Brother Conflict : Dos

| happy reading |

.

.

.

.


Malam berlalu begitu cepat, sosok malas [Name] kini tengah merapikan baju yang ia kenakan. Kemeja putih dengan paduan rok hitam membawa kesan kuno dan sederhana.

[Name] melirik kamarnya untuk terakhir kali, maniknya menyapu sudut demi sudut seakan merekam suasana dan memori yang silih berganti setiap tahunnya.

Dengan berat hati ia menyeret koper hitam miliknya, melangkahkan kaki keluar apartemen tak lupa mengunci pintu.

Untuk terakhir kalinya [Name] menatap apartemen miliknya dalam diam, apartemen itu sudah ia tempati selama tujuh belas tahun bersama sang ibunda.

Sejak kepergian sang ibunda [Name] tinggal sendirian di apartemen yang cukup besar untuk dirinya sendiri, setelah enam tahun berjuang sendirian tiba tiba ada seorang pria paruh baya yang mengaku ayah kandungnya datang menemukannya.

Pria itu mengatakan bahwa [Name] adalah putrinya yang hilang, sang ibunda membawanya kabur sejak ia masih dalam kandungan karena sang ayah menceraikannya saat [Name] berusia tiga bulan.

Sang ibunda, [Lastname] Ayaka membawanya kabur dan bersembunyi dari sang ayah setelah perceraian keduanya. Ayaka tak ingin berpisah dengan anak semata wayangnya pun membawanya pergi dan bersembunyi, melupakan serpihan kenangan dan angannya tentang indahnya kehidupan berumah tangga.

Hingga setelah tujuh belas tahun berlalu Yamazaki Yamato ayah kandung [Name] menemukan putri yang selama ini ia rindukan.

[Name] melirik jam tangan yang melingkari tangan mungilnya, pukul tujuh pagi sudah saatnya baginya meninggalkan tempat yang selalu ia panggil rumah.

Sembari berjalan pergi air mata pun jatuh berlinangan, seandainya bukan karena bujukan sang ayah [Name] tak ingin meninggalkan apartemen miliknya. Tempat yang menjadi saksi dirinya tumbuh dewasa, terlalu banyak kenangan yang berlarian di setiap sudut apartemen itu.

"Selamat tinggal kenangan"

Disepanjang perjalanan [Name] hanya termenung mengingat-ingat pertemuannya dengan sang ayah Yamazaki Yamato pada malam yang dingin.

#Flashback on

[Name] tengah dalam perjalanan pulang menuju apartemennya setelah kerja sambilan, rambut dark blue bergoyang saat tertiup angin malam. Manik coklat madu itu menatap lurus jalanan, sesekali ia tampak menggosok telapak tangannya.

Cuaca cukup dingin sedangkan ia lupa membawa sweater rajut buatan sang bunda, sesampainya di apartemen [Name] menemukan sosok pria paruh baya yang bersurai senada dengannya menunggu di depan apartemen.

[Name] yang curiga pun berjalan mendekat berniat bertanya apa yang pria itu cari, belum sempat [Name] bertanya pria paruh baya itu menoleh menatap [Name] dengan ekspresi terkejut.

Tak berapa lama pria itu menormalkan ekspresinya lalu dengan langkah pelan bergerak memeluk [Name], [Name] yang kebingungan pun tidak membalas atau mendorong pelukan pria yang tak ia kenal itu.

"Akhirnya papa menemukanmu nak" kata pria itu disela sela tangisannya.

"Kau ayahku?" tanya [Name] terkejut, ia tak pernah tahu kalau ayahnya masih hidup. Selama ini [Name] tak pernah bertanya pada Ayaka tentang siapa ayah kandungnya, pernah saat ia berumur tujuh tahun  [Name] bertanya pada sang bunda siapa ayahnya.

[Name] masih ingat ekspresi kesedihan Ayaka yang membuat [Name] berhenti bertanya siapa dan dimana ayah kandungnya, namun setelah bertahun tahun pria yang pernah bundanya cintai hadir dihadapan dan memeluknya.

"Kenapa baru sekarang? Kenapa bukan sejak enam tahun yang lalu? Kenapa kau datang saat bunda telah tiada?" Air mata [Name] tumpah, ia ingat setiap malam di hari kelahirannya sang bunda akan diam diam menangis di kamarnya memeluk bingkai foto dengan wajah pria yang ia yakini ayahnya.

"Maafkan papa sweetie" kata pria itu disela sela tangisannya, tangannya mengusap punggung [Name] berusaha menenangkan tangisan putrinya.

Setelah keduanya tenang, [Name] mengajak ayahnya memasuki apartemen miliknya, menyeduh secangkir kopi guna mengusir dinginnya malam.

"Jadi apa yang membawa papa kemari?" tanya [Name] saat ia duduk berhadapan dengan Yamato.

