-22-

Malem banget gak? Hehe
But here it goes~

Selamat membaca, dan jangan lupa beri apresiasi yaa

Kiss kiss~

Siang ini, Taehyung kembali ke rumah untuk mengambil beberapa barang pribadinya. Sudah beberapa minggu ia tinggal bersama Hanbyul di rumah saudarinya itu. Meninggalkan rumah besar yang terlalu sunyi baginya.

Orangtuanya sudah kembali berdinas di Jepang setelah acara pertunangan Hanbyul dua minggu lalu, sementara Seokjin lebih sering berada di rumah sakit. Dan Taehyung tidak mau sendirian di rumah.

Maka dari itu, setelah melalui pembicaraan singkat bersama kembarannya, akhirnya Taehyung memutuskan untuk tinggal bersama Hanbyul di rumahnya beberapa hari setelah pesta pertunangan. Setidaknya sampai kedua orangtuanya kembali atau Seokjin pulang ke rumah ini bersama istrinya.

"Jja! Semuanya sudah siap!" Taehyung menepuk tasnya, kemudian menggendong benda itu menuju garasi dengan plushie beruang di tangannya.

Mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah yang sudah kosong itu. Hanya ada penjaga kebun dan Bibi Choi yang akan mengurus rumah itu agar tetap terawat.

Sesampainya di dalam lift, Taehyung segera menempelkan ponselnya pada alat pendeteksi hingga tombol angka delapan menyala. Hanbyul sudah memberikan kode akses padanya agar Taehyung bisa langsung pergi ke lantai delapan.

Senyum kotaknya terkembang kala Taehyung berhasil membuka pintu rumah Hanbyul tanpa melupakan pin yang sudah diberikan. Pria itu segera meletakkan kopernya ke dalam sebuah kamar yang sudah disiapkan Hanbyul untuknya.

"Ahh, nyaman sekali," ujar Taehyung setelah mendaratkan tubuhnya di atas kasur. Memejamkan matanya sebentar sambil menghirup aroma menenangkan dari pengharum ruangan.

Hanbyul belum kembali dari kantornya, ada persiapan untuk acara besar yang membuatnya harus pulang malam selama beberapa hari ini. Ah, jika membahas tentang Hanbyul, Taehyung sebenarnya ingin menanyakan banyak hal pada wanita itu.

Tapi entah mengapa, Taehyung selalu merasa ada dinding pembatas yang tak pernah bisa dihancurkannya. Terlalu tinggi dan sulit dijangkau. Meskipun Hanbyul tidak menunjukkannya, tapi Taehyung bisa jelas merasakannya. Ada sesuatu pada saudarinya yang tidak ingin diketahui siapapun.

Hanbyul remaja merupakan sosok gadis cantik yang banyak dikagumi. Meskipun pernah menjadi gadis bengal, namun Hanbyul remaja masih tahu batasannya. Ia juga tak segan untuk membantu orang-orang di sekitarnya. Orang-orang selalu berkata jika Hanbyul hanya mencari masalah saat membutuhkan perhatian dari kedua orangtuanya yang sibuk bekerja. Namun, Hanbyul sendiri selalu bilang—

"Aku tidak akan melakukan apapun jika mereka tidak memulainya. Aku hanya melakukan apa yang kurasa perlu kulakukan."

"Kau selalu seperti itu, Kim Hanbyul! Tidak bisakah kau berlaku sedikit lebih baik?"

"Apa hak Appa memintaku berlaku lebih baik saat Appa sendiri tidak bisa melakukannya?"

PLAK!

Satu tamparan keras mendarat di wajahnya. Taehyung hanya bisa diam dan merapatkan kedua bibirnya dalam persembunyian. Ia memang sudah sering dipukul Ayah karena kesalahannya, tapi malam ini, untuk pertama kalinya Taehyung melihat Ayahnya menampar Hanbyul.

Hal yang tidak pernah disangka siapapun yang mengenal mereka.

Masalahnya? Hanbyul—yang baru sebulan kembali dari Daegu—terlibat sebuah perkelahian di sebuah Bar. Taehyung sendiri tidak tahu bagaimana Hanbyul bisa masuk ke tempat itu hingga menyebabkannya berada dalam masalah dan ditahan oleh pihak kepolisian.

Taehyung menyelinap ke dalam kamar Hanbyul saat malam sudah larut. Mengambil kotak obat dari dapur untuk mengobati Hanbyul. Tadi Taehyung sempat melihat sepercik darah di sudut bibir gadis itu.

