-10-

Selamat malam~

Semoga malam kalian selalu indah yaa~

Enjoy this chapter,



Seorang pelayan mengantar Kim Namjoon memasuki sebuah ruangan di salah satu restoran mewah dimana Kakeknya akan mengadakan perjamuan antarkeluarga. Sebuah ruangan khusus dipesan oleh keluarganya demi menyambut salah satu tamu spesial Kakek Kim. Dan Namjoon sedikit terlambat karena tugasnya di rumah sakit yang cukup padat. Pria muda itu tersenyum dan memberi hormat pada sang Kakek dan anggota keluarganya yang lain sebelum menduduki kursinya di sebuah meja besar dengan tiga belas kursi.

Di seberang Namjoon, duduk Kim Mingyu—dengan tuxedo hitam—yang tengah mengobrol dengan Seokjin. Membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikannya. Kedua orang tuanya dan kedua paman-bibinya juga tengah mengobrol bersama sang Kakek. Sementara di sebelahnya, Namjoon mendapati lima buah kursi masih kosong.

"Namjoon-ah, Taehyung tidak berangkat bersamamu?" tanya Jang Miyeon—Ibu Seokjin. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan segar itu menatap keponakannya lembut, sebuah senyum bercampur kekhawatiran terlihat jelas pada raut wajahnya. Dan Namjoon mengerti sekali tentang kehkawatiran Bibinya.

"Tenang saja Bi, Taehyung pasti datang kemari," Namjoon tersenyum, memamerkan lesungnya yang dalam. "Taehyung akan datang bersama Hanbyul."

Apa yang dikatakan Namjoon membuat Jang Miyeon bernapas lega. Setidaknya malam ini putranya itu tidak menghindari makan malam untuk menyambut calon keluarga barunya. Terlebih Taehyung akan datang bersama Hanbyul, sepertinya hubungan keduanya sudah membaik.

"Jadi Taehyung akan datang bersama Nona Kim, malam ini?" Kakek Kim tersenyum kala mendapati anggukan cucu keduanya.

"Ne, harabeoji. Mereka akan datang bersama."

Beberapa menit berlalu hingga pintu menuju meja makan keluarga Kim terbuka. Semua orang di dalam ruangan itu segera berdiri menyambut dua orang yang kini tengah berjalan bersama dua orang pelayan restoran. Senyum Kakek Kim merekah, pria tua itu segera berjalan menyambut dua tamunya.

"Jinhwan-ah!" Pria tua bernama Jinhwan—yang baru saja datang—itu segera menghampiri Kakek Kim. Memberikan satu pelukan kerinduan akibat lamanya waktu yang memisahkan mereka.

"Eoh, Hyunjeong-ah, kau tidak berubah rupanya," Jinhwan menepuk bahu sahabat lamanya.

"Tentu saja, bukankah aku masih tetap tampan?" canda Kakek Kim. Pria tua itu terlihat begitu bahagia menyambut kedatangan dua sahabatnya.

"Aigoo~ bahkan cucu-cucumu jauh lebih tampan darimu, kau tidak ada apa-apanya dibanding mereka, Hyunjeong-ah!" ujar si wanita yang datang bersama Jinhwan.

"Bagaimana bisa kau mengatakan itu padaku, Jukyung-ah, aku bahkan lebih tampan dari suamimu." Kakek Kim terkekeh, begitu pula orang-orang di dalam ruangan ini.

"Dimana Taehyung? Malam ini dia akan datang, bukan?" Jinhwan menatap satu-persatu wajah yang sudah hadir di ruang makan ini. "Pada pertemuan sebelumnya anak itu tidak ikut bersamamu, Hyunjeong-ah."

"Malam ini kupastikan Taehyung datang. Nona Kim sedang bersamanya," ungkap Kakek Kim begitu yakin. Ya, malam ini ia yakin jika cucu lelakinya itu akan datang. Ia bisa memastikannya sendiri.

"Halmeoni, Harabeoji," ujar seseorang yang baru saja melewati pintu masuk rungan ini. Disambut senyum hangat Kakek Kim, orang itu segera mendekat untuk memberi hormat.

Semua orang di seberang Namjoon terlihat kebingungan, sedari tadi Namjoon mengamati mereka, terutama Ayah dan Ibu Taehyung yang terlihat benar-benar terkejut sedari kehadiran kedua orang tua tadi.

