-09-
Selamat pagiii.....
Masih bisa dibilang pagi kan?
Mari menyapa sebelum membaca... 😁
Semoga menghibur yaa,
Dan tolong hargai dengan memberi votement ya mantemanqu~
Selamat membaca ☺️☺️☺️
Tiga hari berlalu setelah Taehyung pulang dari rumah sakit. Hari ini dokter tampan itu bahkan sudah berangkat kerja. Terimakasih pada sosok Hanbyul yang senantiasa merawatnya dengan baik selama ia sakit. Bahkan dengan kesibukannya, Hanbyul rela mondar-mandir ke rumahnya hanya untuk merawat Taehyung saat kedua orang tuanya masih menjalankan dinas di Jepang.
Eunsoo? Gadis itu bahkan tidak menampakkan dirinya di hadapan Taehyung selama ia sakit. Mungkin ini saatnya menyerah pada Eunsoo. Ya, Taehyung memang seperti itu. Mudah menyerah dengan keadaan. Apa lagi yang bisa ia harapkan dari seseorang yang tidak ingin dipertahankan? Eunsoo sepertinya benar-benar ingin pergi darinya.
"Bisakah kau menjemputku untuk acara malam ini? Kau sudah memilihkan pakaian yang tepat untuk acara nanti malam, 'kan?" ucap Taehyung datar. Tanpa semangat karena pria yang duduk di bangku penumpang ini memang kehilangan semangat hidupnya.
"Eung, aku sudah menyiapkannya untukmu. Geundae, Tae-" Taehyung yang hendak turun mengurungkan niatnya, sepertinya ada hal yang ingin disampaikan Hanbyul padanya, "-akan lebih baik jika kita berangkat dari tempatku. Sore ini setelah jadwal kerjamu berakhir, aku akan meminta seseorang menjemputmu."
"Baiklah, Byul. Aku mengikuti apa maumu saja. Sampai jumpa!"
Usai mengantar Taehyung, Hanbyul segera mengemudikan mobilnya menuju kantor. Memang, Hanbyul tidak mengizinkan Taehyung berangkat sendirian pada hari pertamanya bekerja setelah sakit. Sekhawatir itu Hanbyul pada Taehyung.
Setibanya di kantor, Hanbyul disambut Eunsoo dengan beberapa laporannya. Seperti jadwalnya untuk seminggu kedepan, desain-desain yang akan segera launching, dan laporan tentang kemajuannya dalam mendesain.
"... untuk produk baru yang akan launching, kemungkinan sampelnya akan tiba setengah jam lagi, Nona Kim. Petugas di bagian sampel akan membawanya kemari. Dan-"
"Tidak, tidak! Kurasa aku akan pergi ke ruang display nanti." Hanbyul masih sibuk dengan laptopnya, namun ia tetap mendengarkan Eunsoo dengan baik. Toh Hanbyul memiliki kecerdasan di atas rata-rata yang membuatnya mudah untuk bermultitasking.
"Mengenai perekrutan wajah baru SS untuk regional Korea Selatan, saya sudah menerima laporan yang kemarin anda minta, Nona Kim." Eunsoo mendekat, meletakkan sebuah map di atas meja Hanbyul, "tim sudah mengeliminasi beberapa talent yang tidak memenuhi kriteria anda pada rapat kemarin. Sehingga menyisakan lima kandidat kuat, diantaranya Kang Myunjeong, Han Seobi, Oh Sena, Park Mina, dan Lee Minjung."
"Lima?" kedua alis Hanbyul menyatu. Lima kandidat terlalu banyak, pikirnya. Dan ia tahu jika Joshua tidak akan suka dengan hal seperti ini. "Bukankah ini terlalu banyak?"
"Tim perekrutan mengalami kesulitan dalam menentukan talent yang cocok karena kelima orang tersebut memiliki karakter dan keunikan yang sesuai dengan konsep terbaru perusahaan."
"Minta tim untuk mengurangi setidaknya dua, kita bisa mengadakan wawancara dengan talent. Keputusan final akan diambil saat CEO baru menempati kursinya." Hanbyul melihat sekilas kelima foto talent di hadapannya. Ya, mereka semua terlihat menarik dan sesuai dengan kriteria. Dan Joshua tidak akan senang jika diberikan terlalu banyak pilihan. "Kau mengubah gaya rambutmu?" tanya Hanbyul yang baru menyadari perubahan Eunsoo.
