-20-

Holaa~
Aku minta maaf ya karena baru update hehe...

Buat yang nunggi, here it goes...

Selamat membaca, dan jangan pelot votes atau komen yaa... Aku suka banget baca2 dan reply komen kalian... Lifts my mood at all...

💜💜💜

Lampu-lampu kristal bergantungan menghiasi ruangan bernuansa putih keemasan. Warna-warni bunga yang ditata cantik, memberikan kesan manis pada panggung kecil di tengah-tengah ruangan. Makanan dan minuman memenuhi meja-meja di salah satu sudut dengan para tamu yang terlihat begitu menikmati.

Musik menagalun lembut. Memberikan suasana hangat di awal musim dingin. Dan Kim Taehyung yang malam ini terlihat luar biasa tampan itu tengah menikmati beberapa potong kue dan manisan di salah satu meja bersama Park Jimin dan adik sepupunya, Kim Mingyu.

Namjoon tengah asik berbincang dengan Hyeri dan keluarganya. Ayah dan ibunya juga tengah sibuk bercengkrama bersama para tetua di keluarga—termasuk Seokjin. Taehyung tentunya malas bergabung dengan obrolan membosankan itu. Begitu pula Mingyu, ia lebih baik berada di sini bersama Taehyung, menikmati makanan-makanan yang terhidang untuk memuaskan perutnya.

"Hana mengalami sedikit kendala. Katanya Yoongi hyung terlambat menjemput," lapor Jimin pada Taehyung setelah mendapat satu pesan dari Hana.

Taehyung mengangguk, cukup lega setelah mendengar kabar tentang temannya.

"Wah, Sora benar-benar cantik, malam ini." Taehyung segera menoleh setelah mendengar ucapan temannya. Pria Park itu terlihat begitu mengagumi gadis bergaun biru panjang yang tengah berbincang dengan beberapa orang yang cukup dikenalnya.

"Kenapa kau tidak mengencaninya saja, Jim?" ujar Taehyung. Sedikit muak karena ia tidak pernah berhenti mendengar Jimin memuji gadis itu. Jelas sekali Jimin meyukainya, namun kenapa pria itu tidak mau mengaku saja? Siapa tahu Jimin dan Sora memang ditakdirkan bersama.

"Tidak. Kau tahu prinsipku bukan? Aku tidak akan menikah dengan sesama dokter. Aku ingin menikahi wanita biasa yang tidak disibukkan dengan pekerjaan. Sehingga anak-anaku nanti akan terurus dengan baik. Aku tidak mau anak-anakku merasa kehilangan kedua orangtuanya karena pekerjaan mereka."

Taehyung terdiam. Begitu pula Mingyu. Keduanya seperti baru saja tersindir dengan apa yang diucapkan Jimin. Ya, Taehyung dan Mingyu mungkin salah satu dari 'anak-anak yang merasa kehilangan kedua orangtuanya karena pekerjaan mereka'. Jelas sekali. Mingyu bahkan sempat melirik Taehyung yang tersenyum kaku.

*****

Jungkook terlihat tak tenang malam ini. Jelas sekali terlihat dari berapa kali ia menghela napas panjang dalam tiga menit. Kakinya mengetuk-ngetuk acak, mengalihkan fokus dari kegugupan.

Tetap tidak bisa.

Rasanya Jungkook ingin pergi dari tempat ini. Perasaannya benar-benar kacau sekarang.

Dan kehadiran seorang wanita yang baru saja keluar dari ruang ganti, membuatnya tercengang. Dibalut gaun peach panjang dengan aksen kristal saphire yang menghias punggung dan lengan yang terbuka. Sebuah tiara kecil menghias rambut hitamnya yang ditata.

Begitu cantik.

Begitu mengagumkan.

Begitu mempesona.

Entahlah! Jungkook tidak bisa menemukan kata yang tepat untuk mendefinisikan sosok Kim Hanbyul malam ini. Gadis itu tampak sempurna malam ini. Ya. Sempurna mungkin adalah kata yang paling tepat.