*****

"Jadi, wanita itu Eunsoo?"

Hanbyul melipat kedua tangannya di depan dada, mengetuk-ngetukkan sepatunya pada lantai marmer di bawahnya dengan kedua mata menatap tajam pria yang kini duduk di hadapannya.

"Kau mengenalnya?" Taehyung mendongak. Memberanikan diri untuk menatap Hanbyul yang tengah berdiri di hadapannya. Wanita itu tampak benar-benar kesal.

"Kau bercanda?" Hanbyul mendengus, "kau pikir aku akan mengizinkan orang asing masuk ke dalam rumahku begitu saja? Astaga, Kim Taehyung! Haah! Aku baru mengenalnya beberapa hari, dan kurasa dia punya hal yang bisa membuatku percaya. Dan jika kau ingin tahu, aku baru merekrutnya menjadi desainer di tempat kerjaku, juga merekrutnya sebagai temanku."

Hanbyul yang benar-benar kesal segera berjalan ke arah dapur, mengambil segelas air putih dan meneguknya sekaligus. Tangannya memegang kuat gelas kaca dengan pikiran yang tak karuan. Ya, setelah mengetahui siapa Eunsoo tadi, Hanbyul segera meminta wanita itu kembali. Ada hal serius yang perlu dibicarakannya bersama Taehyung.

"Byul-ah, kau—" Taehyung menghentikan langkahnya. Niatnya untuk menghampiri Hanbyul dan menenangkan wanita itu sepertinya harus diurungkan saat Hanbyul tiba-tiba menatapnya dan bertanya.

"Katakan padaku apa yang harus kulakukan sekarang?"

Diam.

Taehyung hanya diam. Ia sangat mengenal Hanbyul. Hanbyul tak pernah main-main dengan setiap ucapannya. Dan jika Hanbyul mengatakan sesuatu, wanita ini akan benar-benar mewujudkan ucapannya. Apalagi sekarang ini, ia bisa melihat bagaimana kedua mata HAnbyul menatap nyalang. Keseriusan yang tak dibuat-buat.

"Kim Taehyung, kau mendengarku?" bentaknya saat tidak mendapatkan jawaban dari Taehyung.

"A-aku..." Taehyung tergugu. Bingung harus menjawab apa. Tak dipungkiri jika Taehyung masih memiliki perasaan cinta pada Eunsoo meskipun saat ini kekecewaan dan amarah yang mendominasi hatinya. Namun jika Taehyung mengatakannya sekarang, mungkin saja akan berdampak tidak baik pada Eunsoo. Dan Taehyung bukanlah orang yang gemar menghancurkan mimpi orang lain karena masalah seperti ini. "K-kau tidak perlu melakukan apa-apa Byul. Aku benar-benar sudah tidak apa-apa, kau tenang saja."

Haah~

Sekali lagi Taehyung mendengar bagaimana Hanbyul mendengus kesal. Wanita itu bahkan menatapnya lebih tajam. Menciutkan nyali Taehyung. "Kuharap kau benar-benar serius dengan ucapanmu, Tae."

"Eung, kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun." Taehyung mendekat, menyentuh bahu Hanbul dan menatapnya lembut, "Aku sudah merasa lebih baik saat kau ada untukku."

Hanbyul masih terlihat kesal setelah keduanya keluar dari rumah. Dan Taehyung menyadarinya. Taehyung sendiri kebingungan bagaimana mengadapi Hanbyul jika sudah seperti ini. Bahkan setelah tiba di tempat parkir, Hanbyul masih tetap mengabaikannya. Wanita yang telah membalut tubuhnya dengan mantel panjang itu malah meninggalkannya ke salah satu vending machine.

"Hanbyul-ah?" seseorang menepuk bahunya kala Hanbyul menekan angka untuk minuman ringan favoritnya. "Benar, Kim Hanbyul. Aku sudah bisa mengenalimu bahkan dari jauh."

"Eoh, Hwang Minhyun?" senyum di bibir Hanbyul terkembang kala melihat pria tampan yang pernah menjadi teman baiknya semasa sekolah dulu. "Bagaimana kabarmu? Sudah lama sekali kita tiak bertemu, Minhyun-ah."