Namun Taehyung benar-benar terkejut saat tidak mendapati Hanbyul di dalam kamarnya. Bahkan ia tidak menemukan Hanbyul di seluruh penjuru rumah. Ia ingin membangunkan Seokjin, meminta kakak lelakinya itu untuk membantu Taehyung mencari Hanbyul. Tapi tidak tega saat melihat kakaknya yang tertidur pulas karena kelalahan.

Dan hanya ada satu tempat lagi yang harus dilihatnya. Satu-satunya tempat yang Taehyung yakini jika Hanbyul sedang disana.

Yap! Setelah bersusah payah memanjat, akhirnya Taehyung bisa menemukan Hanbyul yang tengah menatap langit dengan pandangan kosong.

"Kenapa kau selalu pergi ke tempat ini, Byul?" ujarnya sambil susah payah menyejajarkan duduknya dengan si saudari, mencari pegangan agar tidak terjatuh seperti saat pertama kali mencoba memanjat atap.

"Aku hanya mencari pembelaan, dan mengatakan hal yang sebenarnya di tempat ini." Ucap Hanbyul dengan kedua mata yang masih sembab. Taehyung tahu, Hanbyul masih menahan tangisnya. Rasanya tidak tega melihat Hanbyul seperti ini. Ingin memeluknya kemudian memberi ketenangan, namun Taehyung sendiri belum bias menyeimbangkan dirinya dengan baik. Ia takut jika mencoba memeluk, keduanya akan sama-sama terjatuh.

"Dengan siapa kau mengadukan semua itu? Tuhan? Aku bahkan tidak pernah melihatmu pergi ke tempat ibadah selain hari-hari besar," ucap Taehyung bergurau. Mencoba menghibur si adik yang sepertinya benar-benar sedang tidak baik.

"Halmeoni." Jawaban Hanbyul sukses membuat Taehyung bungkam. Niat bercanca untuk menghibur sirna seketika. Nenek adalah sosok yang sangat berharga untuknya, bahkan bisa dibilang jika kedekatan dengan sang Nenek melebihi kedekatan si kembar dengan orangtuanya sendiri. "Hanya Halmeoni yang mau mendengar dan percaya padaku."

Ya, Taehyung sangat paham bagaimana Hanbyul sangat menyayangi Nenek. Begitupun sebaliknya. Sebagai satu-satunya cucu perempuan di keluarga Kim, Nenek sangat menyayangi Hanbyul.

Kematian Neneknya sebulan lalu—yang membuatnya kembali ke Seoul, sepertinya membawa perubahan besar pada Hanbyul. Dia memang tidak sebengal dulu setelah kembali dari Daegu, namun ada hal lain yang membuat Hanbyul seolah tertekan dengan keadaan dan mengikis rasa simpatinya. Bahkan terhadap Taehyung.

Dan satu lagi hal yang kini sedang dipikirkan Taehyung. Mengenai Sora. Kenapa Taehyung selalu merasa waspada dan curiga pada wanita itu? Ia terlalu dekat dengan Kakek Kim, dan kemarin, tiba-tiba Hanbyul mengakuinya sebagai teman. Padahal seingatnya dulu, Jungkook pernah berkata jika Hanbyul terlihat tidak senang saat Sora menemuinya di rumah sakit. Siapa wanita itu sebenarnya?

Hanbyul tiba di rumah saat langit sudah menggelap. Awal musim dingin tahun ini sudah mengharuskannya memakai mantel tebal dan syal yang melilit lehernya. Taehyung yang sedang bermain game di ponselnya segera menyambut wanita itu dengan senyum yang terkembang.

"Kau sudah makan?" Hanbyul melepas mantel dan syalnya, kemudian menggantung benda itu ke dalam lemari.

"Belum, aku menunggumu."

"Apa yang ingin kau makan malam ini?" tanya Hanbyul sambil menengok isi kulkasnya. Ada beberapa bahan yang bisa dimasak, namun tidak begitu banyak.

"Kau akan memasak sesuatu?" kedua alis Taehyung bertaut saat Hanbyul mengiyakan pertanyaannya. Bahkan Hanbyul baru saja kembali dari bekerja, tidakkah wanita ini lelah?

"Bagaimana jika kita makan di luar? Aku akan mentraktirmu karena sudah memberiku izin untuk tinggal disini." Taehyung berdiri, menghapiri Hanbyul yang masih diam di depan kulkas dengan tatapan 'apa aku tidak salah dengar?'. "Ayolah, Byul. Aku tahu kau bisa memasak selezat Seokjin hyung, tapi tidakkah kau lelah? Kau sudah bekerja seharian. Jadi lebih baik kita makan diluar."

