5. Broken Pieces

Ditengah kebutaan karena kedua matanya yang tertutup kain hitam BoBoiBoy bisa mendengar suara langkah berat dan berdentang dari seorang lagi musuh lamanya.

Kembali BoBoiBoy dihadapkan pada kenyataan yang membuat hatinya terasa hancur dan seperti diiris-iris. Ia tidak bisa dan tidak mampu melakukkan perlawanan dalam keadaannya yang sudah kembali terikat diatas bangku sandar terkutuk milik AduDu. Kalaupun tidak diikat dan dikekang, BoBoiBoy tidak bisa berbuat apa-apa tanpa powerband.

Sementara EjoJo yang didampingi AduDu akan bebas untuk berbuat apa saja kepada musuh lama mereka.

"Bagaimana powerband elementalnya itu bisa sampai rusak?" tanya EjoJo sembari melangkah menuju ruangan dimana AduDu menyekap BoBoiBoy, "Padahal powerbandnya itu istimewa kuasanya."

Suara langkah kaki prostetik EjoJo yang terbuat dari logam itu berdentang pada setiap langkah alien kepala kotak yang berbadan tinggi tegap.

Kecacatan EjoJo akibat pertarungannya dengan BoBoiBoy bertahun-tahun lalu tidak menyurutkan aura jahatnya. Sebaliknya, justru membuatnya semakin menakutkan.

"Terkena tembakan," jawab AduDu singkat, "Lagipula powerband itu bisa dilacak oleh Ochobot."

"Lalu, kapal angkasa TAPOPS yang kau hancurkan tadi?" tanya EjoJo sembari menatap lawan bicaranya, "Bisa jadi Ochobot berada di kapal angkasa itu."

Langkah AduDu langsung berhenti. Memang ia tidak sempat memastikan siapa saja yang berada di kapal angkasa TAPOPS yang dihancurkannya. Yang bisa dipastikan berada di kapal angkasa TAPOPS itu hanya Komandan KoKoCi beserta kedua kawan BoBoiBoy yaitu Yaya dan Ying.

"Aku yakin sekarang kau menjadi salah satu buruan TAPOPS, AduDu. Kau sudah membunuh seorang komandan, menghancurkan kapal angkasa mereka, dan kemungkinan menghancurkan sebuah Power Sphera."

AduDu terdiam. Apa yang dikatakan EjoJo itu benar.

"Aku ... hanya mau jadi terkenal," sahut AduDu.

"Itu mudah, apalagi tanganmu itu sudah ... berdarah, AduDu," EjoJo menambahkan. "Kau sudah sama seperti aku."

Tidak ada jawaban balik yang terlontar dari AduDu. Ia hanya berdiam diri saja sembari membuka pintu ruangan dimana ia menyekap BoBoiBoy.

"Waktumu enam jam, terserah mau kau apakan dia asal jangan sampai mati."

"Aku hanya mau membalas tangan dan kakiku ini." EjoJo menunjuk pada tangan dan kakinya yang sebagian tersambung dengan tangan dan kaki prostetik.

AduDu tidak sempat berkata apa-apa ketika EjoJo melangkah masuk ke dalam ruangan dimana BoBoiBoy disekap dan menutup serta mengunci pintunya.

'Tunggu dulu,' batin AduDu sepeninggal EjoJo, 'Dia bilang mau membalas lengan dan kakinya? Artinya ... alamak. Habislah BoBoiBoy!"

Panik mulai melanda AduDu yang langsung berusaha membuka dan menggedor pintu yang berada dihadapannya.

"EjoJo! Buka! Jangan kau apa-apakan BoBoiBoy itu!" teriak AduDu. Fitur keamanan yang mencegah orang keluar atau masuk kedalam ruangan itu menjadi penghalang bagi dirinya sendiri.

