-19-

Haii~
Terlalu cepet ga updatenya? Wqwq

Selamat membaca, selamat menikmati~
Jangan lupa votement yaa sobatquu~


"Kau terus memainkannya, hyung." ujar Hoseok dari sofa di belakang Yoongi. Melihat pria itu terus menerus memainkan lagu yang sama selama dua hari ini. Menyempurnakan, katanya.

Nyatanya permainan Yoongi sudah benar-benar sempurna. Semua orang yang mendengar lagu itu pasti tahu maksud yang disampaikan. Sebuah lagu dengan melodi manis yang menyenangkan. Menghasilkan sensasi bahagia dan mabuk cinta bagi siapa saja yang mendengarnya.

"Aku akan memainkan ini di acara Jungkook besok." Yoongi tidak menoleh. Tidak juga menghentikan permainannya saat mengatakannya. Hanya meninggalkan Hoseok yang kebingungan.

Bukankah lagu itu hanya untuk Yoongi dan Hana?

Yoongi bahkan tak mengizinkan siapapun mendengarkan lagu itu. Ya, kecuali Hoseok yang selalu menerabas masuk ke dalam studionya. Toh itu hanya Hoseok, Yoongi percaya padanya dan tak masalah.

"Tapi kenapa, hyung?"

"Kenapa?" Yoongi membalikkan tubuhnya, menghadap Hoseok dengan wajah masam. "Aku hanya ingin berterimakasih pada Jungkook karena dia menemukan partitur ini, juga memberi sedikit kejutan manis pada Hana tentunya."

"Wah, hyung, bagaimana bisa kau melakukan hal sepeti itu di acara spesial Jungkookie?" ucapan Hoseok tidak paham dengan maksud yang dikatakan Yoongi.

"Akan ada dansa di malam pertunangan, makanya aku ingin mengiringi mereka dengan lagu ini."

"Lalu, bagaimana dengan Hana? Kau membiarkannya sendiri?"

"Aku punya kejutan yang lebih manis setelah pesta dansa." Yoongi menatap sebuah kotak kecil yang berada di atas pianonya. Kotak beludru berwarna biru donker berbentuk hati. tanpa membukanya, Yoongi sudah bisa membayangkan bagaimana wujud benda silinder yang berhiaskan sebuah berlian di dalam sana. "Aku akan melamarnya."

*****

Jungkook benar-benar terkejut melihat siapa yang mendatangi kantornya siang ini. Tak disangka-sangka dan benar-benar tak terduga. Ia sampai harus meyakinkan dirinya sendiri jika apa yang dilihatnya kini memang nyata.

"Hai, Kook! Aku membawa makan siang," ujar Kim Hanbyul sambil mengangkat sebuah tas berisi dua kotak makan siang di dalamnya.

Berjalan dengan senyum terkembang menghampiri Jungkook di balik meja kerjanya. Pria itu masih bigung, terlihat jelas dari alisnya yang bertaut dan mulutnya yang sedikit terbuka.

"Kau belum makan siang, 'kan? Bisakah kita makan bersama di kantormu?"

"Eoh, tentu saja."

Jungkook beranjak dari kursinya, membawa Hanbyul duduk di sofa. Wanita itu membuka satu-persatu kotak makan siang berwarna hijau dan biru, menyerahkan salah satunya pada Jungkook setelah membukanya.

Kedua mata Jungkook membola dengan apa yang terhidang di hadapannya kini. Aroma makanan itu bahkan membuat Jungkook dua kali menelan saliva. Terlihat benar-benar lezat!

"Mungkin rasanya tidak seperti buatan Halmeoni, tapi aku mencoba sebisaku." Hanbyul menyerahkan sepasang sumpit pada lelaki di hadapannya.

"Kau membuatnya sendiri?" tanya Jungkook saambil bergantian memandang bulgogi di hadapannya.

"Eung, aku menelpon halmeoni pagi tadi. Menanyakan apa yang bisa kubawakan untuk makan siangmu, lalu halmeoni menyarankan ini."

Ah, hati Jungkook menghangat. Kenapa ia merasa begitu senang hanya dengan bulgogi dan kehadiran Hanbyul di kantornya siang ini. Rasa bingungnya tiba-tiba menguap, tergantikan dengan kebahagiaan yang membuncah. Tanpa babibu lagi ia segera memasukkan sebuah daging ke dalam mulut. Mengecapnya dengan antusias karena kelezatan yang tercipta di dalam mulutnya. Harus diakui, Hanbyul mungkin bisa menjadi seorang koki dengan masakan selezat ini.

