Brother Conflict : Una
| happy reading |
.
.
.
.
Tepukan kecil dibahu membuat gadis bersurai dark blue menoleh, gadis itu mengulas senyum saat menemukan pelaku yang baru saja menepuk bahunya adalah dua sahabatnya.
"Ohayou [Name]-chan" Pemuda dengan surai hitam itu mengulas senyum ceria sedangkan pemuda tinggi dibelakangnya hanya mengulas senyum tipis.
"Ohayou Kazu-kun dan Shin-chan, kalian tampak semangat sekali" balas [Name] yang tengah menata berkas klub, Takao yang penasaran pun berusaha membantu membiarkan Midorima yang termenung menunggu keduanya.
"Berkas apa nanodayo?"
"Tentu saja berkas training dan data kalian" balas [Name] sembari menunjukkan sepucuk kertas atas nama Takao.
"Sasuga Manajer-chan" [Name] terkekeh lalu kembali memilah dokumen ditangannya, sebelum melirik tangan Midorima yang kosong tanpa lucky item hari ini.
"Kau tidak membawa lucky item hari ini Shin-chan?"
Midorima merogoh saku miliknya, menunjukkan jam hitam polos pemberian [Name].
"Kenapa tidak dipakai Shin-chan?"
"Merepotkan nanodayo" balas Midorima dengan wajah datar, Takao hanya terkekeh mendengar alasan konyol Midorima.
"Kenyataannya kau hanya takut merusak jam pemberian [Name]-chan kan Shin-chan?"
"Urusai Takao"
Tawa Takao berderai membuat Midorima berulang kali memperbaiki letak kacamata hitam miliknya, [Name] hanya tersenyum melihat perilaku keduanya.
"Jangan lupa latihan diliburkan hari ini, jadi kembali kerumah dan istirahat. Mengerti?"
"Mengerti Manajer"
Tepat setelah percakapan ketiganya bel mulai berbunyi membuat ketiga harus berpisah dan kembali ke kelas masing-masing, keduanya meninggalkan [Name] yang masih termenung menatap langit biru yang begitu cerah.
"Seandainya aku bisa mengulang segalanya"
Tak lama gadis itu tertawa, menertawakan harapan konyol yang terbesit diotak gilanya.
"Dasar bodoh, memang waktu akan sebaik itu mengijinkan aku mengulang hal yang seharusnya berlalu, benar benar bodoh"
Setelah menertawakan dirinya sendiri, [Name] bergegas menuju ruang guru untuk menyerahkan dokumen yang dibawanya sebelum pergi ke kelas mengikuti pelajaran bahasa Jepang.
.
.
.
.
Waktu berlalu begitu cepat kini [Name] tengah mengemasi tas miliknya, sosok Takao dan Midorima tengah menunggunya didepan kelas membuatnya terburu buru.
"Maaf membuat kalian menunggu" Takao hanya mengulas senyum maklum lalu mereka mulai berjalan ke gerbang sekolah, meninggalkan semburat jingga dan gedung sekolah yang hampir kosong.
Semilir angin yang mengalir lembut dengan gelak tawa dan percakapan yang tak kunjung berakhir bisa menjadi pemandangan yang tak terlukis, Midorima melirik gadis yang merupakan teman semasa kecilnya dengan tatapan yang penuh makna.
"Jadi Miyaji-senpai hampir melempar nanas ke ring basket karena Shin-chan"
[Name] terkekeh membiarkan siluet matahari yang ingin menyembunyikan sinarnya menerpa wajahnya, tawa itu membuat Midorima ikut mengulas senyum tipis.
Begitu banyak hal yang terjadi pada mereka, dari yang terburuk hingga yang paling buruk dari yang buruk membawa banyak perubahan pada setiap insan termasuk [Name].
"Kau tidak pergi mengunjungi bibi nanodayo?" tanya Midorima saat Takao sudah menjauh dari keduanya, [Name] melirik Midorima lalu kembali menatap jalanan arah Takao pulang.
"Aku akan pergi sekarang, mau ikut?" Midorima mengangguk, "Sudah lama sekali sejak aku terakhir mengunjunginya aku jadi merindukan bibi nanodayo"
Keduanya mulai bergerak, melangkahkan kaki mereka pada gang kecil yang biasanya mereka lalui. Beberapa kali keduanya menyapa warga yang sudah begitu akrab bagi mereka, menebar kembali kehangatan yang sudah lama tak nampak.
Keduanya berhenti ditoko bunga langganan keduanya, saat memasuki toko mereka disambut Luna yang sudah biasa melayani mereka.
"Mau berkunjung ke tempat bibi?" tanya Luna sembari mengemas mawar putih dan anggrek.