Tidak ada jawaban dari balik pintu itu. Tanpa membuang waktu lagi AduDu langsung bergegas menuju anjungan utama kapal angkasanya. Ia merasakan firasat yang sangat buruk.

"Komputer!" seru AduDu setibanya di anjungan utama kapal angkasanya, "Tampilkan tayangan langsung dari ruang siksa. SEKARANG!"

"Baik boss!" Komputer yang mengenal nada panik dan darurat dari tuannya langsung memperlihatkan tayangan langsung dari ruang siksa yang dimaksud AduDu.

Namun layar monitor Komputer hanya terlihat hitam pekat.

"AAAHHHH! JANGAAAN!"

"AMPUN! EJOJO! HUAAAA!"

"Biar kau rasakan hidup menderita BoBoiBoy."

"Jangan ... aku mohon ... jangan ... JANGAAANN!"

"AAAAHHH! SAKIT! AMPUN!"

Begitulah suara teriakan menyayat hati BoBoiBoy bercampur dengan suara sinis EjoJo. Ditambah lagi dengan suara desingan benda asing yang tertangkap microphone dalam ruangan tempat BoBoiBoy disekap.

"Kameranya dirusak EjoJo, boss," sahut Komputer.

"Sial kau EjoJo," kutuk AduDu dengan tangan yang mengepal gemetaran. "Komputer, buka akses ke ruang siksa!"

"Kode kuncinya diretas EjoJo, boss."

"Reset kode keamanan ruangan itu. CEPAT!" teriak AduDu yang sudah semakin panik.

"Butuh waktu tigapuluh menit boss."

"Kerjakan saja, cepat!" ketus AduDu sebelum kembali bergegas menuju ruangan dimana BoBoiBoy disekap.

Segala kemungkinan terburuk langsung melintas dibayangan AduDu. Apalagi tadi ia mendengar keinginan EjoJo untuk membalas kekalahan dan kehilangan tangan dan kaki pada pertempuran terakhirnya dengan BoBoiBoy.

Sudah tidak ada lagi suara-suara jeritan yang terdengar dari balilk pintu ruang siksa. Samar-samar AduDu masih bisa mendengarkan erangan musuh lamanya dan suara tawa rivalnya.

Dan terbukalah pintu itu.

EjoJo sendiri yang membuka pintu itu. Alien kepala kotak itu menyeringai puas sementara hampir seluruh tubuhnya berlumuran cairan merah pekat berbau amis. "Sudah selesai ...," desis EjoJo disertai sebuah seringai bengis.

AduDu meneguk ludahnya. Dia sadar bahwa cairan merah pekat di sekujur tubuh EjoJo adalah darah BoBoiBoy.

Perlahan-lahan AduDu mengalihkan pandangannya ke arah bangku dimana ia mengikat BoBoiBoy. Benar saja dugannya. Lantai dimana bangku itu berada dipenuhi genangan darah.

Dan diatas bangku itu AduDu menemukan BoBoiBoy yang tengah menggelepar-gelepar dan terisak-isak menangis

BoBoiBoy bisa menggelepar karena kedua tangannya sudah terpotong dan tidak tersambung dengan lengannya. Kedua kakinya pun sudah terpotong dan tidak lagi tersambung dengan pinggulnya.

Seonggok bonggol daging yang masih meneteskan darah pada bagian sikut kini adalah ujung dari lengan BoBoiBoy. Demikian pula seonggok bonggol daging pada lutut kini menjadi ujung pinggulnya.

Adudu membatin, 'Astaga... Apa yang sudah kuperbuat? Aku tidak pernah berniat membuat musuhku menjadi seperti ini.'

"Hei!" ketus AduDu sambil menatap EjoJo tanpa berkedip. "Kenapa kau buat dia cacat permanen?!"

EjoJo hanya tertawa ringan saja. "Oh? Sepertinya aku kelewatan," ujarnya singkat sembari mengedikkan bahu, "Dia memang lemah tanpa powerbandnya."