"N-ne." Tangan Eunsoo bergerak malu-malu merapihkan rambut barunya. Senyum tipis terukir di wajahnya. Bagaimanapun, Eunsoo tetaplah seorang wanita. Tetap suka jika dipuji seperti tadi.
"Terlihat cocok denganmu."
"Terimakasih, Nona Kim."
"Ada lagi yang ingin kau sampaikan?" tanya Hanbyul pada Eunsoo yang masih berdiri di hadapannya. Pasalnya ia harus segera melakukan sesuatu. Cukup penting. Sangat penting malah mengingat jika ia harus membuat seseorang terlihat begitu mengagumkan nanti.
"Tidak ada, Nona Kim. Laporan saya selesai."
Usai dengan laporannya, Eunsoo segera kembali ke meja kerjanya. Sementara itu, Hanbyul pergi ke ruang display sendirian, mengamati kembali satu setel pakaian pria yang sudah terpasang pada sebuah manekin. Kemeja hitam satin dengan potongan leher yang tinggi dipadukan tuxedo hitam beraksen floral dengan beludru yang menghias bagian ujung lengan dan dada tentu akan membuat Taehyung menawan malam ini.
*****
Park Jimin mengambil nampan makan siangnya, kemudian duduk di hadapan Taehyung yang sudah menunggunya di salah satu meja kafetaria rumah sakit. Rasanya sudah lama mereka tidak makan siang seperti ini karena beberapa hari terakhir mereka tidak bertemu. Melihat bagaimana Taehyung makan dnegan lahap membuat Jimin yakin jika pria di hadapannya ini benar-benar dalam kondisi yang baik.
"Aku senang kau sudah kembali sehat, Tae. Lain kali jangan lupa kalau kau mengidap alergi kerang," ujar Jimin mengingatkan. Memang, Jimin adalah tipe kawan yang begitu perhatian. Tipe teman yang sangat dibutuhkan Taehyung dalam hidupnya.
"Hum, aku tidak pernah lupa Jim," Taehyung meletakkan sendoknya, kemudian menyeruput susu pisangnya sebelum melanjutkan, "Aku memang sengaja melakukannya saat itu."
"Mwo?" mata Jimin melebar. Tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan Taehyung. "Kau sengaja? Bagaimana bisa kau-Yak! Kim Taehyung, jangan bercanda. Bagaimana bisa kau membahayakan nyawamu sendiri?"
"Tenang, Jim. Aku sudah baik-baik saja sekarang." Pria Kim itu kemudian menghela napas panjangnya. Menyandarkan punggung pada bangku sebelum kembali berucap. Menyuarakan kesedihannya. "Namun sepertinya apa yang kulakukan sia-sia, Jim."
"Sia-sia?" Jimin menggeser kursinya, mencondongkan tubuhnya ke depan untuk mendengarkan Taehyung.
"Hum. Aku sengaja membuat diriku sakit untuk mencegah pertemuan dengan keluarga wanita yang akan dijodohkan denganku. Tapi kau tahu?" sekali lagi Taehyung menghela napasnya, "Eunsoo mengakhiri semuanya dua hari lalu. Dia menelponku, mengatakan ingin mengakhiri hubungan kami dan fokus pada pekerjaan barunya. Eunsoo bilang dia tidak mau jika nanti jalan menuju cita-citanya terganggu," ujar Taehyung. Begitu datar seolah hal itu sama sekali tidak berpengaruh dalam hidupnya.
"Dan kau membiarkannya begitu saja?" kedua mata Jimin melotot. Tak percaya dengan apa yang dikatakan Taehyung barusan. Terlebih saat Taehyung terdengar seperti benar-benar menyerah pada gadis yang sangat dicintainya.
"Apa lagi yang bisa kulakukan? Aku juga tidak mau menghalangi seseorang dalam meraih mimpinya, Jim. Apalagi dengan kondisiku yang seperti ini, aku juga tidak bisa melawan keluargaku sendiri."
"Aku yakin kalian akan menemukan jalan terbaik, Tae." Melihat kedua teman dekatnya seperti ini membuat Jimin jadi merasa bersalah karena tidak bisa melakukan sesuatu untuk memperbaiki hubungan keduanya.
"Tapi tetap saja rasanya mengecewakan Jim. Dia menggunakan alasan karirnya untuk lepas dariku. Aish! Kenapa aku selalu ditinggalkan dengan alasan seperti ini?" Taehyung mengacak rambutnya frustasi. Kenangan bagaimana Hanbyul meninggalkannya dulu kembali terngiang. Dan kali ini terulang kembali dalam hidupnya.