Namun bukan berarti kehadiran Hanbyul menyelesaikan permasalahannya. Jungkook masih merasa gugup. Masih merasa takut karena Jungkook sudah menyadari sesuatu dalam hatinya yang mulai bergejolak kala Hanbyul bersamanya.

Dia hanya tidak ingin kejadian lama terulang. Jungkook tidak mau kembali terluka, tapi ia juga tidak bisa melakukan apapun karena hatinya sudah tertaut.

"Kau merasa gugup?" Hanbyul berjalan mendekat, menatap calon tunangannya yang masih mematung. "Kurasa aku gugup."

Oh tidak! Jangan seperti ini!

Rasanya Jungkook ingin menjerit. Sepasang iris yang menatapnya begitu dalam itu benar-benar membuatnya tenggelam. Menggila.

Malam ini Hanbyul begitu menggoda.

Tidak!

Tidak boleh seperti ini.

Apa yang sebenarnya terjadi?

"Kook?" Panggilan Hanbyul membuatnya sadar. Membuang jauh-jauh pikiran kotornya barusan. Dan satu lagi yang Jungkook sadari, wanita bernama Kim Hanbyul ini entah sejak kapan bisa membuatnya merasa gila dan takut dalam satu waktu.

"Boleh aku mengatakan sesuatu, Byul?"

"Tentu saja."

Jungkook menghela napas panjangnya. Berharap semua kegelisahan ikut terbuang bersama karbon dioksida dari tubuhnya. "Aku ingin menceritakan padamu tentang satu hal. Tidak bermaksud untuk membuatmu mengasihaniku atau apapun itu. Tapi aku hanya ingin mengutarakan rasa takut dan kekhawatiranku malam ini,"

Jungkook menatap lawan bicaranya. Kali ini ia bisa lebih mengendalikan perasaannya. Gadis itu tersenyum, kemudian meraih sebelah tangan Jungkook dan menggenggamnya seperti yang dilakukan Jungkook tempo hari untuk menenangkannya. Kemudian mengangguk pelan dengan senyum yang melengkung tipis, "Katakan saja. Kau bisa mengatakan semuanya padaku tanpa perlu merasakan kekhawatiran lain."

Jungkook semakin mengeratkan genggamannya. Ada sedikit ketenangan saat menatap kedua mata Hanbyul yang meneduh.

"Aku memiliki pengalaman buruk bersama wanita-wanita yang pernah kucintai dulu. Bukan hal yang patut dibanggakan dan diceritakan sebenarnya. Karena aku selalu menjadi orang yang ditinggalkan." Jungkook menghela napas pendek, "Sangat sulit untukku mengenal dan jatuh cinta pada seseorang. Dan kemarin, saat aku jatuh cinta untuk pertama kalinya, aku mendapatkan begitu banyak luka. Hatiku hancur, benar-benar hancur. Aku ditiggalkan saat aku sudah benar-benar percaya dan jatuh cinta padanya. Padahal aku sudah begitu percaya padanya untuk menceritakan ketakutan terbesarku padanya.

Tentang hal yang paling menghancurkan hati dan hidupku dulu. Tapi wanita itu justru menghancurkan hatiku dengan cara yang sama. Wanita itu pergi meninggalkanku untuk pria lain. Seperti bagaimana Ibuku meninggalkan Ayahku di usiaku yang ke lima."

Terjadi jeda sesaat sebelum Jungkook melanjutkan kalimatnya, "Dan kali ini, aku tidak mau hal itu terulang lagi."

Jungkook diam. Berpikir kembali apakah tindakannya tepat atau tidak. Menceritakan semua ini pada Hanbyul disaat dia belum sepenuhnya perca—tunggu, mungkin sudah. Jungkook sudah berani mengatakan kekhawatirannya sekarang. Bukankah itu berarti ia sudah mempercayai Hanbyul?

"Kau mengatakannya seolah-olah kau sudah jatuh cinta padaku dan takut jika aku melukaimu, Kook." Tentu saja Hanbyul dapat menangkap maksud tersirat dari ucapan pria di sampingnya. Perasaan aneh mulai muncul di dalam hatinya. Hanbyul tidak mau kecewa jika ternyata dugaannya salah, namun Hanbyul juga harus memastikan.