"Jangan harap uang jaminanmu kembali, EjoJo," ancam AduDu, "Dia itu asetku yang paling berharga, tahu?!"

"Oh? Tak masalah bagiku kehilangan limapuluh juta. Dendamku terbalaskan," ujar EjoJo sembari berlalu meninggalkan ruang siksa dimana AduDu menyekap BoBoiBoy.

AduDu tidak memperdulikan EjoJo yang tengah berlalu kembali ke kapal angkasanya. Pikirannya kini terfokus pada musuh lamanya yang sudah kehilangan kedua tangan dan kakinya.

"BoBoiBoy?" panggil AduDu sembari melangkah mendekati musuh lamanya. Ia bisa melihat bahwa kedua pupil BoBoiBoy sudah tidak fokus dan warna kulitnya juga sudah memucat. Jelas sekali bahwa musuh lamamya itu berada di ambang batas kesadarannya karena kehilangan banyak darah akibat perlakuan EjoJo.

"PROBE!" teriak AduDu memanggil asistennya.

"Siap Incik ... Boss?" Kalau saja Probe itu manusia, ia sudah pasti akan meneguk ludah melihat keadaan BoBoiBoy akibat perbuatan EjoJo

"Siapkan laboratoriumku. Biar kutangani BoBoiBoy ini," perintah AduDu, "Komputer! Hancurkan EjoJo."

"Baik boss. Kapal angkasa EjoJo sudah terkunci," Komputer menjawab dari ruang anjungan utama melalui pengeras suara yang terermbunyi

"Tunggu apalagi? Tembak laser sekuat tenaga, lepas semua torpedo!"

Bahkan EjoJo yang sudah berada di kapal angkasanya tidak sempat bereaksi menghindar dari serangan kapal angkasa AduDu yang bertubi-tubi.

Nyaris tidak ada sisa dari kapal angkasa EjoJo yang didera sinar laser dan proyektil torpedo dari kapal angkasa AduDu yang sudah direnovasi total. Sebuah ledakan dahsyat menghancurkan sisa-sisa kepingan kapal angkasa EjoJo beserta pemiliknya.

"Adu ... Du," panggil BoBoiBoy dengan suara yang parau dan gemetaran. Ia hanya bisa menatap sendu kepada AduDu yang tengah membuka sabuk-sabuk yang mengikatnya satu-persatu.

"Diam," sahut AduDu sembari melepaskan BoBoiBoy dari sisa-sisa sabuk yang mengikatnya, "Pendarahanmu besar!"

Setelah melepaskan sisa-sisa sabuk yang mengikat BoBoiBoy pada bangku itu, AduDu langsung menggendong tubuh musuh lamanya yang terlihat sangat menyedihkan itu.

Pada saat itulah BoBoiBoy berbisik pelan kepada AduDu, "AduDu ... bubadibako ... Probe."

Bisikan musuh lamanya itu membuat ingatan AduDu kembali terkenang akan peristiwa bertahun lalu, dimana Probe hancur oleh robot PETAI EjoJo. Betapa pedihnya rasa kehilangan itu walaupun bagi ras alien kepala kotak.

Barulah AduDu sekarang menyadari apa yang sudah diperbuatnya. Dia telah menghancurkan hidup orang yang pernah menolongnya memperbaiki dan menghidupkan Probe kembali.

Bahkan kata-kata BoBoiBoy terasa langsung menusuk hati. Untuk pertama kali dalam hidupnya, AduDu tidak sanggup bertahan dengan pembawaan dirinya yang terlihat sadis dan kejam. Pertahanan mentalnya runtuhlah sudah.

"Ma-maaf BoBoiBoy," bisik AduDu. Segaris air mata penuh penyesalan mengalir dari sudut mata AduDu. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, ia berlari sekuat tenaga sembari menggendong tubuh BoBoiBoy menuju laboratorium yang telah disiapkan oleh Probe.

.

.

.

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top