Broken [1]
*Yang dimulmed itu Carlos yaa
Aku terdiam cukup lama, aku mulai mencerna kata-kata yang barusan aku dengar. Apa benar ini nyata? Kumohon ini hanya mimpi, aku tak ingin sungguh. Aku tak ingin orang tuaku berpisah, aku ingin memiliki keluarga yang utuh seperti halnya teman-temanku. Tapi apa bisa? Aku tau betapa hancur hati ibuku saat mengetahui ayahku selingkuh dengan wanita lain. Jika mereka tak berpisah, ibuku tak akan bahagia justru menyakitkan karena harus melihat ayah menikah lagi.
Tapi bagaimana nasib kedua adikku? Apalagi Aila ia masih kecil, tapi sudah diberi pilihan antara tinggal bersama Ibu ataupun Ayah. Aku tau pasti mereka juga sepertiku ingin mempunyai kedua orang tua yang lengkap, apalagi Aila yang masih SD pasti masih membutuhkan kasih sayang seorang Ayah dan seorang Ibu. Aku memutuskan tinggal bersama Ibu begitu pula dengan Carlos dan Aila.
Rasanya aku ingin berteriak didepan Ayah, dia orang yang tak berperasaan tega-teganya menyakiti Ibuku, tapi aku tak bisa melukainya, walaupun Ayahku seperti itu dia tetaplah Ayahku. Aku tak ingin menantang orang tua, jadi lebih baik aku diam saja, walau kinerja otakku menolak untuk diam.
"PA, SUDAH PUAS MENYAKITI IBU SAYA?!" teriak Carlos dengan lantang, ia marah sekali aku bisa melihat dari tatapan matanya yang menatap tajam.
"IBU SAYA JAUH LEBIH BAIK DARIPADA WANITA JALANG ITU!"ucapnya dengan nada tinggi penuh penekanan disetiap katanya.
"APA KAU BILANG?!!!" tanya papa dengan nada yang tak kalah tinggi.
"APA ANDA TAK MENDENGAR APA YANG SAYA KATAKAN?! SELAIN MENJADI BRENGSEK, ANDA JUGA TULI RUPANYA!!" jawab Carlos dengan nada yang semakin tinggi.
Hening seketika, tak ada suara apapun setelah perkataan Carlos tadi.
"KENAPA DIAM BRENGSEK!!!" umpat Carlos, kemudian ia menendang meja untuk melampiaskan kemarahannya.
"DIAM KAMU! DASAR ANAK KURANG AJAR!" Ayah mencoba mengontrol emosinya
"APA KAU BILANG?! KAU MENYURUHKU DIAM?! MANA BISA AKU DIAM MELIHAT IBUKU DISAKITI OLEH SEORANG BAJINGAN SEPERTI KAU!!"
'BUGH BUGH' Ayah menghajar Carlos, hingga ujung bibirnya mengeluarkan darah.
"PA! SUDAH CUKUP!" leraiku, aku tak bisa melihat adikku dihajar seperti itu.
Keadaan hening, hening sekali, Carlos juga terdiam, semuanya terdiam dengan pikirannya masing-masing, kemudian Aku lihat Ayah beranjak dan berjalan pergi dengan membawa koper miliknya. Mungkin ini memang jalan yang terbaik, ada kebahagian dibalik kesedihan kan? Ya aku percaya itu.
¤
Satu tahun telah berlalu, hidup Ibeth berubah secara drastis semenjak kejadian satu tahun yang lalu, Ibeth bukan lagi cewek yang kalem, periang dan sabar. Melainkan kasar,emosional,dan suka menindas teman temannya. Ntah, apa yang ada di otaknya hingga membuatnya berubah 180 derajat. Ibunya, adik-adiknya dan teman dekatnya pun seperti tak mengenalnya, Ibeth terlihat asing.