"Cukup baik kurasa. Dan kau sepertinya terlihat sedang tidak baik, Byul." Minhyun mengambil kaleng Sprite dingin yang baru saja menggelinding, kemudian memberikannya pada Hanbyul. "Kau selalu meminum susu strawberi saat senang dan meminum ini untuk meredakan emosimu. Meskipun aku tidak pernah mengerti bagaimana efeknya."

"Yah, kau memahamiku dengan baik. Setidaknya minuman ini dapat menyegarkan pikiranku, Minhyun-ah," uccapnya lalu buru-buru meneguk cairan soda yang benar-benar membuat emosinya sedikit mereda setelah melewati kerongkongannya.

"Ya! Minhyun-ah, Hanbyul-ah!" Seorang pria kurus menghampiri keduanya, ada Taehyung yang mengekor di belakang pria itu. "Wah, aku jadi merasa kalau kita sedang reunian," ujar pria itu.

"Seongwoo-ya! Tentu saja kita harus mengadakan reuni," Hanbyul tertawa renyah mendapati sahabat lamanya yang tak banyak berubah ini.

"Saat melihat Taehyung tadi, aku yakin jika kau ada di sekitar sini. Ah, kalian benar-benar tidak terpisahkan ya?" Seongwoo melirik Taehyung dan Hanbyul bergantian.

"Kau dan Minhyun juga sama-sama tidak terpisahkan, Ong. Aku iri pada kalian." Ujar Hanbyul yang membuat Seongwoo dan Minhyun saling menatap geli.

"Yak! Jika saja Minhyun adalah seorang wanita cantik sepertimu, aku akan betah-betah saja bersamanya, Byul!" protes Seongwoo.

"Jika Minhyun adalah seorang wanita cantik, kau pasti sudah mengencaninya, Ong Seongwoo." Benar apa yang dikatakan Hanbyul. Seongwoo pasti sudah mengencani sahabat dekatnya dari SMA ini, jika saja Minhyun adalah seorang wanita. Pria bermarga Ong ini memang terkenal di kalangan para gadis. Bukan gadis biasa, Seongwoo memiliki selera tinggi yang tidak sembarangan.

"Hey, bagaimana jika kita minum bersama?" tawar Minhyun, "sekaligus reuni kecil-kecilan?"

"Tidak malam ini," Hanbyul memandang jam tangannya, "Ah, kami bahkan sudah terlambat untuk makan malam. Aku akan menghubungi kalian nanti."

"Baiklah, sampai jumpa Byul! Tae!" Seongwoo dan Minhyun melambaikan tangan pada Taehyung dan Hanbyul yang berjalan menjauh. Reuni singkat yang membuat suasana hati Kim Hanbyul menjadi lebih baik. Dan Taehyung bisa bernapas sedikit lega karena mood Hanbyul sudah membaik setelah bertemu dua sahabat lamanya. Hanbyul sudah tidak begitu ketus padanya selama berada di dalam mobil.

Perjalanan dari rumah Hanbyul menuju restoran memakan waktu sekitar setengah jam karena lalulintas cukup lancar. Seorang pelayan menyambut keduanya dan menyimpan mantel masing-masing di sebuah lemari.

Kim Taehyung tidak dapat menahan kegugupannya setibanya di tempat ini. Pria itu berusaha mengatur napasnya kala langkahnya sudah semakin dekat dnegan sebuah pintu besar. Ia yakin semua orang sudah menunggunya disana. Malam ini takdirnya sudah ditentukan orang lain, dan Taehyung harus menerima semua ini.

"Hei, kau baik-baik saja, Tae?" tanya Hanbyul lembut. Meskipun sudah lama tidak berhubungan baik, tapi Hanbyul masih sangat mengenali Taehyung dnegan baik. Dan ia tahu jika pria di sampingnya ini sedang gelisah.

"Eoh, y-ya." Jawabnya begitu gugup. Kedua tangannya saling meremas dan pandangannya kacau. Seperti berusaha mencari jalan keluar yang tidak akan pernah ditemukan.

"Tidak, kau jelas tidak baik-baik saja." Hanbyul meraih sebelah tangan Taehyung, menggenggamnya. Lalu menatap teduh untuk meyakinkan pria di sampingnya jika semuanya akan baik-baik saja.

Dan benar, Hanbyul selalu bisa menenangkannya. Taehyung menghela napas beratnya, bersama semua kegugupan yang terbuang. Mungkin malam ini Taehyung akan menerima perjodohannya karena Hanbyul berada di sisinya.

