Dua Belas: Janji Temu
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, begitu Zadeline memilih benang sulam, Natasya pun diam-diam kabur dari kios. Lebih tepatnya, menjadikan Zadeline tameng agar Natasya bisa menyelinap pergi untuk menemui seseorang yang sudah berjanji dengannya.
Sebelum berlalu, Natasya sempat menoleh ke belakang. Menatap Zadeline yang tengah memberikannya kode melalui kerlingan mata agar cepat pergi dari sana. Natasya mengangguk, lalu meneruskan langkahnya menuju ke ujung jalan.
Sesungguhnya Natasya benar-benar tidak tahu ke mana ia harus menemui seseorang itu. Meski Pearly memang telah berjanji untuk bertemu seseorang, tetapi saat ini yang tengah berada di tubuh perempuan itu adalah Natasya. Jelas-jelas Natasya tidak tahu apa-apa. Lalu sekarang, ia malah harus melanjutkan sesuatu yang sudah Pearly mulai.
Seolah sudah terprogram, secara otomatis Natasya melangkah begitu saja ke ujung jalan. Kios-kios para pedagang kini sudah berada di belakang perempuan itu. Natasya benar-benar melangkah tanpa tahu ke mana tubuh Pearly akan menuntunnya.
Suara riuh dari kegiatan tawar-menawar kini sudah tidak terdengar lagi di telinga Natasya. Gantinya, suara desau angin dan dedaunan yang bergoyang yang menemani setiap langkah yang Natasya ambil. Natasya melirik kiri-kanan dengan tatapan waspada, tetapi hanya pepohonan yang ia lihat.
Meski tidak melihat satu orang pun manusia yang berpapasan dengannya di sepanjang jalan, hal tersebut tidak lantas membuat Natasya menjadi tenang. Ketakutan akan bayang-bayang mimpi yang pernah mendatanginya kini Natasya rasakan.
Rasa sakit akibat tertusuk pedang itu masih Natasya rasakan. Seolah baru kemarin dada kiri Natasya berdarah-darah akibat pedang yang menembus tubuhnya. Natasya mengembuskan napas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Dengan begitu, ia berharap sedikit lebih tenang berjalan sendirian membelah pepohonan.
Langkah kaki Natasya seketika terhenti saat sebuah hamparan bunga membentang di depan matanya. Yang membuat Natasya tercengang tidak percaya adalah, hamparan bunga tersebut sama persis dengan apa yang ada di dalam mimpinya kemarin.
Masih segar di ingatan Natasya saat ia bermimpi berada di sebuah hamparan bunga. Melangkah perlahan mendekati bunga-bunga yang tumbuh di sana, jantung Natasya serasa berhenti berdetak.
Dengan tangan yang gemetar, Natasya menyentuh bunga tersebut. Kelopak bunga tersebut berwarna putih bersih dengan sedikit corak berwarna ungu yang memanjang. Saat natasya memetik bunga tersebut, kelopaknya langsung berterbangan bersapa dengan embusan angin. Hal tersebut sama persis dengan mimpi Natasya.
Isi kepala Natasya tiba-tiba saja terasa kosong. Tidak dapat berpikir apa-apa, seolah daya kerja otaknya terhenti untuk beberapa saat. Natasya melangkah semakin ke area dalam hamparan bunga tersebut. Merasakan sinar matahari yang seolah sengaja mengikuti setiap langkahnya.
Entah dorongan dari mana, tiba-tiba saja Natasya merasa begitu lelah hingga kini ia merebahkan tubuhnya di tengah-tengah hamparan bunga. Natasya memejamkan mata, mencoba mengingat kembali rangkaian kejadian yang ia alami di dalam mimpi.
Saat tengah konsentrasi memanggil ulang ingatannya, indera pendengaran Natasya mendengar suara gemerisik dedaunan yang bersentuhan dengan sesuatu. Disusul dengan suara derap langkah yang membelah hamparan bunga.
Natasya tidak bisa menghentikan debaran jantungnya yang memacu begitu cepat. Ia ingin membuka mata untuk tahu siapa orang yang tengah melangkah mendekatinya. Namun di satu sisi juga, Natasya merasa takut untuk membuka mata dan mencari tahu. Mimpi tentang dirinya yang tertusuk dan berdarah-darah membuat Natasya sedikit mengalami trauma.
