06. Defense

Hai~
It's been awhile chingu-deul...

Huhu maaf karena lama sekalii...

Adakah yang menunggu cerita ini?
Masih dalam tahap oengenalan yaa, tapi konflik 1 sudah muncul kok...

Ehehe,
Selamat membaca yaa 💜💜💜

"Jepang?" Taehyung kembali membaca tulisan di atas kertas itu. Kali ini lebih teliti. Dan Ya, tidak ada yang berubah. Namanya dan nama Hanbyul benar-benar tercantum pada tiket pesawat dengan tujuan Jepang yang akan berangkat besok siang.

Padahal rencananya, besok saat makan siang, Taehyung akan pergi menemui Eunsoo untuk memperbaiki semuanya. Tapi sore tadi setelah Taehyung sampai di Seoul, Ayah dan Ibunya langsung berangkat ke bandara, meninggalkan Taehyung yang tengah tertidur di kamarnya bersama sebuah amplop berisi dua lembar tiket pesawat di atas meja makan.

Seokjin yang sudah pergi ke rumah sakit untuk menemani istrinya, membuat Taehyung benar-benar sendirian berada di rumah. Hanya ada asisten rumah tangga yang bekerja untuk keluarga Taehyung - Bibi Choi, yang kini tengah menyiapkan makan malam untuknya.

"Yoboseyo? Eomma?"

"Ada apa, Tae?" jawab Ibunya dari seberang telepon.

"Eomma, bisakah aku mengganti penerbanganku menjadi malam hari? Ada yang harus kulakukan besok siang. Setidaknya beri aku waktu sampai malam hari, eomma."

"Urusan seperti apa, Kim Taehyung?"

"E- i- itu ..."

"Jangan membuat calon mertuamu menunggu lama disini, Taehyung. Dua keluarga akan bertemu untuk makan malam dan membahas tentang pernikahanmu."

"Ja-jadi... kalian memintaku pergi ke Jepang untuk melanjutkan perjodohan yang tak kuinginkan ini?"

"Ya, pastikan kau membawa tuxedomu. Aku yakin Hanbyul bisa mengatasi pakaiannya sendiri."

Telepon ditutup. Taehyung hanya bisa berdiam diri. Memejamkan kedua mata untuk mengurangi pening di kepala. Haruskah kali ini ia menyerah? Haruskah ia melepaskan cintanya? Namun semakin Taehyung berpikir, kata-kata itu kembali muncul dalam benaknya.

"... Kau selalu bertindak bodoh. Dan kau juga lemah. Sesekali buktikan padaku kalau kau memang pintar dan kuat, Tae!"

Tidak! Taehyung tidak mau. Ia tidak mau menyerah kali ini. Taehyung akan membuktikannya.

Diambilnya sebotol Soju dari dalam kulkas. Kemudian Taehyung meminta Bibi Choi untuk membuatkannya semangkuk sup kerang dan membawakannya ke dalam kamar. Ya, tidak sampai tiga puluh menit sup kerang hangat tersaji di hadapannya. Senyum tak simetris tergaris di bibirnya.

Setelah menggak sebotol Soju, Taehyung mengambil ponselnya. Megirim pesan pada kakaknya jika ia merasa tidak enak badan.

Sebelum kesadarannya benar-benar hilang, Taehyung harus segera mengabiskan sup kerang di hadapannya. Meski susah payah, Taehyung berusaha menghabiskan semua kuahnya. Tepat pada tegukan terakhir, Taehyung merasakan napasnya memberat. Ada sesak di dalam dadanya, dan tubuhnya memanas.

"Akh- " Tersedak, Taehyung hampir kehilangan seluruh kesadarannya. Mencoba menahan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya.

"Kim Taehyung!"

*****

Senin pagi, sesuai yang dijadwalkan, Eunsoo berangkat ke kantor barunya. Pagi-pagi sekali, pokoknya di hari pertama bekerja ini, Eunsoo ingin membuatnya sesempurna mungkin. Mencoba mengesampingkan urusan hatinya demi profesionalitasnya. Dan dengan sebuah kemeja gading panjang yang dipadukan dengan rok hitam selutut, Eunsoo siap memulai harinya.

