Bab 13

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hana terdiam di bangkunya sambil memperhatikan gerak-gerik Selin yang sepertinya sedang membereskan buku-buku itu untuk ia masukkan ke dalam tas kemudian hendak pulang.

Sejak pagi tadi, Hana menahan diri untuk bertanya soal Dion. Tapi semakin lama, malah makin penasaran. Akhirnya tanpa pikir panjang, Hana bangkit lalu mencegat Selin di bangkunya.

"Apaan lu kutil?!" Ujar Selin benar-benar tak suka melihat Hana menghalanginya sekarang. Apalagi, dia sudah ada janji dengan Mawar kali ini.

"Bang Dion sehat kan Lin?" Tanya Hana dengan raut khawatir. Selin tertegun. Kenapa memangnya? Otaknya mulai memikirkan moment-moment ketika terakhir kali bertemu dengan bang Dion. Dan sejauh ini dia terlihat baik-baik aja. Memangnya kenapa Hana bertanya seperti itu?

"Lu apain bang Dion memangnya?!" Jika Hana bertanya soal ini, artinya dia sudah berbuat sesuatu kan?

"Gue bilang, gue suka sama dia." Jujur Hana. Selin tentu tercengang. Bisa-bisanya dia se-maruk ini? Gila sih.

"Lu berasa jadi cewek paling cantik gitu? Ngapain lu bilang suka sama Abang gue, tapi pacaran sama temennya?"

"Ya makannya dengerin gue dulu.."

"Dengerin apa??"

"Gue emang harus pacaran sama Bang Ega. Orang tua kita pengennya begitu." Jelas Hana dan membuat Selin tertegun. "Tapi perasaan gue tetep sama Bang Dion Lin.. Gue bisa apa?" Kali ini Hana ungkap semua. Terserah soal bang Ega yang bilang Selin tak boleh tau. Memang kenapa kalau Selin tau memangnya?

"Lu kenapa gak bilang si?!" Selin malah menoyor kepala Hana saking kesalnya.

"Tadinya gue pengen lu cemburu dan bar-bar kayak biasanya. Labrak gue kek, cegah gue, cakar gue, atau jorokin gue gitu. Kalau gitu kan bang Ega bakal tau kalau lu suka sama dia, dan kalian bisa lah sama-sama. Tapi kenapa lu gak marah-marah si? Lu malah diemin gue bahkan gak nanya-nanya gue beberapa Minggu.. Lu jahat Lin.. lu bahkan malah main sama si Mawar! Lu kan tau gue gak suka sama dia.." ungkap Hana makin keras namun malah terdengar lucu hingga membuat Selin terkekeh. "Harusnya di Cio lu langsung nembak Bang Ega dan jangan biarin gue naik motornya dia. Lu kenapa malah senyum-senyum kayak taik lu!" Hana makin merengek.

"Sst.. Sana lu!" Selin mengusir semua yang masih ada di dalam kelas supaya pergi meninggalkan mereka berdua saja. Selin tak bisa berhenti tersenyum mendengarkan Hana yang masih meraung-raung tak jelas.

"Dan Abang lu juga! Bahkan setelah gue bilang gue suka sama dia, dia malah nepis tangan gue kasar banget. Sakiiiit hati gue linn sakiiit..." Hana menumpahkan semuanya. "Kalian kakak adek sama aja! Gue pikir udah cukup ngenal kalian, tapi ternyata sama sekali gak kenal.. Gue harus gimanaaaa...." Hana tak lagi bisa menahannya kali ini. Rencananya semula tidak berakhir sesuai dengan perkiraan. Dia merasa terjebak dengan ulahnya sendiri.

"Ck.. Lagian lu kenapa gak bilang si? Ada-ada aja lu.." Selin akhirnya duduk di depan Selin sambil merangkum semuanya mulai dari perjodohan yang baru saja dia dengar, juga tentang alasan Hana melakukan semua itu.

"Lu sama bang Ega di jodohin?" Tanya Selin. Hana mengangguk sambil menghapus air matanya beberapa kali.

"Lu juga nembak bang Dion?" Selin kembali bertanya yang langsung dijawab anggukan yakin dari Hana. "Ya Goblok itu namanya!" Cecar Selin.

"Kenapa?" Hana heran. Memangnya bagian mana yang salah?

"Lu tau kan, berapa taun Bang Dion sama Bang Ega temenan?" Tanya Selin.

"Mana gue tau.."

"Makannya nanya!" Sambar Selin makin gemas.