Natasya sudah pasrah jika mimpi buruk tersebut akan terjadi di saat ini. Namun tidak adanya lagi tanda-tanda pergerakan di dekat Natasya, membuat perempuan itu dilanda kebingungan. Tanpa mengurangi tingkat kewaspadaan, perlahan-lahan Natasya membuka mata. Sinar matahari di atas sana sedikit menyilaukan penglihatan Natasya.
Menghalau sinar matahari dengan telapak tangannya, Natasya menyadari bahwa ia benar-benar tidak sendiri di sana. Dari celah jemari, Natasya menangkap siluet seseorang yang berdiri tepat di hadapannya.
Natasya tersentak dan lekas bangun dari posisinya. Berdiri berhadapan dengan seseorang yang menatapnya dengan senyum di wajah. Pupil Natasya melebar begitu menyadari siapa lelaki yang kini tertangkap indera penglihatannya itu.
"Antonio?" ucap Natasya tak percaya.
Sosok Antonio yang Natasya lihat di dalam mimpi, sama persis dengan lelaki yang kini berada di hadapannya. Antonio tersenyum lebar. Tidak kalah cerah dari matahari di atas sana, saat melihat Natasya.
"Pearly, apa kau sudah lama menungguku?" tanya Antonio dengan suaranya yang serak dan dalam.
Tenggorokan Natasya tiba-tiba tercekat. Masih tidak percaya dengan sosok Antonio yang menjulang tinggi di hadapannya. Mata biru Antonio seolah memenjarakan Natasya dalam sekali pandang. Rambut pirang lelaki itu semakin mengkilat di bawah terpaan cahaya matahari.
"Pearly? Ada apa? Apa kau sakit?" tanya Antonio. Merasa khawatir karena Natasya hanya terdiam sembari menatapnya.
Tangan Antonio secara perlahan menyentuh lengan Natasya. Sentuhan selembut bulu itu memberikan sengatan di sekujur tubuh Natasya hingga membuatnya tersentak. Antonio menatap Natasya bingung.
"Ada apa? Kenapa kau sangat terkejut seperti itu? Apa kau sedang kurang enak badan?" Antonio kembali mengajukan pertanyaan serupa kepada Natasya.
Natasya mundur selangkah, lalu menggeleng. Dipaksakan seutas senyuman di wajah Natasya karena tidak ingin membuat Antonio merasa tidak enak hati.
"Tidak. Aku baik-baik saja," jawab Natasya pelan.
Antonio menghela napas lega. Lelaki itu lalu menarik kembali tangannya yang masih berada di lengan Natasya. Sentuhan yang berakhir itu menyisakan jejak hangat di lengan Natasya yang terbungkus kain.
"Syukurlah. Aku sangat khawatir kalau kau sedang tidak enak badan," sahut Antonio.
Natasya masih berusaha mempertahankan senyumnya. Bagaimanapun, ia ingin bersikap sopan di hadapan Antonio. Lelaki rupawan yang menemui Natasya di dalam mimpi, sebelum akhirnya benar-benar bersapa di kenyataan.
"Apa kau sudah lama menungguku?"
Antonio kembali mengulang pertanyaan yang belum dijawab Natasya. Natasya menatap lurus mata Antonio, lalu menggeleng pelan.
"Tidak. Aku juga baru tiba di sini. Lalu tidak lama kemudian, kau pun datang," balas Natasya.
Antonio mengangguk singkat. "Aku kira aku terlalu lama membuatmu menunggu di sini."
"Tidak," jawab Natasya cepat, "kau tidak membuatku menunggu."
"Syukurlah kalau begitu." Ada sebuah kelegaan dari nada bicara Antonio saat mengatakannya.
Antonio melirik Natasya yang tidak disangka ternyata juga tengah menatapnya. Kedapatan tengah mencuri pandang diam-diam, membuat Antonio jadi salah tingkah. Dapat Natasya lihat wajah Antonio yang tersipu, meski sekali lewat. Lelaki itu kini menatap sekeliling, menghindari langsung tatapan Natasya.
Natasya berdeham pelan, menutupi kecanggungan yang terjadi begitu saja. Diliriknya Antonio yang masih pura-pura memandangi hamparan bunga di dekat mereka. Padahal Natasya jelas tahu, lelaki itu masih mencuri pandang ke arahnya.
