Broken [8]

*di mulmed itu sekolah Ibeth yakni sekolah Almount yaa

Pagi ini sekolah Almount ramai sekali karena banyak orang dari luar sekolah yang membeli ticket pensi Almount.

Ibeth duduk di lobby sekolah, hari ini tak ada pelajaran sungguh sangat membosankan lebih baik dia tadi tak usah hadir di sekolah bukan?

Di ujung koridor sana berdirilah seseorang yang mengamati Ibeth, perlahan dia mulai mendekat ke tempat Ibeth berada.

"Hey," sapanya saat sudah berada disamping Ibeth.

Ibeth menoleh saat tau Adam yang menyapanya, Ibeth menanggapi sapaan Adam hanya dengan bergumam.

"Kok disini sendirian? Itu si Omee temen lo mana?" Tanya Adam bingung sambil celingak-celinguk memastikan jika tidak ada Omee.

"Males aja di kelas, si Omee lagi di kelas fangirling-an dan gua paling males denger suara cempreng dia." Jelas Ibeth malas.

Adam hanya ber-oh ria. Kini suasana hening, tak ada yang memulai pembicaraan, mereka berdua hanya sibuk dengan pikiran masing - masing.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang disana yang sedang mengamati mereka, orang itu terlihat kesal dan menggertakan giginya, rahangnya mengeras, tatapan matanya menajam seolah-olah sedang menatap mangsanya.

Ibeth memutuskan untuk balik ke kelas, daripada harus berlama-lama dengan Adam. Saat Ibeth beranjak pergi, Adam menahan pergelangan tangannya.

"Mau kemana?" Tanya Adam.

"Balik ke kelas." Jawab Ibeth.

"Oh yaudah, gih balik sana." Usir adam.

"Dih, ngusir." Cibir Ibeth.

Adam menanggapinya hanya dengan tertawa.

Melihat itu Ibeth langsung bergegas balik ke kelas, sungguh mood-nya berantakan hari ini.

•••••

Jam menunjukan pukul 12.30, tapi belum juga ada bel yang menunjukan waktunya untuk pulang.

Ibeth sudah sangat ingin pulang ke rumah, dia paling malas jika hadir di sekolah ternyata tak ada pelajaran menurutnya itu sia-sia.

"Me, cabut yuk" ajak Ibeth.

"Kemana?" Tanya Omee bingung.

"Kemana aja yang penting keluar dari sekolah ini." Jawab Ibeth sekenanya.

"Gila aja lo! Gerbang ditutup bego!" Ketus Omee

"Lewat gerbang belakang sekolah Me, udah tenang aja gua kenal satpam-nya ntar kasih duit dikit juga dibuka gerbang-nya." Ujar Ibeth menjelaskan

"Ogah ah, ntar kalo ketauan guru piket mati kita Beth."tolak Omee

"Dih, takut kok sama guru piket, gak asik lo!" Cibir Ibeth

"Bodo,"

"Yaudah, kalo gitu gua cabut sendiri." ujar Ibeth sambil membereskan buku-buku sekolahnya.

Saat selesai membereskan buku-bukunya, Ibeth berpamitan dengan Omee,

"Gua pulang dulu yaa, Omee sayang muach," ujar Ibeth persis kek banci lampu merah.

"ANJRIT! PERGI LO SANA BANCI KALENG!"

"HAHAHAHAHA" tawa Ibeth meledak seketika, dan kemudian hilang karena Ibeth lari meninggalkan kelas.

•••••

Ibeth kini sudah berada di gerbang belakang sekolah, Ibeth langsung menuju Pos Satpam yang letaknya tak jauh dari gerbang.

Saat Ibeth sedang bernegoisasi dengan satpam yang berjaga di gerbang belakang sekolah.

Tiba-tiba ada yang menepuk punggung-nya pelan. Ibeth menoleh, kemudian menganga tak percaya karena lelaki di depannya ini berkeringat, sangat berkeringat, bahkan bajunya basah semua seperti kehujanan.

"Jack, lo kenapa keringetan gitu?" Tanya Ibeth sambil melihat penampilan Jack.

"Gua abis dihukum lari lapangan 1000 kali, abis gitu gua ke kelas lo, eh lo nya gak ada, kata Omee 'Ibeth cabut ke gerbang sekolah belakang' yaudah, gua susul lo kesini, sambil lari juga, takutnya lo udah cabut duluan." Jelas Jack panjang lebar sambil ngos-ngosan.

Ibeth menanggapi penjelasan Jack hanya dengan menganggukan kepalanya.

"Nih," ujar Ibeth saat memberikan botol air mineral beserta isinya kepada Jack. Menurutnya Jack pasti dehidrasi, oke Ibeth mulai lebay.