Pintu besar itu terbuka, menampakkan seluruh anggota keluarga yang terlihat tengah menunggu Hanbyul dan Taehyung. Semua orang tersenyum menyambut kedatangan mereka, namun sepertinya tidak dengan dua orang di sebelah kanan Kakek Kim.

"Nona Kim, akhirnya kau datang juga!" sambut Kakek Kim setelah melihat Hanbyul datang. Begitu senang karena mendapati Taehyung yang juga ikut bersamanya.

Hanbyul—bersama Taehyung, segera menghampiri Kakek Kim, memberi salam pada pria tua itu ditambah dengan satu pelukan.

"Harabeoji, Halmeoni," Hanbyul membungkuk, memberi salam pada dua orang tua di sisi kiri kakek Kim. Begitu pula Taehyung, ikut membungkuk dan memberi salam meskipun terlihat sedikit kebingungan.

"Hyunjeong-ah, bagaimana bisa kau menyebut cucumu seperti itu, hah?" tanya pria tua di sebelah kanan Kakek Kim—sahabat lamanya, Jeon Jinhwan.

"Dia satu-satunya wanita yang mewarisi darah Kim dariku, Jinhwan-ah, satu-satunya cucu perempuanku. Wajar saja aku memanggilnya seperti itu, bukan begitu Nona Kim?" ucapnya sambil melirik Hanbyul yang masih berdiri di sebelahnya.

"Tentu saja, Harabeoji." Hanbyul tersenyum sopan, "Eoh, perkenalkan, ini Kim Taehyung, Harabeoji, Halmeoni."

"Wah, akhirnya aku bisa bertemu kembaranmu, Hanbyul-ah." Jinhwan terkekeh, kemudian menepuk lengan Taehyung. "Kau jauh lebih tampan dari kakekmu, nak Taehyung."

"Ya, kakekmu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan denganmu, nak." Timpal istri Jinhwan— Min Jukyung.

"T-terimakasih Harabeoji, Halmeoni."

"Kalian duduklah di tempat yang sudah disediakan. Bersikap baiklah pada calon suamimu, Nona Kim," ucap Kakek Kim dengan nada serius—meskipun Kakek Kim tahu jika cucu perempuannya tidak akan berbuat macam-macam.

Taehyung mengikuti Hanbyul di belakangnya. Pria itu duduk di sebelah Namjoon, sementara Hanbyul duduk di sisi kanannya, di samping seorang pemuda yang kini tengah menatap Hanbyul dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Annyeong, Jungkook-ssi." Sapa Hanbyul pada pria di sebelahnya. Dan pria bernama Jeon Jungkook itu mengukir senyum asimetris di wajahnya sebelum membalas sapaan dari wanita yang akan dijodohkan dengannya.

Usai makan malam bersama keluarga besar, Hanbyul diberikan kesempatan untuk menikmati wine dan hidangan penutup bersama Jungkook di terpisah—masih berada di restoran ini, namun dengan meja yang lebih kecil dan tempat yang lebih privat.

Pria Jeon itu terus menatap Hanbyul intens. Mengamati bagaimana wanita di hadapannya ini menghabiskan cairan pekat dalam gelasnya hanya dengan sekali teguk. Sungguh luar biasa. Jungkook bisa langsung menilai betapa tingginya toleransi alkohol dari wanita yang akan dijodohkan dengannya ini.

"Apa aku begitu mengagumkan sampai kau tidak berhenti menatapku sedari tadi, Jungkook-ssi?" tanya Hanbyul melipat kedua tangannya di depan dada, kemudian menyandarkan punggungnya di kursi sebelum balik menatap Jungkook.

Jungkook terkejut. Tentu saja. Dia semakin yakin tentang bagaimana wanita di hadapannya ini.

"Ah, kau percaya diri sekali, Nona Kim?" Jungkook menyeruput wine­-nya sebelum melanjutkan ucapannya, "harus kuakui, kau sangat cantik dan mengagumkan. Tapi aku masih tidak tahu apakah sama atau tidak dengan wanita-wanita itu."

Kedua alis Hanbyul bertaut. Mendengar bagaimana Jungkook mengucapkan kalimat tadi membuat telinganya memanas. Konteks dalam ucapan pria itu terdengar menghinanya. Kedua matanya menatap tak suka pria bersurai hitam yang tengah tersenyum miring di hadapannya.

