1. Bocah Tengil

Setiap hari libur, Violeta Rosena atau akrab dipanggil Vio, selalu menghabiskan waktunya di rumah sahabatnya yang bernama Shinta.

Bukan. Bukan karena Vio jomblo tapi semua itu karena calon tunangannya yang bernama Antonio selalu sibuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuknya berkencan setiap liburan. Mungkin dia hanya sempat dalam waktu-waktu tertentu.

"Shinta, Vio ayo makan dulu!" perintah Mery, mamah Shinta.

"Siap, Mah," jawab Shinta dan Vio kompak.

"Itu kamar sebelah buat apa di beresin, Mah?" tanya Shinta ketika melewati kamar yang ada di sebelah kamarnya saat hendak turun untuk makan bersama.

"Adik kamu sebentar lagi pulang, Papah meminta dia pulang," balas Mery.

"Emang kamu punya Adik?" tanya Vio penasaran.

"Iya tapi dia gak tinggal di sini. Sejak umur lima tahun dia tinggal di luar negri," jelas Shinta.

"Owh gitu." Vio menganggukkan kepalanya mengerti.

***

Suasana malam ini cukup sepi. Seorang pria muda berjalan lesu menuju sebuah rumah yang sudah lama ia tinggalkan.

Selama ini, ia tinggal di luar negeri bersama neneknya.

Sebenarnya ia tidak berniat untuk pulang karena sudah biasa hidup bebas di luar negeri tapi ayahnya memohon padanya untuk pulang dan tinggal bersama-sama.

"Hai Dadd, Mom apa kabar?" sapa Fachri.

Ya. Pria muda itu bernama Fachri Bagas Kara.

Bagas tersenyum menyambut kedatangan putranya.

"Baik Nak. Ayo masuk dan istirahat lah," ucap Mery.

"Yes Mom."

"Kamarmu ada di sebelah sana. Ayo Mommy antar."

Fachri mengangguk mengikuti mamahnya. Ia juga tak banyak bicara karena badannya terasa sangat lelah setelah melakukan perjalanan jauh.

***

"Aduh kita telat!!" seru Vio dan Shinta secara serempak ketika bangun. Mereka kesiangan karena semalaman asyik mengobrol tak jelas.

"Aku mandi duluan," ucap Shinta buru-buru.

"Enggak!! Aku yang duluan. Kamu lama mandinya," protes Vio.

"Udah, sana kamu mandi di kamar sebelah aja!" usir Shinta.

"Jahat banget kamu," gerutu Vio sambil berlari ke kamar sebelah untuk mandi.

Vio tidak tahu kalau kamar itu sudah ada penghuninya. Ia masuk begitu saja ke kamar tanpa melihat-lihat dan melempar bajunya ke tempat tidur secara asal. Lalu ia masuk ke kamar mandi.

"Berisik banget sih."

Fachri bangun dari tidurnya, "apa ini?" Ia mengangkat baju kerja wanita  lengkap dengan pakaian dalamnya.

Tak lama Vio keluar dengan handuk yang melilit di tubuhnya. Ia tak mau mandi berlama-lama karena hari sudah sangat siang.

"Wow___" Fachri langsung bersiul jahil.

"Siapa kamu!" seru Vio sambil memeluk tubuhnya sendiri.

"Kamu sendiri siapa?" Fachri balik bertanya.

"Kamu pencuri, ya? Aku teriak nih?!" ancam Vio.

"Ya elah___ mana ada pencuri seganteng aku," balas Fachri dengan PD-nya.

"PD banget kamu, pergi sana sebelum aku panggil orang rumah."

"Panggil aja." Fachri kembali tiduran.

"Awas kamu, ya!" Vio hendak keluar.

"Tapi seenggaknya pakai dulu bajumu."

"Astaga!!" pekik Vio menepuk keningnya sendiri karena lupa belum memakai baju sama sekali.

Fachri tertawa. "Ukuran milikmu kecil, ya?" Fachri memainkan pakaian dalam Vio.

"Kurang ajar kamu! Aku bakal aduin," ucap Vio kesal kemudian merebut pakaiannya dan masuk kamar mandi lagi.

"Cewek aneh tapi lumayan pagi-pagi dapat pemandangan bagus," gumam Fachri sambil tersenyum tipis.

Setelah berpakaian rapi, Vio keluar sambil melotot ke arah Fachri dan berencana mengadukan pada Shinta dan orang tua Shinta.

"Kamu lama banget sih? kita hampir telat," ucap Shinta saat Vio baru keluar dari kamar Fachri.

"Shin, di kamar sebelah ada penyusup."

"Ngaco."

