3. Bisnis Menggiurkan
AduDu masih berdiri dengan tangan terlipat disebelah sebuah bangku dimana musuh lamanya, BoBoiBoy telah diikatnya. Sepotong kain berwarna hitam baru saja ia lilitkan disekeliling kepala musuh lamanya itu yang membutakannya.
"Lepas!" bentak BoBoiBoy sembari berusaha berontak dari bangku dimana ia terikat kuat, "Lepaskan aku!"
AduDu diam saja. Ia hanya memperhatikan gerak-gerik BoBoiBoy yang semakin gelisah setelah AduDu membutakan pengelihatannya.
Belum pernah AduDu melihat musuh lamanya itu seperti sekarang ini. Tubuhnya yang tidak terlindung baju itu terlihat jelas gemetaran, belum lagi bibirnya yang sedikit terbuka dan juga gemetaran.
"Kenapa BoBoiBoy?" AduDu akhirnya berbicara dengan sedikit mendekatkan kepalanya pada telinga musuh lamanya itu. "Terbaik? Atau terbalik?"
"Ma-mau apa kau? Lepaskan aku, AduDu. Kuasaku sudah kau hilangkan," gumam BoBoiBoy dengan suara yang gemetar ditengah kebutannya. "Aku ... sudah kalah."
"Begitu saja? Mana semangat pantang menyerah Halilintar-mu yang legendaris itu?"
"Kau ... kejam!"
AduDu terkekeh saja mendengar musuh lamanya itu meracau. "Oh pernahkah kau berpikir seperti itu ketika Petir dan Halilintar-mu menyetrumku? Ketika Tanah atau Gempa menghajarku? Pasti tidak."
BoBoiBoy menjadi semakin gelisah. Sekarang ia tahu alasan sebenarnya mengapa AduDu menculiknya. Bukan untuk dijadikan sandera, bukan juga untuk diinterogasi. Balas dendam, itulah yang diinginkan musuh lama BoBoiBoy.
"Sekarang nikmatilah pelayananku, BoBoiBoy." AduDu menarik sebuah pipa dari langit-langit diatas bangku tempat ia mengikat BoBoiBoy. Sebuah keran yang terpasang di pipa itu sedikit dibukanya dan mulailah titik-titik air jatuh menetes tepat diatas dahi BoBoiBoy.
"Hua!" BoBoiBoy memekik kaget ketika tetesan air yang dingin terasa mendarat pada dahinya. Kemudian datanglah tetesan kedua yang berjeda cukup lama. Lalu tetesan ketiga dan seterusnya
"Menjeritlah sepuasmu kalau kau mau, BoBoiBoy. Kujamin kau tak akan bisa memejamkan matamu barang semenitpun!" tawa AduDu yang membahana itu terdengar berangsur melembut. Tanpa melihat pun BoBoiBoy tahu bahwa dirinya telah ditinggal seorang diri.
BoBoiBoy tidak bisa melihat karena matanya yang ditutup. Dia menggigil kedinginan karena tubuhnya mulai basah oleh tetesan air dan hanya tinggal celana panjangnya saja yang masih melekat di badannya. Belum lagi ia tidak bisa bergerak karena terikat kuat pada bangku rebah yang digunakan AduDu untuk mengikat dirinya
Untuk pertama kalinya BoBoiBoy merasa ketakutan sejak ia menerima powerband dari Ochobot karena tidak mengetahui akan seperti apa nasibnya. Dibalik kain yang membutakan matanya, BoBoiBoy memejamkan matanya erat-erat sementara bibirnya mulai bergerak-gerak mengucapkan doa dan memohon keselamatan.
AduDu yang baru saja keluar dari ruangan dimana ia menyekap BoBoiBoy langsung disambut oleh asisten setianya, Probe.
"Bagaimana BoBoiBoy, Incik Boss? Sudah sadarkah?" tanya Probe yang melayang mengikuti tuannya yang tengah berjalan melintasi koridor kapal angkasanya.
"Sudah," jawab AduDu singkat.
"Tak mengamuk kah dia?"
"Mengamuk?" tanya AduDu sebelum alien kepala kotak itu tertawa terbahak-bahak, "Coba saja dia mengamuk. Aku justru mau lihat seperti apa dia mengamuk ...."
"Alamak, nanti dia jadi Halilintar lagi bagaimana?" keluh Probe dengan nada suara yang terdengar khawatir.
AduDu memasukkan tangannya kedalam saku celananya dan menarik sebuah powerband berwarna oranye yang sudah hancur. "Dia tidak akan bisa, Probe."
"Sayang sekali, padahal bisa Incik Boss pakai-"
"Lalu aku akan dikejar seluruh anggota TAPOPS?" ketus AduDu memotong ujaran asistennya itu, "Powerband BoBoiBoy pasti akan dilacak oleh Ochobot. Aku yakin semua kawan BoBoiBoy sekarang sedang panik karena sinyal powerbandnya mendadak lenyap."