Seperti kata Hanbyul pagi tadi, sore ini Taehyung sudah mendapati seseorang yang dikirim Hanbyul untuk menjemputnya. Namun mobil yang ditumpanginya kini tidak membawa Taehyung ke kantor Hanbyul. Melainkan sebuah gedung tinggi dengan sebuah kafe di lantai atas. Hanbyul menelponnya tadi, katanya Taehyung akan diantar ke Starlight cafe. Dan Taehyung merasa kurang nyaman jika mengingat bahwa cafe itu memiliki catatan tersendiri baginya.
Ya, Eunsoo pernah bekerja di tempat itu. Dan Taehyung tak jarang mengantar-jemput Eunsoo di sela-sela kesibukannya.
"Eoh, kau mencari Eunsoo?" tanya seorang wanita, setibanya Taehyung di lantai ke-enam. Ya, Taehyung baru saja memasuki area cafe ini, untuk pertama kalinya. "Ah, aku Jung Jiwoo, manajer cafe ini. Tapi sayang sekali, Eunsoo sudah tidak bekerja lagi di tempat ini."
"Maaf, tapi aku kemari untuk menemui Hanbyul. Kim Hanbyul." Sanggahnya. Toh Taehyung memang benar-benar mencari Hanbyul hanya saja tidak tahu jika akan dibawa ke tempat ini lagi.
"Hanbyul? Ah, Hanbyul sudah memberitahu jika dia pemilik kafe ini padamu rupanya-"
"Pemilik?" potong Taehyung, kedua alisnya bertaut, bingung "apa maksud anda, Jiwoo-ssi?"
"Ya, satu-satunya Kim Hanbyul adalah pemilik cafe ini. Dan jika kau mencarinya, dia tidak berada di lantai ini-"
"Eoh, Taehyung-ah!" itu Hanbyul, berjalan mendekat menghampiri Taehyung dan Jiwoo yang terlihat mengobrol. "Kau sudah sampai?"
"Ya, tapi aku juga baru tahu jika kau adalah pemilik tempat ini, Byul."
Hanbyul melirik Jiwoo dan Taehyung bergantian. Dan ia bisa menebak jika Jiwoo yang menyebarkan informasi ini. "Bisa dibicarakan nanti. Sekarang sebaiknya kita bersiap, waktu kita tidak banyak."
Taehyung menurut. Tarikan Hanbyul juga cukup kuat untuk menyeretnya. Setelah melewati dua anak tangga lagi, Taehyung mendapati sebuah pintu berwarna hitam dengan ornamen silver yang menghiasinya. Terlihat klasik namun begitu elegan.
"Selamat datang di rumahku," sambut Hanbyul. Taehyung tidak bisa menahan rasa kagumnya terhadap ruangan tempatnya berpijak kini. Bergaya klasik nan aestetik dengan jendela raksasa yang menampilkan pemandangan sungai Han, benar-benar mencerminkan Hanbyul.
"I-ini rumahmu?" tanyanya, tidak percaya jika Hanbyul sudah sampai di titik ini. Benar-benar wanita sukses yang berhasil mewujudkan rumah impian yang sudah dirancang sejak mereka duduk di bangku SMA dulu.
"Eung," Hanbyul mengangguk.
"Dan cafe di bawah? Juga milikmu?" anggukkan Hanbyul membuat Taehyung mendengus. "Kau benar-benar pandai dalam menyembunyikan banyak hal, Nona Kim."
"Aku tidak menyembunyikan semua ini, hanya kau yang baru mengetahuinya," Ah, benar. Memang Taehyung yang baru mengetahui semua ini. Namnjoon dan yang lain pasti sudah mengetahuinya jika mengingat sejarah hubungan mereka yang tidak begitu baik selama bertahun-tahun. "Dan lebih baik sekarang kau bersiap, Tae," Hanbyul menyerahkan sebuah tas berisi pakaian, "aku sudah menyiapkan pakaianmu. Kau bisa mandi di sana." Ujar Hanbyul, menunjuk salah satu kamar di ujung.
"Terimakasih," jawab Taehyung sebelum meninggalkan Hanbyul. Dari ucapannya, sepertinya Hanbyul tidak mau melanjutkan pembicaraan mengenai cafe dan rumah ini. Dan Taehyung tidak bisa memaksanya.
