Bab 2

Jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini, yaaa💛💛💛

Selamat baca!

*****

MEGAN MENATAP Helena dengan pandangan; kenapa begitu? Ada yang salah?

Namun, Helena sudah membenarkan ucapannya. Semua itu beralasan dan bukan sekadar omongan belaka. Helena tahu segala informasi tentang Trey. Tentang skandal, keburukan, rumor-rumor lain—walau bisa dibilang laki-laki itu juga sukses dalam perbisnisannya.

Helena belum bertemu secara langsung dengan Trey, tetapi dari cerita yang beredar dari mulut Dave, Alonzo, atau Jason cukup membuatnya mengambil kesimpulan kalau Trey itu tidak baik.

"Cari laki yang lain aja. Jangan dia deh, Meg!" larang Helena.

"Lho? Kenapa?" Megan tidak sebodoh itu untuk menyia-nyiakan kesempatan ini. Trey Calson jelas jelmaan manusia muda, sukses, dan segalanya yang Megan butuhkan ada di sana. Megan tidak perlu ambil pusing dari pemikiran lainnya tentang ini. "Kalau kamu mau bilang semua ini demi kebaikanku, aku nggak nyalahin kamu. Tapi kamu juga harus tahu, aku bisa jaga diri, Helena. Kamu inget kalau ini bukan pengalaman pertamaku dalam kencan buta, kan?"

"Aku paham kalau pengalamanmu banyak soal ini. Kamu juga bisa jaga diri sendiri tanpa menerima bantuanku. Tapi, Meg, kamu harus tahu satu ini. Skandal Trey itu tersebar luas. Nggak beda jauh sama sepupuku. Alonzo. Mereka punya predikat Fudge-Man yang hobinya patahin hati perempuan seenaknya. Aku nggak mau kamu jadi salah satu korban dari mereka."

Kali ini Megan terduduk seraya bersedekap. Perlu diingatkan sekali lagi, Megan bukan tipikal perempuan yang gampang terbawa perasaan karena laki-laki. Apalagi cuma karena alasan ketampanan. Dia tidak sebodoh itu untuk membuang waktu hidupnya dengan hal tidak masuk akal. "Aku nggak menuntut komitmen. Aku cuma butuh kesenangan, duit, udah. Buang jauh-jauh pemikiran anehmu."

"Dan kamu tahu apa arti kesenangan bagi mereka? Seks! Memang mereka nggak butuh komitmen, sama kayak kamu. Cuma tadi, mereka menjadikan seks sebagai pelarian. Kamu bisa menyanggupi soal itu? Kamu mau jadi salah satu dari korban mereka?"

"Kok, kesannya kamu tahu semua tentang dia?"

"Aku udah bilang kalau sepupuku, sahabatnya si Trey. Oke, aku nggak ngomong soal Trey. Aku cuma ambil sisi Alonzo. Tante Alena bukan sekali atau dua kali curhat ke Daddy. Ada beragam cerita yang Daddy dapetin soal Alonzo yang emang kelakuannya bisa dibilang nggak baik. Terlepas dari fakta kalau dia udah punya anak. Seenggaknya itu jadi alasan kamu buat mundur dan enyah dari Trey."

"Tapi, Trey emang punya segalanya. Dia tampan, sukses, berkharisma, dandan—"

Helena memotong kalimat Megan. "Cari aja sugar daddy yang lain dengan jaminan hidupmu normal. Nggak perlu cari bujangan yang malah buat kamu korbanin hidup, Meg."

"Nggak ada salahnya buat aku coba. Aku akan tetap maju. Oke?"

Bibir Helena terbuka. Semua kosa katanya hilang sekejap dan punah. Megan sudah membulatkan tekadnya. Percuma, tidak ada yang bisa mengalihkan. Embusan napas lelah terlontar dari Helena. Perempuan itu membaringkan tubuhnya dengan mata terpejam. "Kabari aku kalau udah. Aku siap jadi telinga kamu."

***

Trey hanya sibuk mengusap bibirnya dengan telunjuk. Sesekali ia menyesap anggur putih di tangannya sambil menunggu kedatangan seseorang yang sudah disepakati sebelumnya. Trey hanya butuh waktu beberapa menit sebelum bertemu.

"I think it's you. Bener nggak, sih?"

Trey mendongak dan memaksakan senyum. Dia berdiri dan memberi pelukan singkat. Perempuan ini jelas sama dengan identitas yang diberikan. Semuanya terlihat menawan dan pas. Trey kira perempuan ini masih muda. Kalau boleh menebak, Trey akan berasumsi kalau perempuan ini masih berumur dua puluhan. Belum menjelang ke dua puluh lima.

"Megan?"

"Oh iya, saya Megan," balas Megan dengan kekehan kecil. "Dan kamu, Trey Calson?"

"Sesuai dengan informasinya." Lagipula kalau Trey butuh teman kencan, dia tidak perlu membodohi seseorang dengan memalsukan data. Biar saja mereka tahu tentang informasinya dan berpikir. Kalau sudah bertemu begini, mau tidak mau Trey mengambil kesimpulan bahwa keputusan sudah di-accept. "Silakan pesan makanan yang kamu mau. Kita mengobrol untuk proses pendekatan."

Salah satu waiters datang dan mencatat semua pesanan Trey dan Megan. Setelah waiters itu pergi dengan membawa catatan, Trey bersedekap dengan meneliti penampilan Megan. "Jadi, kamu bersedia denganku?"

"Sekadar mengobrol?"