"Selamat pagi!" sapa Eunsoo ramah pada setiap karyawan yang dijumpainya. SS grup memang selalu memberikan prinsip keramahan yang wajib ditaati setiap pekerjanya.

"Nona Kim Eunsoo?"

Eunsoo yang tengah berjalan menuju ruangan Hanbyul untuk menyerahkan jadwalnya, segera menghentikan langkahnya. Seorang wanita - tidak begitu muda - berjalan mendekat ke arahnya.

"Ne, saya Kim Eunsoo." Ucap Eunsoo memperkenalkan diri.

"Aku Im Soyeon, asisten Nona Kim- ah, kami menyebut Nona Kim untuk Kim Hanbyul-ssi. Nona Kim berpesan padaku jika hari ini dia tidak bisa datang pagi ini karena sedang ada urusan, mungkin Nona Kim akan datang setelah makan siang. Kau bisa memulai hari pertamamu denganku."

Dan hari ini, sepertinya Eunsoo akan sedikit lega karena dalam satu hari kedepan, atau setidaknya sampai jam makan siang, Eunsoo bisa menenagkan hatinya yang bisa kacau kapan saja saat bertemu Hanbyul.

"Ne, Soyeon-ssi."

Eunsoo segera mengikuti Soyeon, menuju sebuah studio dimana beberapa orang mulai mendesain pakaian. Seperti apa yang Hanbyul katakan kemarin, sepertinya Eunsoo memang harus benar-benar menguasai penggunaan tablet barunya. Pasalnya semua desainer di tempat ini sudah menggunakan perangkat itu.

Di hari pertamanya bekerja, sepertinya Eunsoo hanya diberikan perkenalan tentang kantor barunya. Soyeon menjelaskan padanya tentang ruangan-ruangan yang ada di gedung ini, ruang karyawan, ruang petinggi, kafetaria, warehouse, ruang display, dan yang paling menarik adalah tiga ruang terakhir yang dijelajahinya; studio desain pakaian, studio desain tas, dan studio desain sepatu.

Eunsoo benar-benar dibuat kagum dengan lingkungan kantor barunya. Semuanya terasa sangat cantik dan sesuai dengan dirinya. Orang-orang yang ramah, kalimat-kalimat penuh motivasi di beberapa sudut ruangan, ruang display yang memperlihatkan koleksi-koleksi terbaik SS. Ah, bahkan Eunsoo tidak pernah bermimpi untuk bisa melihat semua koleksi terbaik SS.

"Produk-produk best seller dan koleksi terbaik yang pernah diperagakan di panggung Fashion Show ternama, hampir semuanya Nona Kim yang mendesain. Bahkan Nona Kim benar-benar terlihat menawan saat mengenakan desainnya. Ah, terkadang aku merasa iri padanya," ujar Soyeon saat mereka sampai di ruang display.

"Ne, Nona Kim benar-benar sempurna." Ucap Eunsoo saat menatap foto Hanbyul yang terpampang sempurna di salah satu kotak display terbesar. Eunsoo merasa kagum pada Hanbyul yang tampak sempurna, cantik, anggung, berkharisma, juga seksi dan menggemaskan dalam waktu yang bersamaan, juga Eunsoo merasa bertapa kecil dirinya jika dibandingkan dengan Hanbyul.

Mungkin memang ia tidak akan pernah pantas untuk Taehyung jika dibandingkan dengan Hanbyul. Tanpa perlu dibandingkan saja seharusnya Eunsoo sudah sadar jika dirinya memang tak pantas untuk Taehyung.

Jam istirahat makan siang digunakan Eunsoo untuk menemui Jimin. Sebuah kedai jajangmyeon menjadi pilihannya. Toh Jimin juga tidak akan keberatan jika Eunsoo mengajaknya makan di tempat ini, letaknya di tengah-tengah antara rumah sakit dan kantornya. Cukup adil.