Yamato tersenyum, "Papa mau membawamu pulang, kau akan tinggal dengan papa dan kakak laki lakimu"

"Aku punya kakak?" tanya [Name] dengan wajah berbinar senang, sejak kecil  [Name] selalu mendambakan saudara entah itu laki laki atau perempuan.

"Ya, kau akan tinggal bersama mereka"

[Name] terdiam maniknya tampak menyendu, "Itu artinya aku akan meninggalkan apartemen ini? Tapi aku tidak mau meninggalkan apartemen ini"

"Papa paham perasaan [Name] tapi papa takut berpisah dengan  [Name], jadi [Name] mau kan tinggal bersama papa dan kakakmu?"

"Tapi...."

"Sweetie" Yamato menatap [Name] penuh harapan membuat [Name] menghela napas lalu mengangguk.

"Kalau begitu besok papa jemput di stasiun, papa ada meeting malam ini"

Yamato berpamitan, sebelum pergi pria paruh baya itu kembali menatap putrinya lalu memeluknya.

"Good night sweetie"

"Good night Papa, have a safe trip"

Yamato mengangguk lalu tersenyum melambaikan tangannya sebelum menjalankan mobilnya keluar dari halaman apartemen.

#Flashback off

Lamunan [Name] terpecah saat ia mendengar pemberitahuan bahwa stasiun tujuannya hampir dekat, [Name] segera menata koper dan tas miliknya lalu berjalan keluar dari kereta api.

Manik coklat madu [Name] menoleh ke kanan dan kiri berusaha mencari sosok Yamato di antara kerumunan manusia, hingga maniknya menemukan Yamato di samping vending meshine.

"Papa!"

Yamato menoleh lalu mengulas senyum lembut, ia menatap barang bawaan [Name] yang terbilang sedikit untuk acara pindah rumah.

"Kenapa barang bawaanmu sedikit sekali sweetie?"

"Aku hanya membawa barang yang penting papa sisanya sudah aku titipkan pada mobil pengangkut barang"

"Baiklah kalau begitu ayo kita ke rumah barumu" Yamato menyeret koper milik putri semata wayangnya lalu membawanya menuju parkiran.

Disepanjang perjalanan [Name] terus diinterogasi Yamato, mulai dari dimana ia bersekolah, apa makanan favoritnya dan masih banyak lagi.

[Name] yang teringat sesuatu pun memberanikan diri bertanya, "Umm papa, berapa jumlah kakak laki lakiku?"

Yamato melirik [Name] dengan berat hati berkata, "Kau punya tiga belas kakak"

"Oh tiga belas kakak" [Name] menghela napas lega namun saat ia sadar, ia berteriak terkejut.

"TIGA BELAS?!!!"

Yamato hampir mengerem mendadak mobil sehingga membuatnya sedikit oleng, untung jalanan sedang sepi sehingga sedikit resiko terjadi kecelakaan.

"Tenanglah sweetie"

"Bagaimana aku bisa tenang papa? Aku akan tinggal dengan tiga belas laki laki yang artinya aku masuk ke kandang singa" kata [Name] panik, ia tak mengira ia akan memiliki tiga belas kakak.

Ayahnya berniat membesarkan anak atau timnas sepak bola? Itu terlalu banyak, dan kenapa hanya dirinya yang bergender wanita.

Diam diam [Name] meratapi nasibnya yang ternyata sial, kelihatannya ia lupa membeli lucky item sesuai anjuran sahabat wortelnya.

'Maaf sudah melupakan nasihatmu untuk membeli lucky item Shin-chan'

Seketika [Name] merasa melihat wajah datar Midorima di langit yang tersenyum miris padanya.

.

.

.

.


Yamato melirik putrinya yang terlelap, tangannya bergerak mengelus surai yang berwarna senada dengan miliknya. Tidak ada yang bisa memahami betapa banyak terompet kebahagiaan yang berkumandang dihatinya, setelah bertahun tahun berpisah ia bisa menemukan sisa jejak dari sosok wanita yang begitu ia cintai.

Diam diam Yamato menyesali keputusan bodohnya tujuh belas tahun yang lalu, karena kebodohannya ia harus berpisah dengan wanita yang begitu ia cintai yang ternyata mengandung anaknya.

Seandainya ia tak sebodoh itu, seandainya ia boleh mengulang kembali ia ingin kembali pada saat paling menyakitkan dihidupnya.

Namun itu hanya sekedar harapan untuk menenangkan kegundahan yang meronta dalam dada, kenyataan sudah menusuknya dengan sebilah pisau berlandaskan kebenaran.

"Maafkan aku Ayaka, seandainya aku tidak sebodoh itu"

Nyatanya tidak ada yang bisa mengelak dari bodohnya menjalani hidup, yang terkuat pun pernah jatuh dan yang lemah pernah bangkit.

Namun tidak ada salahnya kembali bergerak menjalani hidup, membiarkan waktu menutupi serpihan sejarah kelam dalam dalam kemudian membuka lembaran baru untuk sejarah baru.

Publish : 27 August 2021
To be continue.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top