"Memang. Aku memang sudah jatuh cinta padamu. Benar-benar jatuh cinta."

Detik selanjutnya, Hanbyul dapat merasakan bagaimana jantungnya berdetak tak karuan. Jungkook benar-benar membuatnya kacau sekarang.

Tangan Jungkook terulur, mengusap pipi Hanbyul dengan kedua mata yang terkunci di bibirnya sebelum mendaratkan benda kenyal itu tepat di atas bibir Hanbyul.

Tidak ada penolakan saat bibir itu melumat lembut lawannya. Jungkook justru merasakan bibir Hanbyul yang ikut bergerak mengikutinya. Memberikan sensasi melayang bagi Jungkook yang sudah menantikan momen seperti ini.

She's such a good kisser.

Bagaimana bisa Hanbyul bisa menciumnya sebaik ini jika ia belum pernah berkencan?

Jungkook bisa melihat bagaimana kedua mata indah itu terbuka perlahan saat ia melepas ciumannya. Sebuah senyum yang tersemat di bibir itu membuat Jungkook ikut menyunggingkan senyumnya.

"Kau cantik," Jungkook tersenyum, kembali mengusap pipi gadisnya. "Tidak hanya malam ini. Tapi aku hanya ingin memberitahumu jika malam ini kau benar-benar cantik."

*****

Semua orang bersorak dan bertepuk tangan kala Jungkook berhasil memasangkan sebuah cincin di jari manis Hanbyul. Dengan tambahan satu kecupan di bibir, tentunya.

Jimin sendiri berteriak antusias dengan apa yang dilakukan Jungkook. Tak menyangka jika kawannya itu berani melakukan hal seperti itu di depan umum. Jungkooknya yang pemalu sudah berubah. Namun satu hal yang paling disyukuri Jimin, bahwa pemuda itu terlihat sangat bahagia malam ini.

Kekhawatirannya yang dulu diceritakan pada Jimin—tentang perjodohan—sepertinya sirna. Hanya dalam waktu sebulan, Hanbyul berhasil membuat Jungkook jatuh cinta. Jimin bisa menyadarinya, hanya dari cara Jungkook menatap wanita di sampingnya dan dari kebahagiaan yang terpancar jelas di kedua matanya.

"Aku senang melihat Jungkookie sebahagia ini, hyung." ujar Jimin pada Yoongi di sebelahnya. Pria berkulit susu itu tampak menyunggingkan senyum tipis kala melihat ke arah panggung dimana Jungkook dan tunangannya berdiri.

"Eung. Semoga wanita itu benar-benar bisa membahagiakan Jungkook."

Dance time dimulai. Jungkook merengkuh pinggang Hanbyul, membawanya berdansa dengan irama menenangkan dari iringan piano yang dibawakan oleh kakak sepupunya. Beberapa menit kemudian, pasangan-pasangan lain ikut masuk ke lantai dansa. Menamani sepasang pria dan wanita yang sepertinya tengah dimabuk cinta itu.

"Haah!" Hana mendengus kesal. Prianya malah memainkan piano dan tidak berdansa dengannya.

"Kau mau berdansa denganku? Aku juga tidak punya pasangan malam ini," ucap Jimin. Membuat Hana semakin kesal karena ia tahu Jimin sedang menyindirnya.

"Kau berdansa saja dengan Taehyung. Kalian 'kan tidak terpisahkan?" balas Hana dengan bibir yang mengerucut. Namun atensinya beralih pada seorang wanita bergaun biru yang tengah berdansa dengan seorang pria. Tidak begitu jauh dari tempatnya berkumpul bersama Jimin, Taehyung, dan Hoseok. "Bukankah itu Sora? Dengan siapa dia berdansa?"

"Teman Hanbyul. CEO SS grup Korea. Joshua Hong." Jawab Hoseok sedetail mungkin. "Sora dan Joshua juga berteman dekat saat di Amerika dulu."