"Wah! Kau benar-benar membuatnya dengan baik, Byul. Ini benar-benar lezat!"

Hanbyul tersenyum berterimakasih atas pujian Jungkook terhadap masakannya. Kemudian ia meraih sesuatu dari tas yang dibawanya tadi, mengeluarkan dua kotak susu strawberry dari sana dan memberikan salah satunya pada Jungkook.

"Apa kau sangat menyukai susu strawberry, Byul?"

"Eung, lebih dari wine. Aku sangat menyukai susu rasa strawberry." Dan sukses ucapan Hanbyul membuat Jungkook terkekeh pelan. Lucu sekali rasanya mendengar wanita dewasa di hadapannya ini lebih menyukai susu daripada wine. Terlebih, melihat bagaimana menggemaskannya Hanbyul menikmati cairan itu, membuat Jungkook ingin... menciumnya?

Tunggu! Ini tidak benar!

Jungkook segera membuang jauh-jauh pikiran semacam itu. Tapi bagaimana lagi? Bukankah sebentar lagi Hanbyul juga akan menjadi tunangannya? Ciuman bukanlah hal yang dilarang terlebih setelah kau bertunangan, 'kan?

"Apa ada sesuatu yang salah denganku?" tanya Hanbyul. Ia tentunya sadar jika sedari tadi Jungkook menatapnya, dengan cara yang sedikit berbeda. Hanbyul cukup paham dengan situasi seperti ini.

"A-ani..." ucap Jungkook canggung, kemudian melanjutkan kembali aktivitas makannya yang sempat tertunda.

Keduanya menikmati makanan masing-masing dalam diam. Hanya sesekali curi pandang, kemudian kembali pada makanan. Seolah ada hal yang ingin disampaikan, namun kembali diredam. Terus seperti itu sampai kotak makan mereka kosong.

"Aku minta maaf untuk masalah kemarin, Kook." ucap Hanbyul tiba-tiba. Untuk kesekian kalinya, Jungkook dibuat terkejut dengan sikapnya. "Aku tidak bermaksud mendiamkanmu kemarin. Mungkin sedikit kekanakan, tapi aku benar-benar dalam suasana hati yang tidak baik kemarin. Dan aku tidak mau kau melihatku di saat seperti itu. Maaf."

Hanbyul merasa sedikit lega setelah mengatakannya. Pasalnya, saat menelpon Nenek Jeon pagi tadi, wanita tua itu berkata jika cucunya kembali ke rumah dalam keadaan yang kurang baik. Dan menanyakan apakah terjadi sesuatu diantara Hanbyul dan Jungkook yang menyebabkan pemuda itu tak bisa tidur semalaman dan uring-uringan.

"Hei, Byul!" Jungkook menatap lawan bicaranya yang masih tertunduk, "Lain kali, biarkan aku menemanimu. Aku tidak mau membiarkanmu sendirian menghadapi hal-hal yang sulit. Jadi, kau bisa membicarakannya padaku atau setidaknya membiarkanku menemanimu untuk mengurangi bebannya."

"Itu—"

"Bukankah kau bilang ingin mengenal dan dikenal calon suamimu dengan baik? Jadi, mari melakukannya dengan baik." Jungkook meraih tangan Hanbyul, kemudian menggenggamnya erat. Mungkin membangun sebuah kepercayaan, atau mungkin sekeping hatinya memang sudah jatuh pada wanita ini.

Sementara itu gadis di sampingnya merasa jika wajahnya memanas. Gurat-gurat merah mulai tercetak di pipinya. Rasanya berdebar dan hangat. Jungkook benar-benar menyalurkan kehangatan itu dengan baik hingga membuat Hanbyul membalas genggamannya erat. Benar-benar erat.

Dan tak dipungkiri ada secuil rasa takut di hatinya yang sedikit bertumbuh. Hanbyul takut jika Jungkook benar-benar jatuh cinta padanya secepat ini. Hanbyul takut jika dia akan mengecewakan pria itu.

*****

Jimin melangkah bersama Hana, menghampiri makan siang mereka di kafetaria. Taehyung sudah disana katanya. Jadwal praktiknya sudah selesai tiga puluh menit lebih awal. Jadi, pria itu memutuskan untuk menjemput makanannya lebih dahulu.