Tidak butuh waktu lama bagi Taheyung untuk membasuh tubuhnya. Pria itu kemudian mengenakan kemeja satin hitam sambil memandang pantulan tubuhnya di sebuah cermin yang cukup besar. Ada beberapa bekas luka di bagian perut, Taehyung sendiri lupa bagaimana ia bisa mendapatkan luka itu. Tapi yang diingatnya, luka itu terasa sangat menyakitkan dulu.
"Wah! Kau benar-benar tampan, Tae!" puji Hanbyul menatap penampilan Taehyung. Ya, Kim Taehyung memang benar-benar tampan. Seperti tokoh manga dalam kehidupan nyata. Dan tak salah Hanbyul memilihkan pakaian itu untuknya.
"Eoh, tuxedomu tertinggal di kantor. Seseorang akan segera membawakannya kemari. Aku akan berganti pakaian dulu."
Hanbyul pergi ke kamarnya, mengganti pakaian santainya dengan sebuah dress pendek berwarna merah hitam yang senada dengan pakaian Taehyung. Menggerai rambut hitam pendeknya dan memoles makeup yang disesuaikan untuk acara makan malam spesial kali ini.
"Bagaimana penampilanku?" Hanbyul memutar tubuhnya di hadapan Taehyung, dan pria yang kini tengah duduk di sofa sambil membaca beberapa koleksi majalah di meja itu mengamati Hanbyul dari ujung kepala hingga kaki.
"Kau cantik, sempurna."
Hanbyul memutar bola matanya malas, "aku sudah sering mendengarnya. Katakan hal lain!"
"Apa yang harus kukatakan? Aku tidak pandai memuji, Nona Kim."
Tanggapan Taehyung membuat Hanbyul mencebik. Ia mengharapkan sesuatu yang berbeda dari Taehyung, seperti dulu. Tapi sekarang Taehyung lebih terengar seperti kebanyakan pria yang pernah ditemuinya.
Ting-tong!
"Ah, sebentar, tuxedomu pasti sudah datang." Hanbyul mengambil ponselnya, membuka kunci pintu dengan sebuah aplikasi dari ponselnya. Tak berselang lama, seseorang masuk menenteng sebuah tuxedo di tangannya
"Nona Kim, ini-" Eunsoo terdiam, mendapati siapa lelaki yang kini tengah menatapnya dari sofa membuatnya membeku. Ada perasaan sakit yang menjalar di hatinya. Melihat bagaimana pria itu berada di dalam rumah Hanbyul, hanya berdua saja, Eunsoo tidak berani berpikir macam-macam untuk mencegah sakit hatinya. Ia harus kuat. Ia harus menunjukkan pada Taehyung jika Eunsoo sudah benar-benar melepaskannya.
"Terimakasih, Eunsoo-ya." Hanbyul segera mengambil tuxedo itu dari tangan Eunsoo, kemudian membuka plastik pelindungnya. "Kemarilah, Tae."
Taehyung berdiri, mendekat ke arah Hanbyul tanpa mengalihkan tatapan dinginnya dari Eunsoo. Kekecewaan dan amarah jelas tergambar disana. Seharusnya Taehyung bisa meredamnya. Tapi rasanya berbeda saat ia menemui Eunsoo secara langsung.
Dan Eunsoo hanya bisa menunduk, mengalihkan pandangannya. Menahan gejolak hatinya yang terasa begitu ngilu.
Hanbyul menepuk bagian depan tuxedo yang baru saja dipasangkannya pada tubuh Taehyung untuk merapikannya. Senyumnya terkembang kala melihat bagaimana sempurnanya Taehyung malam ini. Begitu tampan dan mempesona.
"Sempurna! Aku yakin kau akan menjadi pria paling-Kau mengenalnya?" tanya Hanbyul setelah menyadari kemana arah pandang Taehyung. Sebenarnya sudah cukup lama Hanbyul menyadari jika Taehyung mengamati Eunsoo, hanya saja ia tidak menyangka pria di sampingnya ini terus menatap Eunsoo seperti itu.
"Dia wanita yang tempo hari kuceritakan padamu, Byul," Taehyung maju selangkah, mengurangi jarak diantaranya dan Eunsoo. Tangannya dimasukkan ke dalam saku, kepalanya bergerak menyamping untuk menatap wanita yang terlihat gelisah di hadapannya. "Wanita yang mencampakkanku. Mantan kekasihku. Bukan begitu, Eunsoo-ssi?"
Taehyung tersenyum, namun lebih terlihat seperti menyeringai. Kemarahan dan kekecewaannya masih terlampau besar saat menemui Eunsoo.