Manusia bukan lah robot yang hanya menuruti perintah tuannya, manusia adalah makhluk yang bisa melakukan apa saja sesuai keinginannya termasuk membangkang apa saja yang telah diperintahkan oleh Tuhannya dengan semaunya, walau seperti itu manusia tetap lah manusia ia bisa kembali ke jalan yang benar karna tuntunan hatinya.
Ibeth terlihat asik dengan gadget-nya, ia tak sadar disana ada seseorang yang sedang mengamatinya.
"Cantik banget."
"Senyumnyaa manis."
"Emang bener yg dikatain anak anak, dia cantik." gumam lelaki itu yang sedang mengamati Ibeth dari jauh, sesekali sambil tersenyum senang, karena melihat reaksi-reaksi Ibeth saat bermain gadget. Menurutnya itu sangatlah lucu. Aneh memang padahal itu tak ada lucunya, selera humornya rendah hm.
Karena merasa ada yang mengamati, Ibeth langsung melihat ke sekelilingnya. Tapi ia tak menemukan seseorang yang memperhatikannya.
"Ah mungkin cuman perasaan gua aja."gumam Ibeth sambil melanjutkan lagi aktivitasnya.
Tak lama kemudian Omee datang dengan membawa dua minuman dan dua mie yang satu untuknya dan yang satu untuk Ibeth.
"Nih Beth pesenan lo mie kare spesial."
"Oke thanks say."
"Yap, btw lo putus lagi?"
"Yoa, bosen gua, nyari lagi lah yang baru." ujar Ibeth songong
"Yeee dasar lo sok kecakepan, heh please deh, mantan lo tahun ini udah 8, dan lo mau nyari pacar lagi? gila lo! Tahun belum berakhir, mantan pacar udah banyak, bener-bener ya lo!"omel Omee gregetan liat tingkah sahabatnya itu.
"Ini gua yang pacaran, napa lo yang ribet si, bilang ae lo iri, lo kan jomblo mulu, jomblo atau emang gak laku sih? hahahahaha." ujar Ibeth dengan diiringi tawaan hinaannya.
"SUKA-SUKA LO DAH, MALES GUA SAMA LO, BYE!"ujar Omee kesal, nada bicaranya agak meninggi, kemudian ia meninggalkan Ibeth sendiri.
Melihat sahabatnya yang menghilang entah kemana, Ibeth hanya diam saja dan menghembuskan nafas, ia tau sifat Omee gimana, ia memang gitu, moody an orangnya, terkadang Ibeth kesel banget sama dia kalo lagi fangirl, bisa-bisa seisi sekolah pecah kali ya denger suaranya yang cempreng histeris gitu hih.
Tiba-tiba ada seseorang cewek culun menghampiri Ibeth.
"Mau ngapain lo?!"
"i...it...itu kak, anu.."
"Apaansi?! ngomong yang jelas bego!"
"Ini ada surat buat kakak."ujar cewek culun itu sambil memberikan surat beramplop biru, dia terlihat sangat ketakutan.
"Dari siapa ni?!"tanya Ibeth sambil mengerutkan alisnya bingung.
"Ngh ga..ga..gatau ka."
"Jawab!"
"Be..be..bener..beneran ga..gatau kak."
"Oh berani boong ya lo?! mau gua kunciin dikamar mandi hah?!"ujar Ibeth nyalang
"Ak..aku.. gatau nam...namanya kak."
"Terus mana sekarang orangnya?!"
"Itu kak yang berdiri di... loh kok gaada??" ujar gadis culun itu bingung karna tiba-tiba lelaki itu tidak ada.
"Lo lupa ya berhadapan dengan siapa?!" ujar Ibeth geram merasa dipermainkan oleh gadis culun didepannya.
"Jangan kun.." suara gadis culun itu terputus.