"Apa maksudmu, Jungkook-ssi?"

"Kau tahu," Jungkook membenarkan posisi duduknya. Lebih santai. Tapi di mata Hanbyul terlihat meremehkan. "Perjodohan ini berlandaskan persahabatan antara Kakekku dan Kakekmu, meskipun pada akhirnya semuanya hanya bisnis semata. Jika kau mau tahu, aku sangat menyayangi Kakek dan Nenekku, mengecewakan mereka adalah hal yang tak pernah dan tak akan pernah kulakukan. Dan kali ini, aku juga tidak akan melakukannya. Jadi aku minta kerjasamamu dalam perjodohan ini. Kau paham maksudku, Nona Kim?"

"Ah, jadi kau menganggap jika aku tidak serius disini." Hanbyul menegakkan tubuhnya, menyeruput kembali gelasnya yang sudah terisi, mulai memahami kemana arah pembicaraan pria Jeon ini. "Dan, apa kau berpikir jika satu sampai tiga tahun kedepan setelah pernikahan kita, aku akan menceraikanmu dengan alasan tak masuk akal agar aku bisa terbebas dan menikahi pria lain yang seharusnya kunikahi namun gagal karena aku terikat pada sebuah perjodohan?"

Jungkook diam, masih menatap wanita di hadapannya yang terkekeh ringan. Sungguh, semua yang dikatakannya bukanlah hal yang lucu. Namun kali ini sesuatu dalam hatinya bergetar. Rupanya wanita yang sebentar lagi akan menjadi tunangannya ini bukan wanita sembarangan. Jungkook sangat yakin akan hal itu.

"Sekadar informasi, sebenarnya aku yang mengusulkan perjodohan ini." Ucapan Hanbyul sukses membuat Jungkook melongo. Terlihat jelas bagaimana kedua mata bulat Jeon Jungkook yang melebar sempurna dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Wah, ini sedikit mengejutkan untukku." Jungkook memperbaiki posisi duduknya, menatap bagaimana wanita Kim ini terlihat begitu santai saat berbicara dengannya. "Dengan alasan apa kau mengusulkan perjodohan denganku? Apa kau sudah mengetahui tentangku sebelumnya?"

"Tidak juga. Aku melakukan semua ini untuk Taehyung." Hanbyul menatap Jungkook lebih dalam, "Saudara kembar memiliki ikatan yang sangat kuat. Dan sesekali aku ingin membuat Taehyung merasakan kebebasan, Jungkook-ssi."

"Ah, seperti itu rupanya." Jungkook ikut memajukan tubuhnya, membalas tatapan Hanbyul tak kalah dalam, mencoba menggali informasi menarik dari kedua mata jernih wanita di hadapannya. Namun nihil, Jungkook hanya bisa menyaksikan tekad bulat dan hal yang sulit dijelaskan di sana. Dan Jungkook sendiri sebenarnya masih belum memahami apa maksud dari ucapan Hanbyul.

"Kau tenang saja, Jungkook-ssi. Aku bisa menjamin jika aku tidak akan macam-macam dan membantumu untuk tidak mengecewakan Kakek dan Nenekmu—" Hanbyul menatap gelas di hadapannya memutar dan memainkan gelas itu sebelum kembali menatap Jungkook, "—asalkan kau juga tidak macam-macam nantinya, Jungkook-ssi."

To be continued~

Sedikit kejutan di akhir cerita yaa... Ehehe,

Kemarin ada yang nebak kalo Hanbyul nggak bakal dijodohin sama Taehyung deh, and you're right babe...

Kalau masih bingung, gini aku jelasin, jadi Hanbyul itu kembarannya Taehyung, tapi karena ada sesuatu Hanbyul milih pergi ke luar negri... And she's back after 8 years to make peace with her twin and everything in the past...

Dan cerita tentang Hanbyul dan Jungkook akan segera dimulai, the "love-hate" relationship will begin soon

Semoga kalian suka yaa...

Oiya, jangan segan main ke story aku yang lain, ada challeng yang sedang kuikuti, genrenya dark-fantasy... Masih coba-coba siih, tapi kalo mau coba baca dipersilakan... Ehehe

Judulnya "Selcouth" yaa

Sampai bertemu di chapter selanjutnya,

With Love,
Tara~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top