― ⏳ BROKEN ANGEL ⌛ ―

╔═══════════════════════╗

Broken Angel adalah sebutan untuk seseorang yang kehidupannya terlalu hancur, sehingga ia tidak lagi tahu makna dan arti kehadirannya di dunia ini.

Itulah yang terjadi pada seorang Rindo [Name], saudari kembar dari Tsubaki, kakak perempuan dari Kanna, dan kekasih dari Todoroki Issei.

Issei sangat tau apa yang telah membuat [Name] kehilangan semangat hidupnya, dan mengingat kembali kejadian itu cukup untuk membuat Issei ingin membunuh para pelaku yang membuat orang yang ia cintai kini kehilangan keinginan nya untuk hidup.

Pelecehan seksual, itulah yang membuat [Name] hampir saja bunuh diri berkali-kali kalau saja Issei dan Tsubaki tidak mencegatnya.

Pelaku dari pelecehan itu sayangnya salah satu dari pelakunya berhasil lolos, namun yang dua lagi sudah di hajar habis-habisan oleh Issei sampai-sampai kedua orang itu hampir kehilangan nyawa nya.

Apa yang dilakukan para pelaku itu pada [Name] membuat ia mengalami trauma dan mengguncang mental nya, membuat [Name] akhirnya berhenti untuk sementara pergi bekerja di ICHU dan tidak lagi keluar dari rumahnya.

― B R O K E N ◈ A N G E L ―

"[Name]―"

Kalimat Issei terhenti tatkala ia mendapati [Name] menoleh ke arahnya sambil menggenggam sebuah cutter.

Dengan segera Issei merebut cutter itu dari tangan [Name], membuat pemiliknya ingin merebut benda tajam itu kembali.

"Issei, kembalikan!!" teriak [Name], tidak terima barang nya yang akan membebaskan nya dari dunia di rebut begitu saja.

"Apa yang ingin kau lakukan?! Dimana kau menemukan ini?!"

"Bukan urusan mu! Kembalikan!!"

"Tidak akan!"

Suara langkah kaki dengan ritme cepat terdengar. Tak lama, di ambang pintu Tsubaki datang bersama dengan Toya.

"[Name]! Issei! Ada apa?!"

"[Name]!"

[Name] yang masih berusaha mengambil cutter tersebut benar-benar tidak perduli walaupun tubuhnya perlahan di tarik mundur oleh Tsubaki.

"Lepaskan!!!" teriak [Name], berontak.

"Tsubaki, lakukan sesuatu!" ucap Toya.

Dengan amat terpaksa, Tsubaki memukul tengkuk leher [Name], membuat kesadaran gadis itu lenyap seketika.

"Tsubaki, kenapa kau meletakkan cutter di sini?! Bukan kah kau tau ini sudah ke sekian kalinya dia mencoba bunuh diri!"

"Aku tidak tau dari mana asal cutter itu!"

"Kalian berdua, sudahlah! Issei-kun, bawa cutter itu keluar, dan Tsubaki, ayo rebahkan [Name] ke kasurnya."

Jika di pikir kembali, bagaimana jika seandainya tadi Issei datang terlambat, mungkin [Name] sudah kehilangan nyawanya.

Inilah yang terjadi hampir setiap hari, ketika [Name] menemukan benda tajam di sekitarnya, entah bagaimana otak nya langsung memperoses untuk mengakhiri hidupnya sendiri, dan kejadian ini terjadi berbulan-bulan.

― B R O K E N ◈ A N G E L ―

"[Name]?"

Sosok yang merasa terpanggil itu menyibak selimutnya sesaat hanya untuk melihat siapa yang datang, kemudian ia kembali bersembunyi di balik selimutnya.

"Issei, kenapa kau tidak pergi?"

Senang akhirnya [Name] mau bicara, tapi hal yang ia tanyakan pertama kali membuat Issei sedikit kesal.

[Name] mengeratkan pelukannya pada dirinya sendiri.

"Bukankah aku kotor? Kenapa kau tidak meninggalkan ku?"

Issei menghela nafas berat, ia bingung, ia tidak pandai menghibur seseorang. Hampir semua kalimat yang keluar dari mulutnya selalu berlawanan dengan isi hatinya.

"Kau tau aku bukan orang yang suka mengingkari janji. Bukankah kau sudah mendengarnya sendiri? Apapun yang terjadi, aku tetap mencintaimu."

[Name] menatap ke arah Issei melalui celah dari selimut yang menutupinya. Dilihat [Name] laki-laki itu sedang bersandar pada kasurnya, sama sekali tidak berniat membalikkan tubuhnya dan memandangi [Name].

"Tapi aku―― dan pekerjaan mu adalah idol, aku hanya akan menghancurkan karir mu."

Issei menoleh, namun yang ia dapati hanya sebuah selimut tebal yang menutupi seluruh tubuh [Name].

"Aku tidak perduli."

[Name] mengigit bibir bawahnya, "Issei, kau aneh," ucapnya, kalah telak dalam adu argumen ini.

"Hey, [Name]. Kenapa saat itu kau pergi sendirian?"

[Name] menundukkan kepalanya, "Aku tidak ingin bergantung pada mu ataupun Tsubaki. Ku kira semuanya akan baik-baik saja, karena itu aku pergi sendirian."

Tidak mendapatkan jawaban, [Name] pun menyibak selimut nya, kemudian mendekat ke arah Issei.

"Issei, kau sedang apa?"

"Hm? Menulis lagu."