"Kalian berdua kenapa masih disini?! Gak denger udah bel? Ayo masuk sana, dan kamu Ibeth cepat kembali ke kelas. Karena saya tidak suka anak yang terlambat memasuki kelas!"omel bu Ellise
Ibeth berjalan kearah kelasnya dengan malas, dia tak suka pelajaran bahasa Mandarin.
"Kenapa harus belajar Bahasa Mandarin coba, kan ini Negara Indonesia bukan Negara China, lagian Bahasa Mandarin juga bukan Bahasa Internasional. Dasar gak penting banget ew." gerutu Ibeth.
Sesampainya dikelas, ia segera duduk disamping Omee.
"Me gua tidur ya, jangan sampe ketauan, kalo dia liat ke arah sini, langsung bangunin gua."
"Hm, ya." Omee sudah tau kebiasaan Ibeth saat pelajaran Mandarin, ia pasti tidur.
Tak terasa pelajaran telah selesai waktunya pulang.
"Nghhh enak banget, tidur disaat Mandarin itu emang nikmat."
"Enak banget lu tidur, sedangkan gua harus nyatet catetan gua, sama nyatetin lu sekalian, dasar kek majikan ae lu." protes Omee kesal sambil memberesi buku-bukunya
"Dih, gua kan gak nyuruh lu, lagian." ujar Ibeth cuek
"Dah ah, yuk pulang" ajak Omee.
"Eh, Me."
"Hm?"
"Gajadi dah."
"Lah, mau ngomong apaan lo?! harus jadi!"
"Kepo."
"Bodo amat. Ngomong apa?! buruan!!"
"Gajadi."
"Harus jadi!"
"Ga!"
"Harus!"
Omee dan Ibeth terus saja berdebat, hanya karena ke kepo-an Omee, emang ya, dasar itu bocah kepo banget.
"HARUS CERITA!!" teriak Omee di telinga Ibeth.
"anjir, sakit bego! iya-iya gua cerita." ujar Ibeth sambil mengusap-usap telinganya, telinganya masih terasa berdengung akibat teriakan Omee.
"Makanya, jangan bikin gua kepo! Yaudah cerita."
"Jadi, tadi itu ada yang ngasih gua surat gitu deh, tapi gua nggak tau dari siapa."
"Kok bisa gatau? Emang lo gak liat wajahnya? Lo si main hp mulu, sampe orang ngasih surat aja gatau!!" cerocos Omee.
"Berisik deh! Gua belum selesai cerita udah diputus aja, males cerita sama lo jadinya." Ujar Ibeth kesal.
"Yaudah maaf, cepet lanjutin."
"Gua gatau dari siapa karena dia gak ngasih suratnya langsung gitu, lewat perantara, nah si perantaranya ini si cewek culun, cewek ini ditanyain susah banget, giliran ngaku eh dianya udah ilang." jelas Ibeth
"Terus isi suratnya apa?" tanya Omee mulai kepo.
"Mulai dah keponya, belum gua baca sih."
"Baca buruan."
"Iya."
" Hey senyumnya manis deh
4 "
"Ha? gini doang? Kok gadanta sih?" ujar Ibeth bingung, melihat isi suratnya yang ternyata isinya gitu doang.
nb: *gadanta = gajelas, ini bahasa gaul ya
"Kenapa? Kok reaksi lo gitu? Sini gua baca." Omee mulai kepo dan merebut suratnya dari tangan Ibeth.
"Lahhhh gini doang, terus maksud angka 4 ini apa? Bukannya nama dia, malah angka 4, kayak-nya ini cowok gila dah Beth yang ngasih lo surat." cerocos Omee ikutan kesal sambil geleng-geleng kepala.
"Tau ah, gak penting juga biarin dah." ujar Ibeth sok cuek, sebenernya dia penasaran siapa yang mengirimi ia surat.
Omee dan Ibeth pulang ke rumah masing-masing.
Sesampainya dirumah Ibeth tanpa basa-basi langsung menuju kamarnya, hari ini membuatnya lelah.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top