"Ah, tapi kurasa hubungan Sora dan Hanbyul tidak begitu baik. Tadi saat Sora datang bersama Joshua untuk memberi selamat, Hanbyul bersikap dingin padanya." kata Jimin yang memang mengamati segala kejadian kecil di sekitarnya. Apalagi Sora begitu terlihat mencolok malam ini. Sulit memalingkan mata darinya.

"Hei, jangan sembarang menyimpulkan begitu, Jim." Hoseok memperingati. Namun sebenarnya—dari apa yang dilihatnya tadi—memang begitu adanya. Apalagi mengingat apa yang pernah Hanbyul ceritakan padanya dulu, sepertinya Hanbyul dan Sora memang memiliki hubungan yang kurang baik.

"Aku hanya mengatakan apa yang kulihat saja, hyung."

Musik perlahan berubah, Yoongi mulai memainkan lagunya di depan umum—untuk pertama kalinya. Dan setelah ini, ia bisa menebak jika Hana akan mendatanginya dengan mata berbinar karena Yoongi berhasil mengingat seluruh lagu 'First Love' dengan sempurna malam ini.

Jangan katakan jika Yoongi terlalu percaya diri atau terlalu berharap. Pada dasarya, Hana adalah wanita yang sangat ekspresif, jadi mudah saja bagi Yoongi menebaknya. Hana selalu terkesan jika Yoongi mengingat hal-hal kecil tentang wanita itu. Dan lagu ini bukanlah hal yang kecil. Lagu ini memiliki sejarah penting untuk mereka berdua. Yoongi yakin sekali jika Hana akan sangat terkesan saat Yoongi memberikan lamarannya beserta kertas partitur yang berisi janji untuk mengikat keduanya.

Lagu usai dimainkan, Yoongi segera menghampiri gadisnya. Terlihat kesal, namun masih terlalu menggemaskan.

"Oppa, bagaimana bisa kau meninggalkanku sendirian disini? Aku tidak bisa berdansa tanpamu." Rengek Hana yang mendapat sambutan kekehan kecil dari Yoongi.

"Mwoya?" Hana mengeryit saat Yoongi menunjukkan sebuah kertas di depan wajahnya. "Apa ini—

'Aku berjanji untuk selalu menjadi teman Yoongi Oppa sampai kapanpun. Asalkan Yoongi Oppa juga berjanji padaku kalau dia akan selalu menjadi temanku sampai kapanpun. Dan aku berjanji akan selalu mengingat lagu ini. aku akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh jadi kami bisa bermain bersama.'

—siapa yang menulis ini? Dengan siapa oppa membuat perjanjian semacam ini? Kenapa menunjukkannya padaku?"

Yoongi diam. Tangannya melepas lagi kotak cincin di balik saku jas yang sudah digenggamnya tadi.

Tunggu! Ini tidak seperti yang diharapkannya.

Seharusnya Hana mengingatnya. Seharusnya Hana tahu hanya dari melihat kertas usang itu. Tapi kenapa Hana malah menjadi asing dengan kertas itu? Bahkan setelah membaca tulisannya sendiri, kenapa Hana seolah tak mengenalinya?

Aneh! Ada yang tidak beres dengan Hana malam ini.

"Aku sudah menyelesaikan lagunya, Hana. Kau suka?"

"Tentu saja, Oppa. Aku selalu menyukai semua lagumu," ujar Hana begitu datar. Masih merasa kesal karena Yoongi lebih memilih untuk bermain piano daripada melakukan dansa dengannya.

"Eoh, tentu saja—" Yoongi menarik kembali partitur yang dibawa Hana. "Aku haus, aku akan mengambil minum sebentar."

Hoseok yang melihat semua itu tentu menyadari jika ada yang salah. Ia segera menyusul Yoongi ke tempat minum. Tidak bisa membiarkan Yoongi sendiri di saat seperti ini, atau sesuatu yang tidak diinginkan bisa terjadi.

"Hyung, gwaenchana?" Hoseok mendekat, menyentuh bahu pia itu namun tangannya ditepis. "Hyung?"

"Hoseok-ah..." Yoongi terdengar tidak baik, suaranya sedikit serak dan tertahan. "Ada yang salah."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top