Tak disangka-sangka, Jimin dan Hana sedikit terkejut dengan apa yang dilihatnya. Kim Taehyung itu tengah duduk bersama dua orang lain di hadapannya. Satu wajah baru yang tak asing, dan satu wajah yang sangat familier.

Jimin dan Hana tidak berani mendekat, memilih untuk pergi ke rak makanan dan mengamati mereka dari kejauhan. Seolah berjaga-jaga jika terjadi sesuatu pada Taehyung nantinya.

Dan setelah salah satu diantara mereka pergi, Jimin dan Hana segera menghampiri Taehyung di mejanya. Taehyung tak sendirian, ada seorang wanita di sampingnya.

"Tumben sekali Kim Hyunjeong sonsaengnim pergi kemari. Apa terjadi sesuatu?" tanya Jimin. Terlihat begitu khawatir dengan keadaan temannya.

"Tidak ada apa-apa, Jim. Kakek hanya memintaku membantu dokter Kwon berkenalan dengan rumah sakit ini," ujar Taehyung sambil terus menyantap makan siangnya.

"Ah, kita belum berkenalan." Hana mengulurkan tangannya, "Kang Hana-imnida."

"Kwon Sora-imnida. Senang berjumpa denganmu, Hana-ssi." Sora tersenyum ramah.

"Tunggu," Jimin menngkap sesuatu yang tak asing, tergeletak di hadapan Sora. Di dekat nampan makan siangnya. Senuah kertas yang juga didapatkannya beberapa hari lalu dari Jungkook. "Kau juga mendapatkan undangan pesta pertunangan Hanbyul dan Jungkook?"

Ucapan Jimin sukses merebut perhatian teman-temannya. Pasalnya, tidak sembarang orang diundang ke acara itu. Pesta pertunangan benar-benar hanya dibuat untuk orang-orang terdekat dalam lingkaran Hanbyul dan Jungkook. Dan bisa dikatakan, Sora belum bisa memasuki lingkaran itu.

Sora mengangguk. Ya, ia baru saja mendapatkan undangan itu tadi saat Kim Hyunjeong mengajaknya untuk makan siang bersama Taehyung. Taehyung sendiri juga sempat terkejut saat melihat Kakeknya memberikan undangan itu pada Sora. Memangnya siapa Sora, sampai ia bisa mendapatkan undangan itu? Taehyung tidak pernah melihat wanita ini berurusan dengan keluarganya selama ini.

"Ne, Kim Hyunjeong sonsaengnim yang memberikannya padaku tadi."

"Hokshi, kau teman Hanbyul? Aku tidak pernah melihatmu berada di lingkungan Jungkook," tanya Jimin. Jimin tahu, tidak semua orang di rumah sakit ini bisa mendapatkan undangan itu. Hanya para petinggi, dan orang-orang tertentu saja. Bahkan Jimin mendapatkan undangannya dari pihak Jungkook. Begitu pula Hana, ia mendapatkan undangan dari Yoongi yang mengajaknya pergi bersama.

"Eung, kami pernah berada di sekolah yang sama, dan kami juga pernah menjalankan beberapa kerja sama saat di Amerika dulu." jelas Sora yang membuat ketiga orang di seitarnya ber-oh-ria, memahami bagaimana Sora bisa mendapatkan undangan itu.

"Ah, kau seorang model?" tanya Hana.

"Dulu, saat masih di Amerika. Aku sempat melakukan pekerjaan itu saat liburan."

"Ah, pantas saja. Kau cantik dan memiliki tubuh yang bagus, Sora-ssi." puji Hana. Ya, Sora memang cantik. Perpaduan wajah kecil dengan mata besar dan hidung yang tinggi disertai tubuh langsing bak model tentu membuat wanita-wanita meliriknya iri.

"Terimakasih, Hana-ssi. Sepertinya aku harus kembali ke ruanganku. Selamat menikmati makan siang kalian." Sora beranjak setelah berpamitan, sebenarnya ia merasa yakin jika dia pernah melihat Hana sebelumnya. Ia benar-benar yakin, otak tidak mungkin salah. Hanya saja, bayangan tentang Hana masih begitu samar. Dan sepetinya, Hana tidak mengenalinya.

Dugaan Sora semakin kuat kala ia berpapasan dengan seorang pria di koridor. Melihat bagaimana pria itu menghampiri meja semakin menguatkan asumsinya. Ya, Sora mengenal jelas siapa pria tadi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top