[Name] terdiam sesaat, "Ah, pekerjaan ku," ucapnya dengan volume pelan.

"Kenapa kau tidak kembali ke ICHU? Mereka semua mengkhawatirkan mu."

[Name] menundukkan kepalanya, ia masih takut untuk pergi keluar.

"Aku akan menjaga mu lagi, jika aku bertemu orang itu, aku akan menghajarnya sampai kau puas."

[Name] samar-samar tersenyum, ia merentangkan kedua tangan nya, kemudian memeluk Issei dari belakang.

"Apa ini?" ucap Issei sembari melirik ke samping.

"Issei, terima kasih."

― B R O K E N ◈ A N G E L ―

"[Name], kau yakin baik-baik saja?" tanya Tsubaki, khawatir karena secara tiba-tiba [Name] ingin ikut Tsubaki pergi ke ICHU.

"Ya, aku sudah baik-baik saja," sahut [Name], kemudian ia mengalihkan pandangan nya ke sana-kemari.

"Ada apa? Apa ada yang mengawasi mu?" tanya Tsubaki, seketika ia menjadi waspada.

"Tidak, itu――Dimana Issei?"

Tsubaki menghela nafas berat, kesal, dari tadi dia ada di sana bersama [Name], tapi justru yang [Name] cari adalah Issei.

"Maaf lama."

Akhirnya orang yang di tunggu tiba.

"[Name], kau belum sempat sarapan, kan? Aku membuatkan makanan kesukaan mu," ucap Issei sembari menyerahkan sebuah kotak bekal.

"Pfft, tumben kau baik seperti ini?" ucap Tsubaki, lengkap dengan tatapan menyindir -nya.

"Tch, diamlah. Ayo cepat berangkat!"

Sambil mengekori Issei dan Tsubaki, [Name] hanya tertawa pelan melihat tingkah kembaran dan pacarnya itu, bahkan ia sempat berpikir sejenak, kapan dua orang ini akan akur?

Sesampai di depan gerbang ICHU, mereka langsung di sambut oleh Toya, Seiya, dan Producer.

"[Name]!"

"[Name]-san!"

"Manajer-san!"

[Name] terkejut, ia melirik ke arah Tsubaki dan Issei, tapi keduanya juga sama-sama tidak tau mereka akan di sambut.

"Manajer-san, Manajer-san, kau baik-baik saja, kan?"

"Seiya juga tau tentang kejadian itu?" tanya [Name].

"Maaf, [Name], Seiya tidak sengaja mendengar pembicaraan ku, Tsubaki, dan Producer-san."

[Name] mengangguk pelan. Yah, cuma Seiya, [Name] percaya Seiya tidak mungkin menyebarkan informasi itu kepada orang lain.

"Aaa! [Name] ditemukan!〜"

"Yo!"

[Name] menoleh dan mendapati Futami dan Takamichi berjalan ke arah mereka sambil melambai.

"Kalian," ucap Issei.

"[Name], apa kau benar-benar sudah baik-baik saja?"

[Name] menoleh ke arah Producer, ia tersenyum sembari mengangguk.

"Tsubaki dan Issei bilang saat aku tidak ada, Producer-san yang mengambil alih pekerjaan ku. Maaf aku sudah merepotkan mu," ucap [Name] sembari ia membungkukkan tubuhnya.

"Ah, itu tidak masalah!" sahut Producer.

"Tidak perlu merasa bersalah seperti itu, Manajer-san! Kalau kau dalam bahaya, kami akan melindungi mu!" ucap Seiya, tangan nya ia rentangkan, bermaksud ingin memeluk [Name], namun ia seketika dihalangi oleh Issei.

"Oi, jangan peluk-peluk orang sembarangan!" ucap Issei.

"Seiya, kau salah. Yang benar itu, Issei pasti akan melindungi [Name]!" ucap Takamichi.

"Soalnya Issei kan sangat mencint―" kalimat Futami terpotong ketika ia melihat Issei seketika melotot ke arah laki-laki tersebut sambil memberi kode, jika Futami melanjutkan kalimatnya, maka Issei akan menghabisi nya.

"Tch, kalian menyebalkan. [Name], ayo pergi! Kau ingin menemui beruang itu, bukan?" ucap Issei, dengan segera menarik [Name] menjauh tanpa izin dari gadis itu.

"Tapi Issei, bukankah mereka benar?" tanya [Name] dengan volume pelan, ia berlari pelan untuk menyamakan langkahnya dengan Issei.

Tidak ada jawaban, namun yang [Name] lihat saat ini adalah wajah Issei yang merah karena malu.

Ya, benar. Saat itu keputusan nya untuk mengakhiri hidupnya adalah keputusan yang salah, ia berkali-kali melakukan itu tanpa berpikir bahwa sejujurnya walaupun keadaannya saat ini seperti ini, masih ada yang menerima dirinya apa adanya.

Dan [Name] sadar bahwa selama ia dalam keadaan yang sangat buruk, Issei tidak pernah meninggalkan nya walaupun kebanyakan laki-laki itu hanya diam sambil menatapnya. Tapi Issei tidak pernah berbohong, ia benar-benar selalu di samping [Name].

"Oi, [Name]. Saat itu ku bilang kalau aku sedang menulis lagu, kan?"

"Iya? Apakah ada masalah?"

"Setelah bertemu beruang itu, kau harus pergi bersama ku."

[Name] mengangguk sembari tersenyum, "Ya."

╚═══════════════════════╝

― Fin.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top