"Aku serius, ada cowok di kamar itu."

"Mah, Pah kata Vio di kamar sebelah ada cowok, memangnya siapa?" tanya Shinta kepada orangtuanya saat mereka sudah sampai lantai bawah.

"Oh___ itu Fachri adik kamu. Dia dateng semalam," jelas Mery.

"Adik Shinta? Kok gak mirip, Tan? hidung Shinta mancung ke dalam jelek lagi kalau dia ganteng bule gitu, Tan," ucap Vio asal ceplos.

"Eh curut!! Kamu mau ngadu tentang dia atau mau menghinaku?" sinis Shinta.

"Hahaha___ ya maaf abis beda banget sih." Vio garuk-garuk kepalanya yang tak gatal.

Sedangkan Bagas dan Mery hanya tertawa karena kenyataannya mereka berdua memang berbeda.

"Ayo sana sarapan, Mamah bangunin Adik kamu dulu."Mery menuju kamar Fachri.

Mereka sarapan terlebih dahulu.
Tak lama Fachri turun bersama Mery.

"Hello__morning," sapa Fachru.

"Ya, ayo sarapan," ajak Bagas.

Fachri melihat ke kakaknya kemudian ke arah Vio secara bergantian.

"Kenalin diri kamu dulu, Nak!" perintah Mery.

"Aku Fachri Bagas Kara. Kamu Kakakku, kan?" tanya Fachri pada Shinta.

"Iya lah siapa lagi," balas Shinta.

"Dan kamu siapa? Aku merasa cuma punya satu Kakak?" tanya Fachri kepada Vio.

"Aku Vio, temen kerja Kakakmu," balas Vio.

"Owh gitu. lain kali kalau mau masuk kamar lihat-lihat dulu, coba kalau aku sedang imandi, kan bahaya," ucap Fachri menyebalkan.

Vio tak menjawab, ia hanya cemberut. Sambil mengumpat dalam hati.

"Udah-udah ayo sarapan!" Mery menengahi.

Mereka pun sarapan dengan tenang.

Setelah sarapan Vio dan Shinta langsung berangkat ke kantor.

"Aduk kamu bikin aku gemes, ngeselin banget." ucap Vio saat di perjalanan ke kantor.

"Kamu yang masuk main nyelonong aja."

"Mana aku tahu kalau dia udah dateng."

"Iya juga sih. Ya udah deh gak usah di pikirin."

Vio tidak bicara lagi begitu juga dengan Shinta sampai mereka tiba di kantor.

"Hai Sayang," sapa Antonio calon tunangan Vio.

"Hai juga." Vio tersenyum senang bertemu Antonio.

"Udah sarapan?" tanya Anton perhatian.

"Udah tadi di rumah Shita, kamu udah sarapan?"

"Udah Sayang," jawab Anton lembut.

"Ehem___ ada orang di sini nih, gak hargai yang jomblo amat sih," cibir Shinta.

"Hahaha__makanya cari cowok dong," balas Vio meledek.

Shinta mengabaikan ucap Vio. Ia langsung menuju meja kerjanya.

***

Di rumah Fachri merasa bosan, ia mulai sekolah tiga hari lagi setelah urusan pendaftaran selesai.

"Mom, Fachri jemput Kak Shinta, ya?" pinta Fachri.

"Apa kamu tahu jalan di sini?" tanya Mery cemas.

"Tahu Mom, kan ada GPS."

"Ya sudah hati-hati, Nak."

"Yes Mom."

Fachri bergegas pergi ke kantor kakaknya.

"Kakak!!" panggil Fachri saat sampai di tempat kerja.

"Fachri tidak nyasar" tanya Shinta saat melihat Fachri.

"Gak lah, ayo pulang!"

"Bentar tunggu Vio dulu."

"Grimis Kak, masuk mobil aja dulu biar aku yang ke dalam jemput Kak Vio," ujar Fachri.

"Ya udah, nih bawa payung."

Shinta memberikan payung pada Fachri. Payung yang selalu ia bawa di tas.

Fachri menerima payung itu dan masuk ke kawasan kantor mencari Vio.

"Yah hujan."  Vio menggunakan tangannya untuk melindungi kepalanya dan berjalan keluar.

"Kok aku gak kehujanan, ya?" gumama Vio.

"Tentu gak kehujanan, aku mayungin Kakak," jawab Fachri.

"Astaga___ kamu ngagetin aja." Vio mengelus dadanya yang bergemuruh kaget.

"Lebay gitu aja kaget," cibir Fachri.

"Iya lah, kamu nongol tiba-tiba di sini."

"Aku ke sini buat jemput Kakakku. Gak niat jemput kamu."

