BAB 17: RAHASIA YANG TERUNGKAP
Tiba-tiba seorang anak laki-laki berumur sekitar empat tahun yang riuh cekikikan dan berlarian tanpa sengaja menabrak Tom sehingga keranjang yang ia tenteng jatuh. Tanpa sadar Nadine melangkah cepat mendekat, entah mengapa ia merasa harus menjaga anak itu. Napas Nadine terhenti sesaat ketika dari tempatnya berdiri ia bisa melihat jelas apa yang terjadi selanjutnya.
Paras Tom berubah. Merah padam dengan rahang mengeras. Tangannya terkepal. Bibirnya menyeringai menatap anak yang kini berdiri terpaku antara kaget dan takut di hadapannya.
Lucas bergerak cepat, terlihat hampir seperti kelebatan saja, dan meraih si anak, menggendongnya tepat saat Tom merangsek maju hendak mencengkeram leher anak itu.
Nadine terhenyak melihat kecepatan gerakan Lucas, lalu gadis itu berlari mendekat ke Lucas.
Segenap keriuhan celoteh riang orang-orang seakan menjadi hening dalam benak Nadine. Lucas menyadari dirinya ada di sampingnya, menoleh dan menyerahkan anak yang ia gendong ke Nadine, dan Nadine mundur beberapa langkah dan membiarkan anak itu berlari pergi.
Namun atmosfir tempat itu berubah dengan begitu cepat. Tom dan Lucas saling berpandangan tanpa kedip. Nadine lagi-lagi merasakan bagaikan ada badai tak kasat mata di antara mereka berdua. Suara anak-anak yang sedang bermain menjadi sayup-sayup di telinganya.
Tom melangkah pelan, mendekat ke Lucas sehingga jaraknya hanya setengah lengan dari putranya itu. Lucas tak bergerak. Tubuh tegap kekar itu bagaikan tembok kukuh yang tak mempan diancam angin badai.
"Ah, Nadine ... Nadine yang manis ... aku senang kau juga datang ke mari. Ke bukit Rock Edge yang indah ini," Tom mengalihkan tatapannya ke Nadine yang berada di sisi Lucas, and Nadine sontak mengkerut ngeri melihat tatapan itu. Tom menjulurkan tangannya ke arah Nadine, dan Lucas dengan cepat merentangkan lengannya ke depan Nadine, menamengi gadis itu.
Tom terkekeh, menyeringai lebar, lalu tertawa keras sambil bertepuk tangan. "Baik! Mari kita piknik! Tess sudah menyiapkan makanan lezat!"
Sambil berjingkrak-jingkrak, Tom meraih keranjangnya, lalu berlarian ke arah Tess lagi, meninggalkan Nadine melongo dalam bingungnya, dan Lucas termenung.
Piknik berubah menjadi begitu kaku setelahnya. Hanya Tess yang tidak terpengaruh akan apa yang barusan terjadi, dan Tom. Tom bertingkah lucu seperti anak kecil lagi, bernyanyi, mencandai Tess, dan berbincang santai. Lucas duduk sebentar, lalu beranjak, berkeliling dataran rumput itu. Sementara Nadine sama sekali tidak bisa berfokus pada makanan dan minuman. Pikirannya masih bingung akan apa yang terjadi, dan ia menantikan Papa yang tidak muncul-muncul.
Nadine memeriksa pesan whatsapp di telponnya. Tidak ada balasan dari Papa pada pesannya tadi. Ia mengirimkan pesan menanyakan kapan Papa akan datang piknik. Pesannya bahkan belum dibaca. Nadine menggigit bibirnya dalam kecewa.
Jam makan siang sudah lewat. Makanan dan minuman yang dibawa Tess sudah banyak berkurang. Ia takut kecewa. Ia takut kalau Papa tidak datang ia harus menghadapi kekecewaan lagi.
Tiba-tiba, terdengar suara isak tangis. Nadine mengangkat kepalanya dan bengong melihat siapa yang sedang menangis. Tom, di pelukan Tess. Keranjang kecil yang ia tenteng-tenteng sedari pagi terbuka, dan ada sebuah bola lusuh. Bola sepak putih bertotol-totol merah itu sudah begitu tua, compang-camping, dan kusam. "Bolaku rusak! Tess, aku melihat ada satu goresan baru di atasnya! Tess!" Tom meraung serak.
Tess memeluk Tom. "Bola sepakmu sudah sangat tua, Tom. Bukankah sudah kubelikan yang baru? Yang persis sama dengan ini? Dengan totol-totol merah juga?" Tess berkata lembut. "Ayo kita nyanyi ..." Tess melanjutkan, lalu mulai mendendangkan You Are My Sunshine.
Tapi Tom tidak ikut berdendang dan masih terus terisak-isak, sementara Nadine masih bengong.
Tess berhenti menyanyi melihat Tom masih terisak, lalu wanita itu menepuk bahu Tom lembut. "Tom, Tom, dengar ... Tom? Kau bisa dengar aku?"
"Aku bukan Tom! Aku tidak mau jadi Tom lagi! Aku Finnley! Finnley Greyheart! Bolaku rusak! Ada goresan baru! Bolaku akan segera hancur berkeping! Aku tidak mau kehilangan bolaku!" Tom meracau sambil memeluk bola lusuhnya.
Tess tersentak. "Tom ..." bisiknya kaget.
Nadine menelengkan kepalanya. Finnley Greyheart. Nama asli Tom Huckle adalah Finnley Greyheart? Kepalanya sakit sekarang.
"Aku mau semua orang tahu ceritaku. Nadine! Nadine, tahukah kau apa yang terjadi pada keluargaku di sini? Di bukit terkutuk ini?" Tom menatapnya lekat dengan duka lara yang begitu dalam. Lalu sambil gemetar, ia menggeleng dengan airmata beruraian di pipi keriputnya sambil berucap,"Akupun tidak tahu. Aku tidak ingat apapun ..."