"Thanks, Beth." Ujar Jack berterima kasih kemudian, meneguk air mineral itu sampai habis karena sangking hausnya.

•••••

Karena belum jam pulang sekolah, Ibeth dan Jack tak pulang ke rumah, karena jika mereka pulang ke rumah jam segini, sama aja mereka cari mati.

Kini Ibeth dan Jack sudah berada di starbucks. Menghabiskan waktu yang tersisa, daripada ke Mall kan mending ke starbucks sambil menikmati coffee dan nongkrong bersama.

"Ehm," Jack berdehem, membuat Ibeth menghentikan aktivitas bermain handphone-nya.

"Beth, gua mau nanya sesuatu boleh?" Tanya Jack meminta izin.

"Iya," setuju Ibeth.

"Janji ya gak bakal marah?" Tanya Jack lagi untuk memastikan apakah Ibeth tak marah jika ditanya hal itu.

"Kalo tanya lo gak aneh-aneh sih, gua gak bakal marah!" Ketus Ibeth.

"Kalo tanya sesuatu tentang keluarga lo, boleh gak?" Tanya Jack to the point.

Seketika punggung Ibeth menegang, dia mulai was-was, otaknya langsung bekerja memutar kenangan masa lampau ayah-nya yang dengan tega meninggalkan mereka, dengan perilaku bejatnya.

Bulir-bulir air mata Ibeth jatuh membasahi pipinya, Ibeth menangis sesegukan tanpa menjawab pertanyaan Jack.

Melihat itu, Jack sudah tau jawabannya. Kalau Ibeth belum siap menceritakan keluarganya. Tak tahan melihat Ibeth menangis, Jack langsung menarik Ibeth ke dalam rengkuhan pelukannya.

Jack mengelus punggung Ibeth untuk menenangkannya, tapi Ibeth tak kunjung tenang, justru suara isakannya semakin keras.

Baju Jack sudah basah terkena air mata Ibeth, Jack memegang dagu Ibeth untuk menatapnya, Jack menghapus air mata yang ada di pipi Ibeth, kemudian dia berkata,

"Ibeth yang gua kenal tuh dia selalu terlihat tegar walau sebenernya dia rapuh, dia menutupi kesedihannya, tak ingin orang tau bahwa dia lemah, dan perilakunya yang kasar itu hanya buat temeng agar tak terlihat lemah." Ujar Jack kemudian tersenyum manis kepada Ibeth.

"Dan asal kalian tau perilaku Ibeth yang tadi tak berlaku untukku, kalian lihat bukan bahwa Ibeth sekarang terlihat lemah dihadapanku, tapi bukan berarti aku meremehkannya. Tugasku disini untuk menenangkannya, menghiburnya, membuatnya tersenyum lagi, dan membuatnya terlihat tegar lagi dihadapan orang, menutupi kerapuhannya. Bukankah itu tugas lelaki untuk wanita yang ia kasihi?" Ujar Jack sambil tersenyum tulus, sangat tulus.

Ibeth tertegun mendengar perkataan Jack, saat ingin bicara, tiba-tiba Jack melanjutkan perkataannya lagi.

"Ibeth dengar, gak peduli seberapa kamu berpura-pura sok tegar, sok berkuasa di hadapan semua orang, berbagilah denganku kesedihan yang kamu pikul, aku disini bersedia mendengarkan semua keluh kesah kamu," ujar Jack sambil menatap Ibeth lurus.

"Ck, omongan gua sekarang udah kek ibu-ibu geli juga" ujar Jack setelah menyelesaikan ucapannya yang kelewat bijak itu, kemudian terkekeh geli.

"BEHAHAHAHA" seketika tawa Ibeth meledak.

Melihat reaksi Ibeth seperti itu, Jack hanya melongo dibuatnya.

"Yaampun itu kata mending lo novelin deh Jack, gua jamin laku sama remaja yang kelewat menye," hina Ibeth sambil masih tertawa.

"Tadi gua cuman lagi latihan buat drama bahasa indo," Jelas Jack untuk menutupi rasa malunya ya walau ia harus berbohong.

"Oh drama? Pantes kata-katanya gitu banget," ujar Ibeth datar, tapi matanya memancarkan sorot kekecewaan.

Ego mengalahkan segalanya, tapi jangan biarkan kalian di perbudak oleh Ego karena Ego-lah kita bisa kehilangan orang lain yang berarti bagi kita (spesial).

"Jack balik yuk? Udah jam 3 nih, bel sekolah udah bunyi pastinya." Ajak Ibeth.

"Tumben buru-buru, ada apa? Biasanya juga lo kan gapapa sampe malem disini."

"Hari ini saudara gua pindah rumah ke deket komplek gua, jadi gua disuruh langsung pulang gitu." Ujar Ibeth menjelaskan.