Hanbyul hanya menurut saat Taehyung membawanya pergi ke sebuah restoran ayam. Memesan beberapa boks ayam goreng dengan berbagai rasa, ditambah Cola sebagai pendampingnya.

Tidak butuh waktu banyak untuk menghabiskan semua itu. Bahkan Taehyung sudah memesan satu boks lagi untuk dibawa pulang.

"Hanya untuk berjaga-jaga jika nanti malam aku kelaparan. Hehehe." Itulah jawaban Taehyung beserta cengiran lebar yang diberikan pada Hanbyul saat wanita itu menanyainya 'untuk apa lagi?'.

Kedua mata Hanbyul menyipit saat melihat sebuah mobil yang tak asing berada di tempat parkir gedungnya. Hanbyul mendekat untuk memastikan jika ia tidak salah. Dan tebakan Hanbyul memang benar. Pemilik mobil itu tengah menunggu di luar pintu lift dengan wajah tergesa.

"Jeon Jungkook?" Kim Taehyung terlihat begitu antusias saat menghampiri pria itu. Bahkan ia berlari untuk menghampiri Jungkook dan meninggalkan Hanbyul di belakng, "Apakah kau akan berkunjung?"

"Ah, maafkan aku. Sebenarnya aku akan pergi ke kantor Yoongi hyung untuk mengambil beberapa barangnya." Jungkook tersenyum kala mendapati Hanbyul yang mendekat ke arah mereka. "Hai, Byul!"

"Hai," Hanbyul mendekat, memeluk tunangannya sebentar, "Mau kutemani?"

"Baiklah, baiklah. Kalian pergi berdua saja. Aku akan duluan," ujar Taehyung lalu melangkah masuk ke dalam lift dan meninggalkan mereka berdua.

"Hey, Byul. Bolehkah aku memelukmu?" Tanya Jungkook dengan kedua mata sendu. Kelelahan tergambar jelas pada wajahnya. Sepertinya Jungkook sedang dalam kondisi yang kurang baik.

"Tentu saja." Jawab Hanbyul dengan tangan terentang. Tidak perlu menunggu lama, Jungkook segera mendekat, mendekap erat tubuh wanitanya dengan wajah yang tenggelam pada perpotongan leher. Menenggelamkan semua kegelisahan di sana.

"Ada apa, Kook?" tanya Hanbyul khawatir. Hanbyul menyadari sesuatu yang tidak beres pada Jungkook saat pria itu mengeratkan pelukannya.

"Maafkan aku karena beberapa hari ini tidak bisa menemuimu, Byul." Jungkook melepas pelukannya, kemudian menatap Hanbyul, begitu dalam. "Yoongi hyung sedang tidak baik-baik saja, aku harus merawatnya."

Tidak mendapat jawaban apapun, Jungkook justru merasakan elusan lembut di kepala dan bahunya. Hanbyul memang tidak memberikan kata-kata, namun tindakan yang diberikan wanita itu cukup membuatnya tenang.

"Tidak apa-apa, Kook. Aku memahamimu," tangan Hanbyul terulur, menyentuh wajah Jungkook saat pria itu menarik diri dan menatapnya. "Kau hanya perlu tahu jika aku disini, dan jangan segan meminta bantuanku."

"Terimakasih, Byul. Aku memang tidak salah jatuh hati padamu."

*****

Siang ini, setelah menyelesaikan jam kunjungan pasien, Taehyung pergi ke kaetaria. Ia yakin jika Hanbyul sudah menunggunya di tempat itu. Sudah dua hari ini Hanbyul menghabiskan jam makan siang di kafetaria. Alasannya? Teman makan siangnya—Joshua Hong, sedang berada di Paris untuk menghadiri Paris Fashion Week, dan besok Hanbyul baru menyusulnya.

Jeon Jungkook, tunangan Hanbyul itu sedang berada di Daegu untuk mengantar sepupunya—Min Yoongi. Sepertinya ada hal mendesak yang membuat mereka pergi mendadak dua hari lalu saat terakhir Taehyung bertemu dengannya. Entahlah, Taehyung belum bias ikut campur sejauh itu.

Setelah meletakkan jas dan stetoskop di ruangannya, Taehyung pergi ke ruangan Jimin. Mereka sudah berencana untuk makan siang bersama. Namun pria Kim itu dikejutkan dengan suara tangis yang berasal dari ruangan Jimin. Suara seorang perempuan. Dan Taehyung sangat mengenali siapa pemilik tangis itu.

Benar. Setelah masuk ke dalam ruangan Jimin, Taehyung menemukan seorang wanita yang tengah duduk di hadapan Jimin. Menangis tergugu dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya.