"Oh...." Trey berusaha tersenyum. Mereka baru saja bertemu dan tidak etis kalau langsung main inti pembicaraan. "Ya, kamu benar. Kita mengobrol. Saling tahu data diri. Dan kamu bebas meminta apa saja padaku. Bukan begitu kesepakatannya?"

"Kamu benar."

"Jadi, apa aku boleh tahu umurmu sekarang?"

Megan nampak menimbangnya. Selama ini, dia selalu tidak membeberkan soal umur. Megan lebih mengutamakan kemistri dengan obrolan-obrolan ringan. Dia juga sudah mengubah penampilannya—berlagak seperti perempuan yang lebih dewasa agar memanipulasi mata laki-laki. Megan tidak ingin mereka canggung hanya karena fakta yang didapatkan kalau Megan masih sangat belia menjadi seorang sugar baby. "Apa kamu lupa kalau di Interest Thought semua ada informasinya? Termasuk umurku," balas Megan.

"Ah, aku lupa lihat soal itu. Tapi biar aku tebak. Kamu pasti berumur ... dua puluh?"

Ternyata Trey juga dapat dimanipulasi. Megan berhasil untuk yang satu ini. "Lebih dua."

"Artinya dua puluh dua?"

"Seperti itu."

"Wow," Trey berdecak kagum. "Di umurmu yang segini, sudah berapa banyak yang Interest sama kamu?"

"Lebih dari jumlah satu, kiranya," balas Megan dengan tawa. Kalaupun mereka memang sedang date, tidak menutup kemungkinan akan membeberkan semuanya. Umur dan jumlah pasangan sebelumnya termasuk rahasia. "Dan kamu bujangan yang pertama kali aku dapetin."

"Sorry?" Trey tersenyum miring. "Jadi kamu lebih prefer ke sugar daddy?"

"Kurang lebihnya ... begitu."

"Suka yang dewasa, ya, rupanya. Padahal performa 'Man Before Thirty' tidak bisa diremehkan juga."

***

Megan tidak bisa berkata apa-apa lagi saat tubuhnya terdorong oleh sapuan tangan Trey. Hanya beberapa detik mereka berpandangan. Tidak lama kemudian Trey mencium Megan. Megan kehilangan keseimbangan dan hanya mengepalkan sisi tubuhnya responsif. Trey sibuk menciumnya dengan lapar dan buru-buru.

Trey sudah tahu kalau ini yang memang akan terjadi, dan Megan terlalu polos untuk dibodohi dengan alibi ke apartemen untuk mengambil barang yang ketinggalan. Anggap saja Trey lebih mengutamakan keintiman daripada waktu bersama lebih banyak. Trey lebih suka mereka cepat mengerang bersama lalu sudah. Dia tidak perlu banyak basa-basi dan malah mempersulit keadaan. 

"Trey...." Megan menatap Trey. Trey hanya diam dan kembali menerjangnya dengan kecupan. Kali ini ke rahang, sebelum berpindah ke leher. "Aku nggak bisa."

"Apa maksud kamu?"

"Semua ini nggak ada dalam perjanjian."

"What?!" Trey yakin dia salah dengar. Megan telah merusak semua angan-angan di kepalanya. "Kita harus melanjutkan. Kamu ikut aku masuk!"

Gelengan Megan hanya sebatas angin lalu karena Trey sudah menarik tangannya. Megan menyentak tangan Trey. "Kalau kamu kira aku menyetujui untuk seks, aku mundur! Aku mau kita sudahi ini!"

"Jangan konyol!" Trey memelotot marah. "Kamu kira aku laki-laki yang mudah dibodohi dengan semua omongan kamu?"

"Aku nggak bohong! Karena itu perjanjiannya!" Megan mundur selangkah saat Trey mulai maju. Dia merasa ada sofa di belakangnya. Tubuhnya limbung dan ambruk. "Satu langkah lain, akan ada—"

"Mengancamku?"

"Aku serius!"

"Aku lebih dari itu." Trey langsung melepaskan jasnya dengan cepat. Dasinya dia lemparkan. Dilanjutkan dengan melepas seluruh kancing kemejanya hingga ia telanjang dada. "Kamu tertarik denganku, dan aku tertarik padamu. Kita saling setuju dan itu artinya kita menyepakati untuk tidur bersama."

"Tidak ada seks di antara kita!"

"Kamu benar-benar bikin aku ketawa!" Tawa Trey berderai. "Jadi ini yang biasa kamu lakukan ke laki-laki lain yang lebih berumur? Menerima ajakan mereka makan malam. Ngobrol ini itu. Lalu ujungnya menolak begitu saja tanpa ada alasan yang jelas? Kamu gila! Mereka sudah rela membayarmu. Kenapa untuk satu malam saja kamu—"

"Jaga mulut kamu, Brengsek!" sentak Megan.

"Buat apa aku jaga ucapan kalau memang itu kenyataannya?"

"Tapi semua itu beda dan—fuck!" Megan meronta dari beragam serangan Trey. Laki-laki itu berhasil menariknya berdiri. Megan merasa rambutnya ditarik dengan jambakan keras. Membuatnya mendongak dan nyaris menangis. "Aku. Bukan. Jalang. Tolong lepasin aku!"

Megan bangkit berdiri. Sayangnya, Trey kembali menahan tubuhnya hingga tidak bisa berkutik. Megan berlutut. Trey langsung melepaskan sabuk celananya cepat. Berlanjut ke resleting hingga ke bokser hitam. Semuanya berakhir teronggok mengenaskan di lantai. "Beri aku orgasme dengan mulutmu."

Megan merasa badannya gemetar. "Aku ... nggak bisa."

"Tidak ada ceritanya pelacur yang tidak bisa melakukan ini!" bentak Trey. "Lakukan sekarang!"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top