"Aku juga gak ngarepin kamu jemput aku."

"Aku terpaksa ke sini. Kakakku yang minta,  kalo bukan___ udah aku tinggalin."

"Nyebelin banget sih, dasar bocah!!" umpat Vio.

"Bocah?? tapi aku lebih tinggi dari kamu, dasar pendek," balas Fachri terkekeh karena memang tinggi Vio hanya sebatas lehernya.

"Kamu aja yang ketinggian bukan aku yang pendek," ucap Vio sambil masuk mobil Fachri.

"Ada apa sih?" tanya Shinta.

"Adik kamu ngeselin." Vio melotot ke arah Fachri.

"Emang kenyataan kamu pendek kok." Fachri membela diri.

"Aku juga pendek nih, aku tersindir," timpal Shinta.

"Emang kalian pendek," cibir Fachri. Ia memang terkenal jahil.

"Kamu aja yang ketinggian!!" seru Vio dan Shinta bersamaan.

"Kompak gitu?" ucap Fachri sambil menyalakan mobilnya.

"Iya dong, kita kan friends," sahut Shinta dan Vio.

"Lebay," jawab Fachri sok mual.

"Hormati aku, panggil aku Kakak juga," ketus Vio.

"Iya Kakak," balas Fachri sok imut.

"Njirr najis kamu," ucap Vio.

Shinta hanya tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan sahabat dan adiknya.

Sesampainya di rumah, Fachri ke ruang tengah untuk menonton televisi.

"Dih bocah banget," cibir Vio saat hendak ke dapur mengambil air melihat Fachri sedang menonton film kartun.

"Kakak, jus jambu satu, ya," pinta Fachri memerintah Vio seenaknya.

"Ambil sendiri."

"Tanggung Kak, lagi lucu," ucap Fachri sambil katawa ketiwi.

"Ogah."

"Pelit banget. Lagian cuma ambilkan jus doang di kulkas," gerutu fachri.

Vio hanya menjulurkan lidahnya mengejek Fachri, kemudian lari ke atas.

"Awas kamu, Kak," ancam Fachri sambil tersenyum licik.

***

Malam ini Vio sudah berdandan cantik. Ia tinggal menunggu anton datang menjemputnya.

Fachri yang melihat itu, langsung tersenyum jail. Fachri buru-buru ke kamar untuk mengambil tepung yang telah ia persiapkan.

Awalnya Fachri ingin gunakan tepung itu besok saat Vio akan pergi bekerja namun melihat kesempatan bagus seperti ini, Fachri berubah pikiran.

Saat Vio lewat menuruni tangga Fachri menyiram Vio menggunakan tepung dari atas.

"Selamat ulang tahun, Kakak." Fachri tertawa cukup keras.

"FACHRI!!" teriak Vio menggelegar.
Untung orangtua Shinta belum ada yang pulang.

"Ada apa?" Shinta langsung keluar kamar karena kaget, "Vio___" sambung Shinta sambil menutup mulutnya terkejut melihat Vio penuh tepung.

"Shin, aku cekik Adik kamu, ya?" tanya Vio marah.

Shinta hanya mengangguk karena masih terkejut.

Vio pun lari mengejar Fachri.
"Awas kamu bocah nakal!!" teriak Vio.

Fachri hanya tertawa mengejek Vio.
"Kakak pendek mana bisa ngejar aku," ejek Fachri.

"Sialan kamu! bocah tengil, songong, ngesilin," umpat Vio murka.

"Itu pacar Kakak udah datang." Fachri melihat dari balkon.

"Aduh gimana? Aku masih acak-acakan, semua gara-gara kamu," ucap Vio sambil membersihkan penampilannya yang kotor terkena tepung.

"Shin, tolong bilangin ke Anton, aku tidak jadi pergi." Vio menangis.

"OK," jawab Shinta ngerasa tak enak.

"Dih gitu aja cengeng," cibir Fachri.

"Diam!! Semua ini gara-gara kamu. Aku gagal kencan."

"Lebay."

"Kamu masih bocah gak tahu apa-apa, Anton pasti sedih karena aku tidak jadi pergi nemenin dia nonton," ujar Vio.

"Paling nanti dia nonton sama yang lain," balas Fachri santai.

"Emangnya dia kaya kamu? dia itu setia dan kita mau tunangan." Vio mendengkus tak suka.

"Omong kosong, cinta dan setia itu gak ada, yang ada cuma nafsu."

"Kamu masih bocah jadi gak tahu." Vio pergi meninggalkan Fachri.

"Gak ada cinta apalagi setia, itu semua omong kosong," gumam Fachri sambil tersenyum miring.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top