"Lalu, apa yang ingin kau bicarakan hingga membuat janji untuk bertemu denganku di sini?" tanya Natasya to the point.
Ekspresi malu-malu di wajah Antonio kini telah hilang, tergantikan dengan raut serius yang membuat Natasya terpesona dalam hitungan detik. Semula, Antonio terlihat seperti remaja yang baru mengenal perempuan, tetapi kini kesan dewasa terlihat begitu jelas di wajahnya.
Bagaimana bisa seseorang dapat berubah sedrastis itu dalam hitungan detik? Natasya bingung sekaligus terkesima.
"Aku hanya ingin mengajakmu menghirup udara luar. Aku dengar dari Xanerza, kau dilarang berada terlalu lama di luar tanpa pendamping. Karena itulah, aku ingin mengajakmu bertemu agar kau tidak terlalu tertekan di rumah," tutur Antonio.
Natasya menyipitkan matanya. Benar-benar bingung dengan apa yang sebenarnya telah Pearly lakukan.
"Kemarin aku pergi keluar kok," sahut Natasya. Teringat bahwa ia dimarahi oleh Seruzen di hari pertama perempuan itu berada di negeri antah berantah ini.
"Kau seharusnya tidak melakukan itu, Pearly," ucap Antonio. Terdengar tidak menyukai apa yang baru saja Natasya katakan.
"Mengapa begitu? Kenapa aku dilarang pergi ke luar tanpa pendamping? Apa perempuan di sini dilarang untuk pergi ke mana pun yang ia mau?" cetus Natasya, sedikit kesal.
"Bukan begitu Pearly," Antonio mendesah pelan, lalu melanjutkan, "apa kau lupa apa yang membuatmu dilarang pergi ke luar seperti itu?"
Natasya menggeleng karena ia benar-benar tidak tahu. "Aku tidak tahu."
Antonio terlihat begitu frustrasi. Lelaki itu kembali mengembuskan napasnya.
"Kau hampir kehilangan nyawamu, Pearly. Segerombolan bandit hendak melukaimu karena kau terlalu lama berada di luar. Ayahmu tentu khawatir akan keselamatanmu. Meski kau pandai berkuda dan menggunakan pedang sekalipun, ayahmu tidak ingin kau kenapa-napa. Karena itulah, kau dilarang berada di luar tanpa pendamping," jelas Antonio.
Pupil Natasya melebar. Tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Antonio. Pearly hampir kehilangan nyawanya? Jadi ini alasan di balik sikap Seruzen yang begitu protektif terhadapnya?
"Kenapa para bandit itu hendak melukaiku? Aku rasa, alasan terlalu lama berada di luar sangat tidak masuk akal hingga membuat para bandit itu menyerangku."
Natasya berusaha mengorek lebih banyak tentang kejadian tersebut. Juga ingin tahu seperti apa sosok Pearly di dunia antah berantah ini. Berkuda? Menggunakan pedang? Mendengarnya saja membuat bulu kuduk Natasya meremang.
Jangankan berkuda, melihat kuda secara langsung saja Natasya belum pernah. Lalu tadi, apa yang dikatakan Antonio? Ia pintar berkuda dan menggunakan pedang? Sepertinya, Pearly benar-benar perempuan yang tangguh. Berbeda jauh dengan hidup yang Natasya jalani selama ini.
"Mengenai hal itu, aku dan Xanerza masih mencari tahu. Karena itulah, bahkan untuk menemuimu pun aku harus diam-diam seperti ini. Kalau aku tidak membuat janji terlebih dahulu, mungkin kita tidak akan bertemu hari ini," tutur Antonio.
Natasya terdiam, mencerna setiap kalimat yang keluar dari bibir Antonio. Satu pertanyaan Natasya setidaknya telah terjawab. Seseorang yang telah membuat janji temu dengan Pearly hari ini adalah Antonio.
***
Natasya sama Pearly ini kepribadiannya bertolak belakang banget kayaknya. KIra-kira Natasya bakalan bertahan nggak, ya, hidup sebagai Pearly?
Jangan lupa buat ikutin terus Bring Me Back! biar tahu kelanjutan kisahnya Natasya.
xoxo
Winda Zizty
16 September 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top