"Ohh gitu, yaudah yuk pulang," Ujar Jack kemudian mengangguk setuju.

•••

Saat di tempat parkir, Jack sudah duduk tenang di Motor ninja merahnya. Dan Ibeth sendiri sudah duduk di motornya tapi masih menggunakan masker dan sarung tangan, katanya biar gak item.

Saat melihat Ibeth sudah siap untuk pulang, Jack bertanya,

"Beth balik bareng ya?"

"Gak usah Jack, kan rumah kita gak searah." Tolak Ibeth halus.

"Yaudah, kalo gitu hati-hati yaa"

"Iya, Jack gua duluan yaa"

Jack hanya menanggapinya dengan berdehem.

•••••

Ibeth sudah sampai di rumahnya, ia langsung membawa motornya menuju garasi. Setelah memarkirkan motornya, Ibeth langsung bergegas menuju ruang tamu.

Benar, sudah ramai. Saudaranya itu sudah datang.

"Selamat sore," sapa Ibeth

"Hai Ibeth, lama ya tante gak ketemu kamu sayang, baru balik dari sekolah yaa?" Tanya Tante Ibeth.

"Iya tan, tante apa kabar?" Tanya Ibeth

"Baik alhamdulillah, sini sayang" ujar tante Ibeth sambil menyuruh Ibeth mendekat kearahnya.

Ibeth mengangguk, dan ia menuju ke tantenya kemudian memeluk tantenya lalu cipika cipiki.

Saat melihat tak ada sepupunya, Ibeth bingung kemudian ia menanyakan keberadaan sepupunya kepada tantenya.

"Dicky kemana tan?"

"Oh, Dicky lagi keluar bentar Beth nyari makan," Jawab tante Ibeth

Ibeth hanya mengangguk menanggapinya.

Saat berjalan menuju ruang keluarga, Ibeth melihat Carlos dengan Reynaldi. Reynaldi itu adik dari Dicky, jadi Tante Tiffany memiliki 2 anak dan semuanya laki-laki.

"Hai mbak Ibeth," sapa Rey,

Rey memanggil Ibeth dengan embel-embel 'mbak' karena ia orang surabaya, dan Ibeth lebih tua darinya, umur Rey sama dengan umur Carlos, sedangkan Ibeth dan Dicky seumuran.

"Hai Rey, apa kabar?"

"Baik mbak, mbak sendiri?"

"Oh dia mah udah jadi preman sekolah Rey" saut Carlos.

"Eh dia ngomong sama gua ya, bukan sama lo!" ujar Ibeth kesal.

Melihat itu, Rey hanya geleng-geleng kepala,

'sama aja kayak dulu, berantem mulu, udah pada gede padahal.' batin Rey.

Ibeth berpamitan dengan Rey, setelah berpamitan, Ibeth langsung bergegas menuju kamarnya.

Ibeth mengganti bajunya menjadi baju santai khas rumah. Ibeth langsung turun ke bawah untuk menemui saudaranya, kan gak enak masa ada saudara berkunjung dia malah diam di kamar, gak sopan.

Saat sampai di ruang keluarga, disana sudah ada tante Tiffany, Om Dehan, Dicky, Reynaldi, Mama Ibeth, Carlos, Aila.

Ibeth tersenyum manis kepada mereka, dan segera bergabung.

"Jadi tante, Dicky dan Rey pindah sekolah juga?" Tanya Ibeth kepada tante Tiffany.

"Iya, udah diurus kepindahannya sama om."

"Pindah kemana tan?" Tanya Carlos.

"Ke sekolah kamu, soalnya sekolah kamu lebih dekat dari rumah, dibanding sekolah kakak kamu Ibeth, jadi tante dan om memutuskan Dicky dan Rey sesekolah sama kamu aja." jelas tante Tiffany panjang lebar.

Ibeth merenggut sebal, padahal Ibeth ingin sesekolah dengan Dicky. Berbeda dengan Ibeth, Carlos hanya mengangguk mengerti.

Sedangkan kedua lelaki Dicky dan Rey, hanya diam membisu.

"Dicky sama Rey tadi kan belum mandi, Carlos juga, Ibeth juga, lebih baik kalian mandi dan bersiap siap, karena kita akan makan malam bersama di luar." Perintah Mama Ibeth.

•••••

"Selamat makan!" Ujar Aila senang lalu melahap makanannya.

Dicky yang melihat Aila seperti itu hanya geleng-geleng kepala sambil terkekeh geli, ia sangat menyayangi Aila seperti adik-nya sendiri.

Semua sibuk dengan makanan masing-masing, tak ada obrolan hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu yang beradu.

