#07 - アナザー太宰治


"Kerja bagus, Chuuya-kun. Untuk saat ini, nikmatilah waktu luangmu..." Ucapan itu mengakhiri percakapan basa-basi Mori Ougai, bos mafia yang sangat ia hormati. Chuuya kemudian menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celana sembari menghembuskan nafas, antara pasrah dan lega ketika mendengar kalimat terakhir tersebut.

Langit terlihat bersemangat seharian itu.

Seolah ia sedang menyemangati Chuuya yang moodnya sangat buruk hari itu. Namun sayang, sinar dan panasnya matahari malah membuat Chuuya semakin kesal saja, menambah beban yang begitu berat di pundaknya.

Nakahara Chuuya nama lengkapnya. Seorang pria berambut jingga yang merupakan salah satu orang penting di mafia.

Langit mulai menyebarkan hawa panasnya kala jarum jam baru saja menunjukkan pukul delapan pagi. Sapaan ramah dan senyuman dari para bawahannya tak satu pun dipedulikannya. Bahkan Kouyou yang melihatnya dari jauh jadi segan sendiri menyapa sang pria terkait karena melihat hawa imajiner yang mengelilingi Chuuya terlihat suram dan kelabu. Suhu udara mulai menurun kala matahari mulai tenggelam di sisi barat. Langit di luar berubah menjadi sedikit keunguan, dan keadaan di port mafia kini benar-benar sepi. Chuuya yang dari pagi mengurung diri di ruang kerjanya, akhirnya memilih untuk keluar sebentar. Menuruni lift dari lantai atas ke bawah, lalu segera bergegas keluar dari gedung bertingkat itu.

Di luar, tubuh mungilnya menembus kerumunan para pejalan kaki dengan mudah. Walau beberapa kali badannya bertabrakan dengan rombongan pekerja tidak tahu diri, ia tetap melanjutkan langkahnya. Beberapa saat kemudian memilih mengungsi ke gang sempit terdekat karena kesal terus terbawa arus.

"Nakahara-kun?" sapa seseorang yang dikenal Chuuya. Mata safirnya menangkap eksistensi dua pria yang memiliki tinggi yang cukup jauh. Merekahkan senyum kala mengetahui salah satu dari mereka adalah orang yang dikagumi Chuuya. Ia pun balas menyapa dengan sopan, "Selamat sore Chuuya-san!"

"Nakahara?" beo pria berambut merah dengan pakaian eksentrik. "Chuuya-san, kau bertemu kembaranmu dan tidak menceritakannya padaku?"

"Untuk apa kuceritakan jika kau sendiri tidak menanyakannya?" balas Chuuya berambut pirang dengan senyum seringainya. Sedangkan pria berambut merah gelagapan sendiri saat mendengarnya. "A-aku kan pernah bertanya padamu!"

"Benarkah? Seingatku yang menanyakannya Shiga, deh."

"Eh begitu ya?" Ucapan itu jadi kedengaran bodoh di telinga kedua Chuuya itu.

"Ah, abaikan saja si momo no hanayarou ini. Sepertinya kau punya waktu luang Nakahara-kun. Mau minum bersama?" ajak Chuuya pirang sambil merangkul si pria merah dengan kasar. Akhirnya Chuuya pun menerima ajakan itu dengan senang hati.

Ketiganya lalu berjalan menyusuri gang sempit tadi sembari membicarakan topik-topik seputar pekerjaan. Sebenarnya Chuuya dari awal sudah dipusingkan oleh pekerjaan, tapi anehnya, saat membicarakan hal itu dengan pria kembarannya, ia malah merasa baik-baik saja tentang itu. Terkadang Chuuya tertawa ketika melihat pertengkaran konyol antara dua pria disampingnya, dimana ujung-ujungnya pria berambut merah itu akan kalah telak dengan wajah tertekuk.

Beberapa saat kemudian mereka berhenti di sebuah bar kecil. Sebenarnya Chuuya cukup kaget dengan bar yang ada di gang sempit itu, namun belum sempat bertanya, ia malah di tarik masuk ke dalam.

Saat berada di dalam, alunan musik jazz langsung menyambut indra pendengarannya. Mereka bertiga akhirnya duduk. "Oi, Dazai. Pesan saja whiskey. Aku sebenarnya tidak punya cukup uang untuk mentraktirmu." Ucap Chuuya pirang tiba-tiba yang langsung membuat Chuuya menoleh patah-patah pada mereka berdua.