"Eoh, Jim!" Eunsoo melambaikan tangan saat Jimin memasuki restoran. Pria itu terlihat terburu-buru dan sedikit panik. Tidak seperti biasanya. Dan apa yang dikatakan Jimin saat pria itu sampai di tempat duduknya membuat nafsu makan Eunsoo menurun drastis.

"Eunsoo-ya, Taehyung masuk rumah sakit semalam."

*****

Taehyung tersadar saat sebuah tangan menyapu keningnya, begitu lembut dan hangat. Membuatnya ingin kembali terpejam, namun ia harus segera bangun. Dilihatnya Seokjin dengan jas dokter dan stetoskop yang menggantung, tengah memeriksa keadaannya.

"Kau sudah bangun, Tae?" Seokjin mengarahkan senter pada kedua mata Taehyung secara bergantian, "aku tidak menyangka kau akan bangun secepat ini. Tapi aku benar-benar bersyukur kau sudah terbangun."

"Hyung...?" ujar Taehyung begitu lirih. Bahkan dengan masker oksigen yang membantu pernapasannya kini, suaranya semakin samar. Untunglah Seokjin dapat mendengarnya dengan cukup baik.

"Sekarang apa yang kau rasakan? Kau masih merasa sesak? Bagian mana yang masih sakit?" Gelengan kepala Taehyung untuk setiap pertanyaannya membuat Seokjin bernapas lega, setidaknya keadaan adiknya sudah membaik. "Jadi, apa sebenarnya tujuan seseorang yang memiliki alergi kerang mengonsumsi kaldu kerang?"

Tatapan Seokjin benar-benar terlihat mengintimidasi Taehyung. Ia tentu khawatir pada adiknya, tapi tetap saja, kenapa Taehyung harus melakukan tindakan bodoh seperti ini?

"Untunglah semalam Hanbyul datang kerumah," sambungnya sebagai penutup.

"H- Hanbyul?"

"Ya, semalam Hanbyul datang karena Eomma memintanya menyiapkan pakaian untukmu. Beruntung Hanbyul datang di saat yang tepat dan tidak membiarkanmu sekarat."

"Huuh!" Seokjin menghela napas panjang, "Jika kau mencarinya, sekarang Hanbyul sedang tidur, Tae. Namjoon sedang menjaganya. Hanbyul benar-benar membutuhkan istirahat. Dia bahkan belum mendapatkan tidur setelah pulang dari rumah Kakek kemarin. Ditambah, semalaman dia menjagamu."

Taehyung terdiam. Rasa-rasanya tidak mungkin jika Hanbyul yang menolongnya semalam. Akal sehat Taehyung masih belum bisa menerima semua ini. Kenapa harus Hanbyul?

Namun tak dipungkiri jika Taehyung merasakan ada sengatan hangat di hatinya saat membayangkan bagaimana wanita itu masih peduli padanya. Sebuah senyum tipis terkembang di bibirnya.

Tunggu! Tidak boleh seperti ini.

Ini artinya Taehyung kalah.

Ia tidak boleh merasa senang dengan semua ini.

"Hyung, bagaimana dengan Eomma dan Appa?"

"Aku sudah memberitahu mereka. Mereka cukup terkejut saat aku bilang kau dan Hanbyul tidak bisa menyusul ke Jepang karena kesehatan kalian yang tidak baik. Mereka bahkan memintaku mengirim foto," Seokjin mengambil ponselnya. Menunjukkan foto yang diambilnya semalam saat Hanbyul menunggui Taehyung, menggenggam tangannya penuh kekhawatiran. Sekali lagi Taehyung tidak dapat menahan senyumnya, ia merasa bahagia saat mengetahui jika Hanbyul ternyata masih mengkhawatirkannya.

Bisakah semuanya kembali seperti dulu?

Taehyung ingin seperti itu jika bisa.

"Jam dua belas nanti aku akan meminta Namjoon membawa Hanbyul kemari, setidaknya Hanbyul butuh tiga jam untuk memulihkan tenaganya. Jika membutuhkan sesuatu, kau bisa memanggilku atau salah satu perwat jaga. Tadi Jimin kemari saat kau masih tertidur, mungkin dia akan mengunjungimu lagi setelah shift-nya berkhir." Ujar Seokjin secara runtut. Kakak lelaki Kim Taehyung ini memang sedikit cerewet. Dan jika terjadi sesuatu pada adiknya, Seokjin akan lebih cerewet dari biasanya.

