Bab 13
Halo semuanya. Senangnya bisa menyapa kalian di sini lagi hari ini.
Sebelum baca, jangan lupa buat tinggalkan jejak berupa vote dan komentar kalian di sini. Share juga ke media sosial atau teman-teman kamu agar Helena dan Trey bisa dikenal lebih banyak orang💛💛💛
Kamu juga bisa follow akun Wattpad atau Instagramku (sephturnus) supaya nggak ketinggalan naskah lainku nantinya hehe.
Selamat baca!
*****
HELENA SUDAH menduga kalau membawa Trey ke rumah adalah ide yang buruk. Dia mendapati tatapan penuh selidik dari Dave saat menapaki tanah. Helena beranjak maju, tetapi tidak lama dia diam lagi. Apa Daddy-nya marah?
"Oh, hai!" Sapaan Trey mengejutkan Helena. Kedua alisnya terangkat saat menyadari Trey sudah maju dan mengulurkan tangannya ke Dave. Dalam rasa cemasnya, Helena memberanikan diri untuk mendekat. Trey bertanya, "Bagaimana kabarmu?"
Dave menatapi tangan Trey selama lima detik, sebelum beralih ke dua wajah di depannya. Alih-alih menanggapi pertanyaan Trey, dia malah berdeham dan menatap Helena. "Dan kamu, Helena, ada yang ingin dijelaskan ke Dad?"
Trey mendengkus tidak percaya, menarik tangannya lagi. Sementara Helena bersusah payah buat tenang. Dia tidak terbiasa diinterogasi oleh Dave di depan orang lain. "Aku—"
Trey memungkas, "Bisa kita mengobrol sebentar, Pak?"
"Saya sedang bicara ke Helena. Tolong jangan asal memotong pembicaraan. Tidak sopan!" Dave menatap Trey tajam, memberi peringatan bahwa Trey tidak bisa seenaknya.
"Kalau begitu, sori," balas Trey. "Aku cuma ingin memberitahumu hal penting. Tidak lama, kok. Aku berani jamin. Dan setelah itu, kamu bisa kembali menginterogasi Helena."
Kalau Dave tidak ada di depannya sekarang, Helena sudah pasti bakalan mendorong atau apa pun itu asal Trey segera bungkam. Dengan Trey bersikap berani begini, besar kemungkinan Daddy-nya marah. Dan kemarahan itu, jelas membuat Dave semakin irit bicara. Helena tidak menyukainya.
"Oke," Dave mengangguk. "Kamu bisa bicara di sini."
Trey menggeleng. "Hanya empat mata."
Dave mendengkus. "Oke. Hanya sebentar!"
Trey mengangguk kecil, lalu maju duluan. Namun, tidak terduga, Dave malah menjulurkan satu kakinya hingga membuat Trey tersandung lalu jatuh. Melihat itu, tidak ayal membuat Helena ingin tertawa. Kapan lagi coba melihat Trey diperlakukan seperti ini? Hanya Daddy-nya saja yang berani. Tetapi, dia menahannya karena situasinya tidak tepat.
"Ini apaan, sih?" Trey menggeram lalu bangun. "Anda tidak lucu, Pak!"
"Ya kamu pikir saya komedian?" balas Dave untuk Trey, lalu beralih memerintahkan Helena. "Dan kamu, masuk kamar sekarang. Jangan keluar ke mana pun sebelum Daddy masuk nanti. Ngerti?"
Helena mengangguk patuh kemudian pergi. Sayangnya baru beberapa langkah, lengannya dicegat oleh Trey. Helena bisa merasakan napas hangat Trey di tengkuknya. "Kenapa Papamu rese sekali, sih?" tanyanya. "Tidak heran juga kalau kamunya begitu."
"Ish! Sana!"
"Ehem!"
Dehaman dari Dave membuat Trey langsung lari. Dia menuju halaman belakang rumah Dave sambil memerhatikan detailnya. Besar. Rapi. Hijau. Cocok sekali untuk tipe-tipe rumah pebisnis yang sangat membutuhkan ketenangan ketika memutuskan kerja di rumah. Trey memperhatikan pohon mangga di depannya. "Kayaknya enak juga kalau musim panen. Bisa nyemil mangga terus."
"Kamu kira keluargaku kelelawar?"
Trey langsung menoleh. Dave sudah datang dengan membawa dua kaleng minuman. "Wow," kata Trey. "Di antara itu ada yang untuk aku, kan? Kalau begitu, kesinikan. Mumpung aku sudah haus, Pak."
Dave berdecih sembari duduk. "Pede sekali!"
"Heh?" Trey melongo. "Lalu apa?"