"Ini, jangan lupa sampaikan salamku pada bibi" [Name] mengangguk lalu berpamitan pada Luna yang sudah begitu akrab diingatannya.
Keduanya melanjutkan perjalanan hingga sebuah tempat yang cukup luas dengan hiasan batu nisan tampak didepan mata, Midorima mengenggam tangan [Name] dengan erat sembari menuntunnya melewati berbagai batu nisan yang berjejer rapi.
Manik [Name] tampak berkaca kaca dengan air mata yang siap tumpah kapanpun, Midorima hanya terdiam ia segera berjongkok lalu membersihkan makam.
"Bu, apa kabar? Maaf [Name] jarang berkunjung"
Akhirnya [Name] setelah begitu lama berdiam diri, tangannya terulur menyentuh nisan yang terasa dingin seakan menarik [Name] dari manisnya kenangan.
"Bu, hari ini aku bawa mawar dan anggrek itu bunga kesukaanmu kan. Hari ini aku juga sudah berusaha menjadi lebih baik, Shin-chan dan Sei-kun juga membantuku untuk tumbuh jadi jangan khawatir tentangku bu"
Air mata [Name] akhirnya tumpah, membuat jutaan memori yang ia kubur rapat rapat meluap. Tangisan [Name] begitu lirih namun Midorima bisa mendengar semuanya tangannya bergerak memeluk [Name].
"Bibi, aku juga sudah menjaga [Name] sesuai pesan bibi. [Name] bahkan melebihi harapan bibi, dia sudah menjadi gadis pemberani, pintar dan kuat. Bibi tak perlu khawatir Shin akan menjaga [Name]"
Midorima dengan lembut membantu [Name] berdiri, pemuda itu tak melepaskan tautan tangan keduanya.
"Bibi Shin dan [Name] pamit ya, hari sudah gelap kami akan mengunjungi bibi besok" pamit Midorima yang kemudian membawa [Name] keluar dari tempat pemakaman.
Tangis [Name] sudah berhenti namun matanya yang sembab tidak bisa menyembunyikan kesedihannya.
"Mau mampir ke tempat biasanya nanodayo?" [Name] mengangguk membiarkan Midorima membawanya melangkahi jalanan.
"Aku tahu kau sedang gelisah nanodayo, kau tidak perlu memberitahuku aku tahu semuanya nanodayo"
Mata [Name] membulat, ia mengigit bibir bawahnya berusaha menahan kegelisahan yang mengakar dihatinya.
"Terimakasih sudah menemaniku Shin-chan dan terimakasih sudah memahamiku Shin-chan, aku sangat menyayangimu"
"Aku juga nanodayo"
Keduanya tiba di stan es krim langganan mereka, Midorima membawa [Name] dikedai sushi membiarkan gadis itu memilih makanan yang ingin ia makan.
"Aku tidak akan memaksamu nanodayo tapi ingat kau masih punya aku dan Akashi, jangan memendamnya nanodayo"
"Aku tahu Shin-chan"
Keduanya fokus menyantap makanan dalam diam, walau tanpa kata keduanya cukup saling memahami satu sama lain. Tujuh belas tahun tumbuh bersama sudah cukup membuat mereka saling mengenal satu sama lain.
"Aku akan mengantarmu pulang"
Keduanya kembali melangkahkan kakinya menuju apartemen tempat [Name] tinggal, menyusuri jalanan yang cukup lenggang.
Midorima menatap apartemen yang samar samar terlihat dengan tatapan penuh nostalgia, ia mengantarkan [Name] sampai didepan pintu rumah.
"Sampai jumpa Shin-chan"
"Sampai jumpa [Name], jangan lupa hubungi aku atau Akashi jika kau kesulitan nanodayo"
[Name] mengangguk menunggu punggung tegap Midorima menghilang dalam gelapnya malam sebelum masuk ke apartemennya, menyuarakan sapaan yang sudah menjadi kebiasaan kecilnya.
Ia melirik tumpukan baju yang telipat rapi dan barang barang yang sudah tertata dikardus, ia melirik potret sang ibu yang tersenyum anggun dengan gaun putih. Ia tengah menggengam sebuket mawar putih dan anggrek yang membuat ia begitu indah.
[Name] segera merapikan semua barangnya yang akan ia bawa, setelah selesai ia merebahkan tubuhnya dikasur favoritnya.
"Oyasumi Mom dan dunia"
Kelopak itu perlahan tertutup, berniat menyembunyikan iris coklat madu milik gadis itu. Membiarkan alam mimpi merenggut kesadarannya dan membawa jatuh menuju dunia tanpa ujung.
Semoga keputusannya hari ini tak membuatnya menyesali tentang hasilnya esok.
Publish : 25-08-2021
To be continue.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top