Waktu yang berlalu terasa begitu lama bagi Taehyung setelah ia sadar. Diliriknya jam yang berada di atas dinding, baru tiga puluh menit berjalan setelah Seokjin pergi. Tidak mau hanya diam, Taehyung berusaha menggerak-gerakkan tubuhnya. Berbaring terlalu lama membuat punggungnya sakit, jadi Taehyung memutuskan untuk menekan pengatur bed otomatis yang ditidurinya kini.

"Tindakan bodoh apa lagi yang akan kau lakukan, Kim?" ujar seseorang yang kini berdiri di ambang pintu kamarnya. Menatap Taehyung begitu sinis dengan kedua mata tajamnya.

Taehyung hampir saja terbatuk karena tak bisa menahan tawanya saat melihat penampilan orang itu. Begitu pucat, mirip seperti zombie, namun terlihat menggemaskan karena marah-marah.

"Aku serius, kali ini apa yang akan kau lakukan, Tae?" ujarnya setalah duduk di atas kursi yang baru saja diseretnya.

Taehyung menepuk-nepukkan tangannya pada kasur, kemudian menegakkan telapak tangannya, berharap wanita di hadapannya ini mengerti apa maksudnya.

"Cukup?"

Taehyung mengagguk kala wanita di hadapannya menekan tombol untuk mengatur ranjangnya. Wanita itu berhasil mengerti apa yang diinginkannya, seperti biasanya. Menegakkan bagian atas ranjangnya agar Taehyung bisa sedikit meluruskan punggungnya.

"Kemarilah..." ujar Taehyung lirih.

"Kau bicara tak jelas, Tae. Kau membutuhkan sesuatu?"

Tangan Taehyung naik untuk melepas masker oksigennya, "Mendekatlah, ada yang ingin kukatakan, Byul."

"Kau bisa langsung mengatakannya, Kim Taehyung!"

"Banyak yang ingin kukataka... hhh... tapi aku tidak bisa melepas masker ini terlalu lama. Aku juga kedinginan," ujar Taehyung, tidak selirih tadi, dan Hanbyul bisa mendengarnya dengan cukup jelas.

"Kau mau aku menaikkan suhu penghangat ru - "

"Tidak perlu... hhh.. mendekatlah, banyak hal yang ingin kusampaikan padamu," Hanbyul dibuat beku dengan permintaan Taehyung. Namun menatap kedua mata sayunya, membuat Hanbyul tak bisa menolak.

Hanbyul mendekat, bergerak naik ke atas ranjang, menghadapkan posisinya dengan Taehyung sambil menatap Taehyung tepat di kedua mata.

"Terimakasih...hhh...." ujar Taehyung masih terengah. "Terimakasih karena masih peduli padaku...hhh..."

Hanbyul terdiam. Bahu kakunya mengendur dan kedua matanya meneduh. Ia merasa sedikit terkejut dengan apa yang didengarnya barusan.

Ia tidak salah dengar kan?

Kedua matanya masih menatap lekat sepasang mata sayu di hadapannya, mencoba mencari-cari sisa kebencian disana. Namun semakin dalam Hanbyul menggali, ia justru semakin jatuh dalam kehangatan dan ketulusan.

Inikah saatnya mengakhiri semuanya?

Ya, bukankah tujuannya kembali memang untuk ini?

"Kau..." Hanbyul menghela napas beratnya. Mungkin ia memang harus mengakhir semua ini. Ia sendiri tidak tahan dengan perang batin dalam jiwanya.

"Jika kau mau tahu, aku tidak pernah bisa mengabaikanmu, Tae. Aku tidak pernah bisa berhenti memikirkanmu. Apa yang sedang kau lakukan, apa kau melakukan sesuatu dengan baik, apa kau makan dengan baik, apa kau masih bertindak ceroboh, apa yang kau lakukan setelah selesai bekerja, bagaimana kau menjalani harimu, apa yang menjadi kekhawatiranmu, dan masih banyak lagi."