Menyadari presensi Taehyung, Jimin menyuruh pria itu untuk untuk keluar dengan menggerakkan sebelah tangannya. Taehyung menurut, ia keluar dari ruangan Jimin. Beberapa detik kemudian, ia menerima sebuah pesan dari Jimin.

'Aku akan menyusulmu sebentar lagi, Tae'

Baiklah, mungkin Jimin sedang melakukan tugasnya sebagai 'teman yang baik'. Sepertinya Taehyung memang harus pergi duluan, selain itu, perutnya juga sudah meronta dna ia tidak mau membuat Hanbyul menunggu lama.

Hanbyul sudah berada di kafetaria bersama seorang wanita dan seorang pria lain saat Taehyung tiba. Sora dan Namjoon. Taehyung tahu jika Hanbyul memang dekat dengan Namjoon, namun melihat kedekatan Hanbyul dan Sora, rasanya sedikit aneh.

"Taehyung-ah, wasseo!" Taehyung tersenyum kala Hanbyul menyapanya, "Dimana Jimin?" tanya Hanbyul karena tidak mendapati presensi dokter Park bersama Taehyung.

"Jimin sedang membantu seseorang di ruangannya." Taehyung menempatkan dirinya di sebelah Namjoon, di hadapan Hanbyul.

"Dokter Kang?" Namjoon berujar, mengangkat sebelah alisnya saat bertanya.

"Ne, bagaimana bisa hyung mengetahuinya?"

"Tadi dokter Kang menghampiri Jimin setelah kami menyelesaikan operasi. Hanya perasaanku saja, tapi aku melihatnya seperti hendak menangis," jelas Namjoon.

Setelah Jimin datang, Taehyung segera mewawancarainya. Menanyakan apa yang terjadi pada Hana, dan mengapa wanita itu tidak ikut kemari. Tentu saja Hana tidak ikut kemari, ia tidak mau orang-orang membicarakan mata sembab dan wajahnya yang mengembang. Dan untuk pertanyaan pertama, Jimin hanya bilang,

"Ada masalah dengan kekasihnya," ujarnya sebelum meneguk air dari botol, "Baru kali ini aku mendapati Hana bertengkar hebat dengan Yoongi hyung. Padahal biasanya aku melihat mereka akur-akur saja. Yoongi hyung cenderung terlihat sangat menyayangi Hana, dan selalu mengalah."

"Ah, begitu rupanya. Wajar sih dalam sebuah hubungan jika ada suatu permasalahan, aku yakin mereka akan baik-baik saja sebentar lagi." Taehyung kembali memasukkan katsu kedalam mulutnya, telinganya masih menyimak apa yang dibicarakan Jimin.

"Ya, kuharap begitu." Jimin menghela napas, "Hana bilang, Yoongi hyung mulai berubah beberapa hari setelah acara pertunangan Jungkook dan Hanbyul. Apa kau mengetahui sesuatu, Byul? Maksudku, mungkin Jungkook menceritakan sesuatu padamu?" Jimin memperjelas maksudnya saat Sora dan Taehyung menatapnya bingung.

"Jungkook tidak mengatakan apapun tentang itu," ujar Hanbyul, kemudian kembali mengingat-ingat apakah Jungkook pernah membahas tentang Yoongi atau tidak. "Ah, Jungkook hanya bilang jika Yoongi-ssi sedang tidak baik-baik saja. Dan mereka pergi ke Daegu beberapa hari lalu."

"Yoongi oppa pergi ke Daegu?" kali ini Sora bertanya.

"Eung. Jungkook yang mengatakannya padaku." jawab Hanbyul. Kedua matanya menatap Sora dengan pertanyaan 'ada apa?' yang tak disuarakan.

"Kau juga mengenal Yoongi hyung?" anggukan Sora sudah menjawab pertanyaan Jimin. Namun puluhan pertanyaan lain mengekor di otaknya, membuatnya ingin menanyakan bagaimana Sora bisa mengenal Yoongi dan apa hubungan mereka sebelum menanyakan hal lain yang bisa membantunya mendapat informasi.

"Bagaimana bisa kau mengenalnya?" Taehyung menatap Sora, ada perasaan ganjil yang terus bernaung di dalam hatinya jika berhadapan dengan wanita ini.

"Kami berasal dari daerah yang sama. Untuk lebih jelasnya, maaf, aku tidak bisa mengatakannya. Itu adalah privasi," ujar Sora dengan senyum yang dibuat-buat. Ada yang tidak beres! Dan Sora tahu jelas kemana semua masalah ini akan mengalir.

Gimana chapter ini?
Adakah part yang kalian suka?

Kisskiss
Tara~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top