya sambil menutup mata. Dalam hati mengucapkan syukur dan permintaan, lalu beberapa saat kemudian meniup lilin itu sampai mati. Ketika lilin terakhir mati, semuanya bertepuk tangan dengan gembira. Sebenarnya Dan agak heran kenapa agensi bisa punya waktu merayakan ulang tahunnya. Tapi ternyata hal itu sudah terjawab setelah satu-satunya dokter agensi, Yosano Akiko memberi tahu.

“Minggu ini, ketua memutuskan untuk memberikan libur. Karena tidak ada kerjaan, kami memutuskan ikut membantu.”

“Ah begitu. Maaf jika itu merepotkan. Omong-omong ini make uang siapa??”

“Odasaku...” Dazai dan Ango menjawab tanpa dosa. Membuat Dan hanya bisa mendengus pasrah mendengarnya. “Maaf ya, Odasaku.”

“Ga papa. Sebagian juga kue sama makanan itu bikinan Ango. Lalu properti pesta pun kebetulan dimiliki Agensi. Jadi kami cuman ngabisin uang untuk hadiah ulang tahunmu...”

“Hemat budget beneran ternyata...”

“Hei, Dan. Coba rasain kuenya! Enak loh! Kue hasil collab antara Ango sama Kyouka-chan!” Ucap Dazai bersemangat. Ia ternyata sudah memotong kuenya dan tengah meletakkan potongan kue yang lumayan besar itu ke piring kertas yang disediakan.

Dazai lalu memberikannya pada Dan untuk dimakan. “Silahkan!”

“Kalian buat kue berapa?”

“Cuman tiga...” Ango membalas sambil memotong kue lainnya untuk dibagikan ke anggota agensi. Kali ini, Dan hanya bisa ber-sweatdrop melihat kelakuan teman-temannya.

Dan akhirnya menerima kue yang diberikan oleh Dazai lalu memakannya. Beberapa saat kemudian ia terdiam sebentar, terlihat sedang menguraikan rasa yang tengah pecah dimulutnya dengan hati-hati. “...tartnya ga kemanisan?”

“Eh? Ku kira Dan suka yang manis?” Dazai merah bertanya heran.

“Aku memang suka manis, tapi bukankah ini kemanisan?” tanya Dan sambil menatap Ango yang malah tertawa kecil. “Lidahmu itu terlalu normal, karena itu aku selalu menjadikanmu alat uji masakan buatanku. Tapi, ya kali aku ngajak orang yang berulang tahun cicipin kuenya sendiri?”

“Eh...?”

“oke, saatnya bersulang!” Odasaku mengalihkan seluruh atensi di ruangan sambil mengangkat gelas. Di saat semuanya mendapatkan dan mengangkat gelas, seruan “kanpai” langsung menjadi awal dari pesta yang berlangsung hingga sore itu.

***

“Yah, lagi-lagi Ango dan Dazai mabuk. Omong-omong Chuuya, tumben ga mabuk?” tanya Odasaku pada pria berambut pirang yang sedang menikmati tart yang tersisa. Si rambut pirang mengangkat kedua bahu tanda tak tahu. Mungkin saking nikmatnya kue hasil collab antara Ango dan Kyouka, ia sampai tidak tertarik meminum alkohol yang dikeluarkan Yosano.

Odasaku lalu menatap ke arah Dan yang tengah sibuk membantu orang-orang yang masih belum mabuk membersihkan tempat tersebut. Beberapa saat kemudian, Odasaku mendekati Dan sembari mengambil salah satu kantong plastik berisi sampah dari tangan Dan. “Setidaknya kalau kesulitan, jangan sungkan untuk memberi tahu...”

“Ah, Odasaku. Tidak apa. Sebaiknya kau menjaga Ango, Dazai dan Chuu—“

“Chuuya sedang tidak mabuk...” potong Odasaku yang membuat Dan langsung syok. Ia segera melihat ke arah meja paling ujung dan menemukan Chuuya yang masih setia dengan kue tart di depannya. Sungguh pemandangan yang langka...

“Kok bisa?”

“Nanti juga mabuk pas kita pulang. Tunggu aja...” balas Odasaku setengah bercanda. Mereka berdua kemudian keluar untuk membuang sampah. Ketika mereka menuju ke arah tempat pembuangan sampah yang berjarak sekitar sepuluh meter dari pintu kafe, Odasaku tiba-tiba menyeletuk, “Tadi kenapa nangis?”

“eh? Ah, aku juga kurang tahu soal itu.”

“Yakin??” tanya Odasaku sekali lagi. Dan kali ini menunduk. “....kenapa ya, setiap kali melihat punggung Dazai, aku jadi ingin menangis?”

Odasaku yang mendengar hal itu sempat terdiam sebentar. Beberapa saat kemudian ia tertawa sambil tangannya yang tak memegang apapun menepuk punggung Dan pelan. “Apakah Dazai sebegitu kerennya di matamu sampai-sampai kau menangis seperti itu? Tidak biasanya kau seperti itu loh. Pasti ada alasan lain...”

“Ya, aku rasa begitu. Tapi aku tidak tahu tepatnya. Mungkin... Aku takut kehilangannya sekali lagi?” ujar Dan ragu sembari melemparkan manik kuningnya pada Odasaku.

Pria berambut coklat yang akrab dengan aksen Osakanya kemudian berpikir. Menutup mata sebentar lalu kembali membukanya. “Jika Dazai sampai mendengar alasan ini, dia pasti akan mengajak kita minum lagi sampai pagi.”

Dan mengangguk, menyetujui pernyataan Odasaku. “Kau benar. Mungkin aku harusnya tidak terlalu memikirkannya. Lagipula ini hari ulang tahunku...”

Sou, sou! Tidak baik orang yang sedang berulang tahun berpikir seperti itu. Yah, walaupun ada yang bilang resiko kematian tertinggi seseorang terletak di hari ulang tahunnya...” Odasaku menggeleng kuat. “Tapi, di hari berbahagia ini, bukankah lebih baik dihabiskan dengan cara bersenang-senang?”

“Haha, aku setuju denganmu. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku...”

“Harusnya kau mengatakan itu pada Dazai. Dazai daritadi khawatir loh. Jelaskan saja padanya nanti. Kalau dia mengajak minum, beritahu aku, okee?”

“Baiklah.” Balas Dan mengiyakan permintaan Odasaku.

Yah, mungkin benar. Walau resiko kematian seseorang cukup tinggi di hari ulang tahunnya, apa salahnya untuk bersenang-senang sebentar?

***

No comment saya untuk chapter ini. Intinya selamat ulang tahun untuk Dan. Saya tahu ulang tahun Dan jatuhnya besok. Tapi mau gimana lagi.

Makasih untuk orang-orang yang masih nunggu. Aku sayang kalian🎉🎉🎉

Kali ini saya tutup dulu, sekian dari saya, sampai jumpa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top