"Ya lu dong yang kasih tau gue." Hana tak mau kalah.

"Dua belas tahun! Mereka temenan dua belas taon! Lu pikir aja. Se-suka-sukanya bang Dion sama elu, dia gak mungkin ambil cewek temennya sendiri. Bego lu!" Selin tak henti-hentinya mencecar temannya itu dengan kata-kata kasar.

"Gue udah bilang kok sama Bang Dion kalau gue cuma di jodohin aja sama Bang Ega." Hana mencoba memberikan penjelasan masuk akal. Bukankah dengan begini harusnya tak ada halangan lagi?

"Ya kali, Bang Dion pasti paham seberapa rumit kalau Bang Ega udah berhubungan sama keluarganya. Pantes lah Bang Dion gak mau nyentuh lo sama sekali. Dia pasti tau resikonya kalau sampai ngerusak perjodohan bang Ega." Selin bisa tau sedalam itu setelah memperhatikan mereka bertahun-tahun. Pasti gak mudah keluar dari masalah ini.

"Gue batalin aja kali ya perjodohannya?" Tanya Hana.

"Lah kenapa waktu itu lu setuju kalau bisa nolak?" Selin balik bertanya.

"Bang Ega maksa banget sampai mohon-mohon. Dia bilang.." Entah tepat atau tidak mengatakan hal ini sekarang. Hana sempat ragu. Apalagi melihat Selin yang serius sekali mendengarkan.

"Apa? Dia bilang apa?" Tanya Selin penasaran.

"Tapi gue enggak ya Lin! Gue sukanya sama Bang Dion. Lu paham kan?"

"Ega bilang suka sama Lo?" Tanya Selin memastikan. Dan pertanyaannya terjawab ketika Hana hanya terdiam mendengarnya.

"Tapi gue yakin dia cuma main-main doang sama gue. Lu bilang kan, Ega banyak ceweknya. Ya kan? Kali aja dia terpaksa atau di tekan sama bokapnya. Gak mungkin lah dia suka sama gue. Padahal kita baru aja kenal. Gak masuk akal." Hana mencoba mencari-cari alasan berharap Selin tidak terlalu memikirkannya.

Selin menghela napas berat. "Kalian kenapa bisa di jodohin si? Bikin nyesek saja.." Keluh Selin tanpa bisa berbuat apa-apa.

"Bokap gue sama bokapnya Bang Ega temen lama. Mereka ketemu baru-baru ini dan.." Hana menjelaskan namun..

Brakkk

"Arrghh!! Gue gak mau denger!" Setelah menggebrak meja, Selin menutup telinganya berusaha untuk tidak membuat hatinya makin cemburu.

"Maaf linn.." Hana meraih tangan Selin bahkan menggenggamnya erat-erat. "Tadinya gue cuma mau bikin bang Dion cemburu, dan Lo bisa jujur sama perasaan Lo ke bang Ega. Tapi malah makin rumit begini.." Hana tentu menyesali perbuatannya.

"Lu lain kali, kalau ada apa-apa tuh bilang makannya! Jangan sok-soan sendiri! Jadi begini kan? Dasar lu!" Selin kembali menoyor kepala Hana saking kesalnya.

"Iya maaf .." Hana menunduk tak berdaya. Dia juga tak berharap jadi begini.

"Traktir gue! Gak mau tau! Gue pengen makanan enak yang MAHAL!" Ungkap Selin yang langsung disambut sumringah oleh Hana.

"Hayuk! Mau makan apa?" Tanya Hana dengan senang hati.

"Mmmm....."

"Bang Dion ajak dong.." Bisik Hana.

"Kagak yah! Kita pikirin dulu gimana caranya lu lepas dari Ega. Jangan dulu deketin Abang gue! Awas aja lu yah!" Ancam Selin. "Apa lu emang niat mau nikah sama Bang Ega?" Tuduh Selin.

"Sumpah demi Tuhan yang Maha Esa. Gue cuma mau nikah sama Abang lu.. Gue udah gak mau jaim lagi sekarang. Bodo amat. Pokoknya asal sama bang Dion.."

"Dih.. Geli sumpah gue dengernya.." Kekeh Selin.

"Geli apaan? Ah.. Tar kalau gue nikah sama Bang Dion, lu harus manggil gue Mbak kan? Gue Kakak ipar lu nanti."

"Bjir.. Najis!" Selin tak bisa memikirkannya lagi. Terlalu gelay.. Wew..

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top