"Akan Incik Boss apakan BoBoiBoy itu? Sama saja Incik Boss harus memberi makan satu mulut lagi, kan?"
"Tenang saja Probe. Biarkan saja dia saat ini di ruangan itu. Biar dia meratapi nasibnya dulu." Dari nada bicaranya jelas sekali AduDu tidak ada niatan untuk buru-buru membereskan musuh lamanya itu.
"Bagaimana dengan MotoBot?" Adudu kini bertanya pada asisten setianya itu.
"Masih dikekang Incik Boss." jawab Probe.
"Bagus, mulai serap tenaga dan kuasanya," AduDu memenengok kearah dinding-dinding kapal angkasanya, "Sudah saatnya kita renovasi kapal ini."
Langkah AduDu terhenti didepan sebuah pintu yang terletak di koridor yang sedang dilintasinya. "Nah ada yang harus kukerjakan. Kuperintahkan kau untuk tidak masuk kedalam ruangan tempat BoBoiBoy itu aku sekap. Mengerti?"
"Siap Incik Boss!" Probe berseru sembari memberikan hormat kepada ruannya yang tengah masuk kedalam kamar pribadinya.
Setibanya didalam kamar pribadinya, AduDu langsung menghempaskan diri keatas sebuah bangku putar yang berukuran jauh lebih besar daripada dirinya.
Dari atas bangku itu AduDu memperhatikan sebuah layar LCD yang memperlihatkan tayangan langsung dari kamera didalam kamar dimana ia menyekap BoBoiBoy.
Walaupun tanpa suara, AduDu bisa menebak bahwa musuh lamanya itu tengah meronta sejadi-jadinya. Antara berontak untuk lepas dari ikatan sabuk pada badannya atau berusaha membuat dirinya pingsan
"Percuma saja BoBoiBoy," gumam AduDu seorang diri dan mengambil sebuah screen capture dari tayangan langsung yang tengah dilihatnya.
"Kau tak akan bisa lepas," lanjut AduDu sembari mematikan tayangan langsung yang berasal dari ruangan dimana ia menyekap BoBoiBoy.
Masih dengan raut wajah yang terlihat sangat puas namun rileks, AduDu membuka jalur komunikasi langsung dengan salah seorang rivalnya.
"Mau apa lagi kau AduDu?" Sosok seorang alien kepala kotak yang berbadan tinggi, langsing dan mengenakan implant robot pada lengannya nampak di layar komunikasi AduDu. Sebuah warpaint merah menggaris wajah alien itu.
"Begitukah caramu menyapa orang yang meloloskanmu dari penjara TAPOPS, EjoJo?" tanya AduDu dengan senyuman sinis sembari bertopang dagu.
Alien kepala kotak yang disebut AduDu mendecih ketus. "Kau kubayar untuk membantuku lolos dari tempat itu. Tidak ada hutang apapun diantara kita. Kalau tidak ada yang penting lebih baik kumatikan komunikasi."
"Lihat ini." AduDu mengirimkan sebuah file gambar screen capture pada EjoJo.
EjoJo yang menerima file gambar itu langsung memutar bola matanya keatas. "Sejak kapan kau jadi pedofil, AduDu, dengan manusia bumi pula."
"Ish!" AduDu mendecih kesal disebut pedofil oleh rivalnya. "Perbesar gambar itu, lihat kepalanya, lihat wajahnya, lihat rambutnya ... kau tahu siapa bocah itu?"
Sontak EjoJo tercengang ketika ia melakukkan apa yang disuruh AduDu. "Kau ... berhasil? Itu BoBoiBoy?"
AduDu mengangguk puas. "Ya. Itu BoBoiBoy. Sayang powerband-nya hancur." dengan sengaja AduDu tidak menyebutkan secara detail bagaimana terjadinya, "Tanpa Kuasa Elemental, dia tidak bisa apa-apa."
"Begitu ya ...." Kali ini EjoJo ikutan menyeringai, "Apa rencanamu untuknya?"
"Belum ada. Bocah itu masih meracau memanggil nama semua teman-temannya."
"Oooh ... kasihan sekali ya?" ledek EjoJo dengan sarkastik sementara senyumannya semakin lebar.
Sejenak EjoJo melirik pada anggota tubuhnya yang sudah digantikan dengan implan robot dan sebuah ingatan lamanya terputar kembali dalam otaknya, "Apa sebaiknya kutemani dia? Kuberi kau sepuluh juta. Biarkan aku menemani dia untuk sehari saja."
AduDu terdiam sembari memikirkan penawaran EjoJo yang menggiurkan. Praktis AduDu tidak perlu berbuat apa-apa untuk mendapatkan uang kali ini. "Baiklah, dengan jaminan empatpuluh juta, kalau-kalau dia tidak selamat setelah bermain denganmu."
"Oke, dengan catatan aku bebas berbuat apa saja kecuali membunuhnya."
"Deal, EjoJo ...."
"Senang berbisnis denganmu, AduDu."
.
.
.
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top