Tom terisak lagi. Akhirnya Tess-lah yang menceritakan semua pada Nadine yang tertegun. Pada saat itu, Lucas sudah kembali ke area piknik mereka dan hanya berdiri mematung dengan ekspresi wajah yang sukar dijelaskan. Sedih, dan entah apa lagi.
Tom adalah Finnley Greyheart. Ia ditemukan linglung, lupa ingatan, berbaju kotor, dan hanya membawa bola sepak putih totol-totol merahnya di hari naas itu. Pencarian intensif untuk menemukan kedua orangtuanya, Rob dan Kathy Greyheart, tidak membuahkan hasil sama sekali. Kedua orangtua Finnley dianggap sudah tiada dan kasus itu dianggap sebagai cold case, dan sampai sekarang tidak pernah ada penyelesaian.
Finnley mendapatkan perawatan dan terapi traumanya di rumah sakit jiwa khusus anak selama berbulan-bulan. Lalu setelah ia lebih baik, walau ia masih tidak ingat apapun, ia harus masuk panti asuhan di Roseville karena tidak ada yang bisa merawatnya.
Di panti asuhan inilah, Finnley saat umurnya 12, bertemu dengan Tess yang masuk panti asuhan setelah orangtuanya tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat. Tess dua tahun lebih muda dari Finnley, dan keduanya menjadi teman baik sampai Tess diadopsi saat umurnya 12. Setelah Tess diadopsi, ia masih teratur bersurat-suratan dengan Finnley.
Saat Finnley berusia 18 dan Tess 16, tiba-tiba semua surat berhenti dibalas oleh Finnley. Tess mencari tahu, dan mendapat kabar kalau Finnley pergi begitu saja dari panti asuhan, tanpa penjelasan. Usaha pencarian untuk menemukan Finnley gagal, dan akhirnya Finnley dianggap orang hilang juga.
Sampai tahun lalu Finnley tiba-tiba muncul di kediaman Vargari, ternyata ia sudah lama mencari-cari Tess. Finnley sudah mengganti namanya menjadi Tom Huckle, dari gabungan nama-nama tokoh cerita anak klasik favoritnya, Tom Sawyer dan Huckleberry Finn.
Tess yang tidak pernah menikah dan selalu merindukan Finnley tentu sangat senang Finnley datang ke hidupnya lagi. Finnley mengatakan alasannya pergi dulu karena ia tidak mau menjadi Finnley lagi, ia tidak mau hidup dalam bayang-bayang Bukit Rock Edge tempat kejadian tragis kehilangan kedua orangtuanya.
Ia mengembara, dan mengganti namanya menjadi Tom Huckle. Satu-satunya yang ia bawa dari dulu sampai sekarang adalah bola sepak putih totol-totol merahnya. Bola itu, dan lagu You Are My Sunshine yang selalu menjadi favoritnya, adalah serpihan yang masih ia genggam dari masa kanak-kanaknya yang berantakan. Bola sepak yang sekarang compang-camping lusuh di dalam keranjang rotan kecilnya. Bola sepak yang sudah demikian tua sehingga Tess membelikan Tom bola yang baru, yang mirip dengan yang sudah tua ini.
Ia memohon pada Tess untuk memanggilnya Tom saja. Tom juga membawa Lucas, putranya. Walau Tess tidak pernah mendengar cerita soal siapa ibunda Lucas, tapi Tess menerima keduanya.
Dari saat itulah Tom dan Lucas tinggal dan bekerja di rumah Vargari. Papa Nadine tidak tahu, demikian pula orang-orang lain, kalau Tom Huckle sebenarnya adalah Finnley Greyheart, anak malang korban kejadian tragis Bukit Rock Edge berdekade-dekade lalu.
Tess tercekat di akhir kisahnya. Tom terkulai di atas tikar piknik sambil memeluk bola lusuhnya. Pria itu tidak terisak lagi. Sementara Lucas mematung, lalu berlalu, berdiri menatap laut di ujung sana.
"Trauma Tom begitu dalam, Nadine. Mungkin itu juga sebabnya ia begitu keras dengan Lucas, anaknya. Aku tidak mengerti juga ... kadang ia begitu ceria, menggemaskan, bertingkah seperti anak kecil. Tapi akhir-akhir ini, ia semakin sering marah, ia juga semakin keras pada Lucas. Aku tidak mengerti ..." Tess berkata dengan lirih sambil mengamati Tom yang meringkuk memeluk lututnya. Napas pria itu teratur naik turun, kemungkinan besar Tom sudah terlelap.
Nadine tergagap, ia tidak yakin apa yang bisa atau harus ia katakan. Ia mendapatkan perspektif baru mengenai Tom. Tak dapat ia bayangkan betapa kacau jungkirbalik masa kecil Tom, atau Finnley, ketika orangtuanya menghilang dan ia harus menghadapi dunia sendiri. Tanpa ingatan akan apa yang telah terjadi.
Telponnya berdengung, dan gadis itu bergegas meraih dan memeriksa pesan yang baru masuk.
Papa.
Nadine, aku tidak bisa hadir di piknik. Aku mendapatkan inspirasi baru untuk tulisanku.
Hanya itu.
Nadine mencegat napasnya yang mendadak begitu berat. Tangannya gemetar, harapannya akan hari yang indah hari ini dengan Papa sontak hangus dan ia menggigit bibirnya keras-keras untuk menandingi rasa sakit di hatinya. Gagal.
Dalam satu lemparan, telponnya mendarat di rumput di hadapannya. Dan ia menangis tersedu-sedu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top