Dazai?!

"Bilang saja kau ingin aku membawa Odasaku kan?! Gak akan! Uang Odasaku adalah uang milikku dan Ango seorang!"

"Mana mungkin aku melakukan hal itu! Kalau ku bilang Whiskey, ya harus minum itu! Kan kamu minum pakai uangku!"

"Chuuya pelit ah!"

"Bodo amat sih." Chuuya pirang kemudian menoleh pada Chuuya. "Kau tidak memesan?"

Chuuya mengangguk ragu dan akhirnya hanya memesan segelas bir. Mata birunya lalu melirik Dazai, pria berambut merah yang penampilannya secara keseluruhan berbeda dengan Dazai yang ia kenal.

Entah kenapa keramahan pria itu terlihat sangat natural dan menghangatkan, berbeda dengan si pemboros perban. Aduh, kenapa Chuuya malah membandingkan keduanya begitu?

"Nee, Chuuya..." celetuk Dazai merah itu tiba-tiba. Membuat Chuuya kembali menaruh perhatian kepadanya. Sedangkan Chuuya pirang hanya mendecih pelan sebelum akhirnya membalas.

"Kenapa lagi njir?! Kalau mau merengek jangan ke aku! Kan masih ada Dan, Ango, sama Odasaku! Kalau niat, noh! Ku siapin duit agar kamu bisa membeli kertas satu kilometer! Dengan begitu kau bisa me-nulis segala keluh kesahmu disana."

Dazai merah tampak terkejut. "Kok Chuuya tahu aku-"

"Tapi kalau sampai mengajak minum, walau dengan uangku sendiri, berarti masalah yang kau hadapi untuk saat ini pasti sangat buruk." Potong Chuuya pirang tiba-tiba sebelum meminum habis anggur miliknya. Sedangkan Chuuya (BSD) memilih diam dan mendengarkan dengan seksama. Setengah terkagum karena kedua orang di samping bisa se-akur ini.

"Sangat buruk! Benar-benar buruk dan seburuk-buruknya!"

"Seburuk apa sampai-sampai penyusunan katamu jadi hancur gitu?"

"Intinya sih buruk! Walaupun aku tidak pernah rukun dengan Chuuya sekalipun, hal ini lebih buruk dari hubungan kita!" aku Dazai sembari mengepalkan tangan kanannya ke atas.

"Kalimatmu itu ambigu, hanayarou. Tapi baiklah, aku akan mendengarkannya."

Dazai tersenyum lebar sebelum akhirnya menjelaskan langsung inti keluh kesahnya. "Akutagawa-sensei mengabaikanku..."

"Kau mau ku pukul?" tanya Chuuya pirang dengan wajah kentara emosi. "Kalau soal itu, kenapa tidak menanyakan pada teman dekat Akutagawa? Kikuchi Kan, Hori Tatsuo? Kume Masao atau mungkin si Shiga?"

"Aku sudah bertanya pada mereka dan jawaban mereka cuman sungguh mengecewakan..."

"Ayok! Akutagawa marah!" Chuuya pirang menyimpulkan tiba-tiba, membuat Dazai memasang wajah syok karena mendengarnya.

"Yaelah Chuuya! Bantuin napa coba!" protes Dazai sambil menyilangkan kedua tangannya kesal. Mendengar itu, Chuuya pirang langsung melayangkan tatapan galaknya pada Dazai.

"Udah minta tolongnya ga sopan, maksa pula. Jangan-jangan nanti kau bawa aku lagi ke masalahmu! Sudahlah, habis pulang, kubelikan kertas yang panjangnya satu kilometer."

"Cih, Chuuya ga asik!"

"Habisin minumanmu cepat... Maaf ya Nakahara-kun, aku jadi mengabaikanmu karena si bodoh ini..." ucap Chuuya pirang sambil menatap kembaran disampingnya. Sedangkan Chuuya menggeleng pelan dan mulai meminum bir pesanannya dengan tenang.

"Aku tidak bodoh!"

"Ah, tidak apa-apa. Omong-omong namanya Dazai Osamu ya?" tanya Chuuya sambil menatap pria berambut merah itu. Chuuya pirang pun menjawabnya.

"Begitulah. Sebenarnya itu nama penanya, tapi panggil saja Momo no hanayarou."

"Oi! Namaku Da-za-i O-sa-mu!"

"一atau kau bisa memanggilnya bego."