"Benarkah? Eunsoo-ssi?" tanya Hanbyul setelah menyejajarkan dirinya di samping Taehyung.
"N-ne, Nona Kim," ujar Eunsoo.
Mendengar jawaban Eunsoo membuat Hanbyul melipat kedua tangannya di depan dada. Pandangannya pada Eunsoo pun berubah. "Kuharap aku masih bisa bersikap profesional saat melihatmu di kantor besok."
*****
Jimin segera melajukan mobilnya menuju Paradise club. Eunsoo terdengar mabuk saat menelponnya tadi. Dan Jimin tahu pasti jika sahabat sekampunghalamannya itu sedang dalam kondisi tak baik.
Benar saja, setelah tiba di lantai kedua, Jimin mendapati Eunsoo yang sudah teler tengah bersama seorang pria yang cukup familiar. Pria itu berusaha menghentikan Eunsoo yang mulai merancau tak jelas dan berteriak-teriak.
"Eoh, Jimin-ah, kau teman Eunsoo, 'kan?" tanya Hoseok yang terlihat panik.
"Tapi, bagaimana bisa kau bersama Eunsoo disini? Kau mengenalnya, hyung?" Jimin menatap Hoseok menelisik. Pasalanya selama berada di Seoul, orangtua Eunsoo pernah menitipkan anak gadisnya ini pada Jimin. Wajar saja jika Jimin merasa waspada.
"Eunsoo pernah bekerja di tempat Hanbyul, wajar saja kami saling mengenal, Jim." Ya, Jimin hampir saja lupa tentang fakta itu, tentu saja Hoseok dan Eunsoo saling mengenal. "Ah, karena kau sudah datang, aku harus segera pergi. Ada pekerjaan yang harus segera kuselesaikan, Jim. Sampai jumpa!"
Hoseok pergi, sedikit terburu-buru sambil terus menatap jam tangannya. Dan Eunsoo yang masih teler terus saja merancau tak jelas. Kedua matanya tertutup, namun mulutnya tak bisa berhenti mengatakan hal-hal tak jelas.
"Eunsoo-ya, ayo kuantar pulang." Jimin mencoba membangunkan Eunsoo dengan mengguncang bahunya.
"Eoh, Park Jimin... itukah kau? Hehehe..." Eunsoo terkekeh, kemudian kembali merancau, "A-aku melihat Taehyung bersama calon istrinya, Jim. Sepertinya mereka akan pergi ke suatu acara. Makan malam? Entahlah! Mereka mengenakan pakaian formal. Taehyung sangat sempurna, Jim. Dan wanita itu juga sangat sempurna. Bukankah mereka pasangan yang cocok? Sempurna dan sempurna. Kim Taehyung dan Kim Hanbyul..."
Lagi-lagi Eunsoo terkekeh, namun ada isakan kecil yang tersemat diantara tawanya.
"Mwo? Kim Hanbyul?" Jimin tercengang. Ia tak menyangka jika selama ini wanita yang akan dijodohkan dengan Taehyung adalah Hanbyul. Sekarang ini dunia benar-benar terasa sempit.
"Eung. Saat aku pergi untuk menjenguk Taehyung, Hanbyul ada disana. Memeluk Taehyung di atas ranjang, lamaaa sekalii... Haah ~" Eunsoo mendengus, kemudian kembali meneguk birnya, "kau tahu apa yang dikatakan Taehyung saat itu, Jim? Taehyung bilang, ia senang karena sekarang Hanbyul sudah kembali Taehyung bilang dia sangat merindukan Hanbyul, Jim."
"Eunsoo-ya... Apakah Hanbyul yang kau maksud adalah Hanbyul yang sama dengan Hanbyul yang selalu kau ceritakan belakangan ini? Pemilik cafe tempatmu bekerja dulu?"
"Eung, kau mengenalnya? Bukankah dia sangat cantik? Aku tidak ada apa-apanya, Jim." Setelahnya, Jimin bisa mendengar Eunsoo yang makin terisak dan merancau tak jelas. Benar-benar terlihat menyedihkan. Belum pernah Jimin melihat sahabatnya seperti ini. Apalagi, Jimin sudah mengenalnya sejak lama. Tidak ada hal pernah yang membuat Eunsoo sesedih ini.
"Maaf karena aku tidak bisa menjagamu dengan baik, Eunsoo-ya."
Gimana chapter ini? Ehehe,
Kisskiss~
Cill~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top