Sekali lagi Hanbyul menghela napas panjangnya.

"Cukup sulit untuk menahannya selama delapan tahun. Terlebih aku berada jauh darimu. Semua yang bisa kulakukan adalah menunggu dan berdoa agar kau selalu baik-baik saja. Dan sekarang, kau malah bertindak bodoh seperti ini."

Kali ini Taehyung yang dibuat bungkam dengan ucapan Hanbyul. Ia benar-benar tak menyangka jika Hanbyul masih sepeduli ini padanya. Taehyung menarik senyumnya, ia tidak bisa menahan kebahagiaan yang membuncah dalam hatinya. Tak dipungkiri Taehyung merasakan sebuah kelegan dalam hatinya.

"Saranghae!"

"Wow! Terasa sedikit aneh saat mendengarmu mengatakannya setelah sekian lama, Tae." Hanbyul menempatkan dirinya di sebelah Taehyung, kemnudian menggunakan tangan kanannya sebagai bantalan. "Geundae, nado. Saranghae!"

Taehyung melebarkan senyumnya, mendekat ke arah Hanbyul untuk memeluknya. Menempatan kepalanya pada perpotongan leher wanita ini. Ada perasaan lega karena kembalinya seseorang yang telah lama menghilang. Dan Taehyung yakin jika kali ini Hanbyul benar-benar kembali untuknya.

Nyaman. Benar-benar nyaman. Taehyung bahkan dapat mencium aroma vanilla dan citrus yang tetap sama di tubuh Hanbyul. Taehyung merindukan Hanbyulnya yang seperti ini.

"Aku merindukanmu, Byul. Benar-benar merindukanmu." Taehyung menyamankan posisinya, tangannya bergerak untuk melingkari pinggang wanita yang tengah memeluknya ini. "Dan aku senang melihatmu kembali seperti ini."

"Aku juga, Tae. Aku merindukanmu." Hanbyul menempatkan dagunya pada pucuk kepala Taehyung, "tapi kenapa kau masih sama? Kim Taehyung yang bodoh dan lemah?"

"Aku sudah berubah, Byul. Kau lihat, aku semakin kuat. Dan aku juga sudah lebih pintar. Aku tidak memakan kerangnya, hanya kaldunya saja agar efek alergiku tidak berlebihan."

"Dasar, Kim!" Hanbyul tersenyum.

"Kalung yang cantik," kata Taehyung saat menyadari sebuah kalung dengan kristal biru yang mengias leher jenjang Hanbyul, "sepertinya aku tahu darimana kau mendapatkannya."

"Tentu saja, kau pasti tahu dimana aku mendapatkan kalung ini." Jawab Hanbyul dengan tangan yang masih mengelus punggung Taehyung.

"Aku bisa memasangkannya lagi untukmu jika kau tidak keberatan."

"Dan untuk melakukannya, setidaknya kau harus sembuh Kim."

"Hum, aku akan segera sembuh Byul. Dan kuharap meskipun aku sembuh, kita bisa tetap seperti ini," pinta Taehyung dengan tangan yang mengeratkan pelukannya. "Jangan berubah lagi."

"Berada di posisi seperti ini membuatku mengantuk, Tae."

"Hum, ayo kita tidur bersama. Kau masih membutuhkan satu jam lagi untuk memulihkan kondisimu."

Tanpa keduanya sadari, seseorang di balik pintu kamar Taehyung tengah berusaha mati-matian untuk menahan suara tangisnya. Niat awalnya untuk menengok Taehyung yng tengah sakit dan menjaganya malah tergantikan dengan pemandangan menyesakkan seperti ini. seharusnya ia tak usah kemari. Eunsoo memang harus sadar diri.

*****

Waah, Hanbyul sama Taehyung mesra yaa... Huhu jadi kasian kan sama Eunsoo :(

Cu soon ~

Kiss kiss
~cill

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top