Akhirnya makan malam pun berakhir tapi keluarga Ibeth dan Dicky belum beranjak pergi, seperti ingin mendiskusikan sesuatu.

"Carlos, tante harap kamu bisa jagain Rey sama Dicky dari pergaulan bebas di kota ini." Ujar Tante Tiffany kepada Carlos.

"Ma, apaansi ma, Dicky udah besar, tau yang baik dan buruk, lagian Dicky juga lebih tua daripada Carlos, malu ma, masa dijagain adek kelas." Protes Dicky

"Iya ma, aku juga gak setuju, aku sama kak Dicky udah gede ma, emangnya anak sd apa, pake di jagain segala." Protes Rey

Sedangkan si Carlos, hanya diam tak menanggapi perkataan mereka semua, dia membuang nafas kasar, menurutnya tantenya itu sangat berlebihan.

Bukankah anak SMA sudah tau apa yang harus dilakukan? Anak SMA bukan lagi boneka orang tua, sudah bisa menentukan sendiri apa tujuan dan harapan mereka. Kalau selalu diatur kapan dewasanya? Orang tua harus percaya dengan anaknya dan anak harus menjaga kepercayaan orang tuanya. Seimbang bukan?

"Iya Tif, udah kamu gak usah khawatir, aku yakin anak kamu bisa jaga diri." Ujar Mama Ibeth.

"Tapi mbak,"

"Kamu harus percaya sama anak kamu Tif, mereka sudah besar, jangan diatur lagi, apalagi anak kamu ini laki-laki, laki-laki harus punya pendirian bukan didirikan atau diatur." Nasehat Mama Ibeth

"Baiklah mbak, aku percaya mereka, tapi kalau sampai mereka mengecewakan aku, awas saja." Ujar Tante Tiffany Pasrah.

"Nah, Dicky dan Rey, jangan salah gunakan kepercayaan Mama kamu ya." Ujar Mama Ibeth kepada keponakannya.

"Iya tan," jawab Dicky

"Siap tan," jawab Rey

•••

Yang lain saling berbicara membahas masa-masa lalu yang indah, Ibeth yang mendengarnya tak tahan, telinganya panas. Apalagi mendengar nama ayahnya disebut-sebut.

Ibeth mengambil earphone-nya kemudian memasangnya, dan memaksimalkan volume handphone-nya, sehingga tak terdengar sedikitpun perkataan tantenya dan mamanya.

Melihat itu Dicky langsung menyenggol bahu Ibeth pelan. Dan lalu berkata,

"Hey, sibuk sendiri aja, ini acara keluarga loh." Tegur Dicky halus.

Ibeth tak mendengar Dicky, dia hanya merasakan Dicky menyenggol bahunya pelan, dan melihat bibir Dicky bergerak-gerak seperti berbicara kepadanya.

Ibeth langsung melepaskan earphone-nya, dan lalu berkata,

"Ky ngomong apa tadi? Maaf gak denger, abisan ini volumenya maks." Ujar Ibeth meminta maaf.

"Dasar kamu yaa! Tau ah pikir aja sendiri," ujar Dicky pura-pura bete.

"Yaelah ky, gitu doang ngambek" Cibir Ibeth.

"Engga kok, bercanda doang elah, nanggepinnya serius banget."

"Lagi gak mood bercanda, ky"

Dicky hanya melirik Ibeth sekilas, dia tak lagi mengganggu Ibeth, dia juga sebenernya lagi galau. Niatnya mau ngajak ngomong Ibeth kali aja dia udah lupa sama masalahnya, eh malah kayak gitu Ibethnya, yaudah lah ya.

Mereka semua pergi meninggalkan Restourant dan pulang ke rumah. Keluarga Dicky dan Ibeth pisah di pertigaan kompleks karena memang rumah mereka berbeda.

Sesampainya di rumah, Ibeth langsung menuju kamarnya, mengganti bajunya menjadi piyama, kemudian tertidur.

HAIII MAAF YAA UPDATENYA LAMA EHEHE, SIBUK SOALNYA, GIMANA SAMA CHAPTER INI? KECEWA GAK? TAPI CHAPTER INI UDAH LEBIH PANJANG DARI CHAPTER SEBELUMNYA KOK EHEHE, DAN UNTUK TOKOH BARU PICT NYA MENYUSUL DI CHAPTER SELANJUTNYA YAA!

AYO BERI KOMEN KAMU UNTUK CHAPTER INI DI KOLOM KOMENTAR DIBAWAH INI, MAU LANJUT? CUKUP VOTE SAJA OKE!

AKU HARAP KALIAN BUKAN PEMBACA YANG SILENT READER YAA EHEHE MAKASIH UDAH GITU AJA BYE BYE! HANI PAMIT

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top