"njir, Chuuya jahat." Dazai pundung, sedangkan Chuuya pirang tertawa nista melihat reaksi dari rekannya itu. "Itu sih deritamu!"

"Ano.. Apa Dazai Osamu-san suka bunuh diri?" tanya Chuuya (BSD) dengan nada pelan, kentara takut menyinggung serta tidak terbiasa memanggil Dazai dengan sufiks -san di belakangnya. Sedang Chuuya berambut pirang yang akan mengatakan sesuatu segera di tutup mulutnya oleh Dazai dengan cepat. "So-soal itu, bukankah pertanyaan seperti itu cukup blak-blakan?! Apa anda berusaha mencari tahu bahwa saya memiliki kemiripan dengan Dazai-san yang berperban itu?"

Selesai berkata seperti itu, Chuuya berambut pirang langsung menarik botol biru yang biasa ia pegang, berniat memukul kepala Dazai. Namun beruntung, pria berambut merah tersebut berhasil menghindarinya dengan cepat. "Tanganmu itu bau, hanayarou!!"

Sedangkan Chuuya (BSD) sedikit kaget kala menyadari bahwa Dazai yang duduk disampingnya sekarang terlihat ketakutan dengan Chuuya disampingnya. Iri? Ya jelas! Wong selama ini dia yang terus di bully sama Dazai Osamu.

"Orang bego ini bunuh diri bekali-kali, bahkan sempat dipenjara atas tuduhan pembunuhan! Peristiwa bunuh diri paling terkenal adalah kejadian 15 Maret 1935, gantung diri di Kamakura yang berakhir kegagalan . Lalu yang kudengar dari Ango, kau berhasil bunuh diri dengan wanita ya? Memalukan sekali..." ucap Chuuya pirang dengan nada setengah menghina. Sedangkan Chuuya yang satunya hanya mengangguk mengiyakan.

Duh, Dazai jadi malu sendiri.

"Yah... Walaupun begitu, tak ku sangka kematian kita hanya berselang 11 tahun. Tahun 1948 'kan?" Celetuk Chuuya pirang tiba-tiba. Sedangkan Dazai yang mendengar pernyataan tersebut hanya tersenyum sembari meminum whiskey-nya yang sedari tadi belum diminumnya.

Chuuya jadi ngeri sendiri mendengar topik berat tersebut. Walau ia sering melihat kematian di depan matanya, bahkan sampai ikut terlibat dalam kematian itu sendiri, Chuuya belum pernah melewati kematian seperti dua orang disampingnya.

"Padahal awalnya aku tidak terlalu peduli bukuku menghilang, karena bagaimanapun, semua puisiku hanya berisi kesedihan yang bahkan tak akan bisa dimengerti oleh orang-orang-"

"Chuuya-san, itu tidak benar! Memangnya apa yang salah kalau karya Chuuya memang seperti itu!" potong Dazai yang membuat Chuuya auto ngelirik ke arahnya dengan wajah galak. Dazai yang awalnya ragu, akhirnya tetap melanjutkan, "Walaupun hanya sedikit, aku bisa mengerti karya Chuuya, kok!'

Chuuya (BSD) jadi terharu sendiri mendengar kata-kata dari Dazai merah yang terdengar tulus itu. Namun tidak berlaku untuk Chuuya (BTA), ia menundukkan kepalanya dalam sembari bergumam, lalu kembali melanjutkan minumnya.

"Akutagawa sedang ingin sendiri. Jadi jangan khawatir..." ucap Chuuya ketika selesai menghabiskan minumnya. Dazai bingung sendiri. "Apa?"

"KUBILANG AKUTAGAWA-SENSEI SEDANG ADA MASALAH! JADI BIARKAN DIA SENDIRI DAN JANGAN MENGGANGGUNYA JIKA KAU BENAR-BENAR MENYAYANGINYA!" ucap Chuuya ngegas 24/7 sembari menaikkan kaki kanannya ke atas meja dengan tidak sopan. Kedua tangannya menarik kerah baju Dazai sembari menggoyangkannya ke sana kemari karena kesal.

"Chuuya!!! Aku akan matiii! Akan matiii!!! Lepaskan!!!"

Chuuya hanya tertawa melihat kehebohan dua orang disampingnya.

***

Jadi,

Gitu. Yah gitu ceritanya...

T^T maaf banget ya kalau kecewa sama chapter ini! Sore ja, mata nee! 👋🏻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top