BF 07

Sudah lima bulan saya tak update cerita ini. Padahal sudah coba cicil gatau kapan, tapi tetap mood sedang tidak bagus.

Selamat membaca...
.
.
.
.
.

Farhan dan Ricky akhirnya bertemu kembali setelah sekian lama tak jumpa. Farhan menetap di Australia sedangkan Ricky di Indonesia tercinta.

"Habibie, apa kabar ente?" tanya Farhan semangat.

"Alhamdulillah ana baik. Ente sendiri?" tanya Ricky balik.

"Alhamdulillah... masih sehat sedia kala," jawab Farhan.

Keduanya pun bersalaman dan berpelukan ala duo Habibie. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak menginjak bangku kelas 1 SMA.

"Sudah lama kita tak bertemu. Badan lo tambah kekar saja Rick," ucap Farhan santai.

"Iya dong. Walau sibuk urusin keluarga dan pekerjaan, kesehatan juga penting buat tubuh sendiri." Ricky tersenyum tipis.

Dua cangkir kopi hitam sudah berada di atas meja. Kepulan asap kopi begitu mengunggah selera.

"Nikmat sekali kopi ini," ucap Ricky setelah menyeruput secangkir kopi hitam panas.

"Ahaha... dari dulu lo nggak pernah berubah Rick," ujar Farhan tertawa kecil.

"Nggak juga sih. Jadi anda jangan sok tahu Bapak Jawas," balas Ricky santai.

"Iya dah iya. CEO mah beda sekarang," ledek Farhan.

"Lo juga Jawas!" seru Ricky menatap lurus Farhan bagai hewan Elang.

Kedua sahabat yang sudah lama tak bertemu akhirnya bisa saling mengobati rasa kangen satu sama lain. Mereka mengobrol, bersedau gurau mengingat kenangan-kenangan manis dan pahit di masa tinggal di negara Australia.

"Ky, anak lo apa kabar ya?" tanya Farhan tiba-tiba di selingan obrolan.

Ricky terdiam seribu bahasa. Ia mengusap wajahnya kasar, lalu menghela napas lepas.

"Maaf ya Ky. Gue nggak bermaksud kok," ucap Farhan tak enak hati.

"Gapapa kok. Fenly dan Fajri sehat-sehat saja." Ricky menjawab sambil tersenyum tipis melainkan palsu.

Ada rasa kesedihan di dada bila mengingat kedua anaknya. Jika tidak ada kata perceraian, pasti keluarga kecil Zakno akan bahagia.

"Ky," panggil Farhan semakin tak enak.

"Gue mau ke toilet sebentar ya Han," ujar Ricky langsung beranjak pergi tanpa menunggu jawaban dari Farhan.

Farhan menghela napas pelan. "Gue bego banget sih nggak seharusnya nanya hal sensitif gitu. Gue harus lakukan sesuatu buat kembalikan mood Ricky nih."

Drrtt!

Tiba-tiba ponsel Farhan yang berada di atas meja berbunyi. Sebuah nama dengan tanda hati membuat senyum Farhan perlahan terukir.

"Halo sayang," ucap Farhan senang.

.....

Fenly sudah merasa lebih baik. Ia pun melakukan kegiatan kecil dengan berlari-lari mengelilingi komplek rumah.

Setelan kaos oblong berwarna putih ke abu-abuan lalu celana pendek berwarna merah biru membuat Fenly terlihat tampan. Sepatu kets berwarna putih menjadi pelengkap.

"Huahh, capek juga ya," keluh Fenly.

Saat ini Fenly sedang beristirahat di salah satu bangku taman komplek. Ia meneguk air mineral di dalam botol hingga tersisa setengah.

"Andai Papa nggak pergi pasti Ovel tambah senang lari sore ya," ucap Fenly menatap langit yang mulai senja.

Pandangan Ovel tak sengaja melihat satu keluarga kecil di taman. Sang anak memainkan mobil remot kontrol berwarna hijau. Kedua orang tua sang anak terus menjaganya. Sungguh hal yang membuat Fenly merasa iri.

Dulu, Fenly dan Fajri bermain bersama di taman komplek. Mereka memainkan mobil remot kontrol bergantian.

Kedua kakak adik ini tak saling egois. Selalu bergantian bermain hingga mereka puas.

"Kovel... gantian dong. Aji juga mau main." ucap sosok anak kecil bergigi kelinci.

"Ini Ji. Maaf ya Kovel lama," jawab anak kecil berkulit putih.

"Iya gapapa Kovel. Aji senang Kovel nggak pelit hehe...," ujar Fajri.

"Kovel mana pernah pelit sih sama Adik kesayangan ini." Fenly mengelus surai rambut Fajri.

Fajri pun memainkan mobil remot kontrol dengan senang. Fenly sendiri memutuskan untuk duduk sambil menikmati permen di mulut.

Suasana sore hari di taman menjadi sanksi kenangan kedua anak lelaki itu.

"Aji... gue kangen sifat manja dan cengeng lo," ucap Fenly lirih.

Tak terasa air mata mengalir tanpa Fenly duga. Ia langsung menghapus kasar air mata.

"Gue nggak boleh cengeng! Gue harus kuat menghadapi semua ini!

Restu waktu pasti akan datang. Ovel yakin!"

Fenly memutuskan untuk pulang ke rumah. Ia sudah tak tahan dengan keringat yang menempel di badan.

"Semoga Papa Iky pulang cepat," ujarnya berharap.

Fenly telah sampai di dekat rumah. Ia tak sengaja melihat seseorang duduk di atas sebuah motor berwarna hitam di depan gerbang rumahnya. Dan sosok itu sangat ia kenali.

"Aji!" seru Fenly.

Seseorang itu menolehkan kepala. Ia menutup kaca helm, lalu dengan gerakan kilat menyalakan mesin motor. Motor berwarna hitam melaju cepat meninggalkan perkarangan rumah.

"Aji! Jangan pergi!"

Fenly ingin rasanya mengejar sosok yang sangat mirip dengan sang adik, Fajri. Namun, ia cukup lelah setelah berlari-lari mengelilingi komplek rumah dan Fajri menggunakan motor.

"Ji... Kovel kangen," ucap Fenly lirih menatap kepergian Fajri yang telah menghilang di belokan.

.
.
.
.
.

[07/05/2022]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top