"Ya buatku semua, lah."
Trey kembali melongo. Dua kaleng kola sekaligus? Dia tidak menyangka Dave bakal serakus itu.
"Kamu mau, tidak?"
"Heh?" Dan ketika menyadari Dave akan melempar satu kaleng kola itu ke kolam, Trey buru-buru menahannya. "Jangan dibuang! Aku mau meminumnya!"
Akhirnya, kaleng kola itu berakhir untuk Trey. Dave menatap lurus ke depan. "Jadi, apa pembicaraan empat mata yang kamu maksud?"
"Ah, sebentar, izinkan aku untuk minum dulu."
"Waktumu tersisa sembilan menit dua puluh detik."
"Jadi begini...."
"Sembilan menit sepuluh detik."
Trey menoleh dengan mata memicing. "Serius? Hanya sepuluh menit?"
"Harusnya lima menit."
"Oke." Trey buru-buru menarik napas, menaruh kaleng kolanya. "Sebelum itu, aku mau tanya dulu, apa Helena mempunyai pihak yang tidak menyukainya? Seperti ... musuh?"
Dave hanya mengernyit tidak mengerti.
"Dari teman sekolahnya? Rekan kerja kamu? Atau ... siapa gitu?" lanjut Trey.
"Apa yang sebenarnya kamu bicarakan, sih, Calson?" tanya Dave.
"Dia hampir celaka tadi." Trey melirik Dave yang masih terdiam. Namun, Trey tahu kalau lelaki itu sedang mengalami rasa bingungnya bercampur cemas. "Ada yang berusaha menembaknya saat kami keluar dari sebuah kafe. Tepatnya di pelataran Uptown."
Dave harus bertanya soal ini pada Helena. Penembakan seperti ini bukan lagi masalah yang sederhana karena sudah menyangkut nyawa. Lelaki itu mendongak, menenggak lagi kolanya. Apa mungkin hal ini ada kaitannya dengan kekuasaan?
Trey kembali bicara. "Tapi, Anda tidak perlu mencemaskannya. Peluru itu malah meleset ke belakang. Tidak ada korban jiwa. Helena hanya mendapati lecet kecil di dahinya. Itu pun sudah aku obati."
"Kamu tahu siapa dalangnya?"
"Tidak. Aku belum bisa menyimpulkan untuk sekarang-sekarang. Namun, sebelum mobil itu melaju cepat, aku sempat melirik velg-nya. Black full polish undercut red."
Dave memejam. Ketika satu penembakan itu benar-benar dilakukan artinya masalah sudah didatangkan. Dan Dave tidak bisa membiarkan ini terjadi. Keluarganya serta-merta adalah tanggung jawabnya. "Bagaimana kalau penembakan tadi sebenarnya menyangkut kamu?"
"Wait, apa kamu berpikiran kalau penembakan tadi sebenarnya untukku?"
"Kita tidak bisa menutup kemungkinan yang lain, kan?"
***
Trey tidak bisa menghiraukan kata Dave. Mungkin benar saja, bisa jadi si pelaku itu sebenarnya mengincar dirinya dan hanya sedang memainkan titik fokusnya ke Helena. Namun, meskipun begitu tetap saja tidak boleh terjadi. Kalau pun dia yang diincar, maka dialah saja yang kena. Jangan malah melibatkan yang lain.
Trey memijat dahinya pelan. Dia tidak bisa membiarkan semua ini begitu saja dan malah berakhir kacau. Dia mencari kontak Charles, lalu meneleponnya. Perlu waktu sepuluh detik untuk menunggu.
"Halo, Char?"
"Ya, Bos? Ada yang bisa saya bantu?"
"Tugaskan pada Senne untuk mengirimkan dua pasukan keamanan padaku. Bawa mereka ke kantorku besok. Akan kuceritakan semuanya."
"Baik, kalau begitu."
"Dan Charles?"
"Ya?"
"Pasang mode anti peluru di seluruh kaca, badan, serta ban mobilku. Ah, dan jaketnya juga. Sementara hanya itu. Aku tutup."
Lalu Trey keluar dari mobilnya. Dia melepaskan jas serta dasinya kemudian membuka pintu utama rumahnya. Namun, sebuah kertas yang tergeletak di lantai berhasil menyita perhatian. Trey memungutnya dan menemukan sebuah kata di sana.
"Elen? Siapa, sih?" gumam Trey, lalu dia menemukan penampakan sebuah punggung di depannya. "Matt, itu kamu?"
Matt mengangguk. Penampilan rambutnya baru seperti usai dicukur. Dia berbalik dan menghampiri Trey yang kini sedang duduk sembari mencopot kaus kaki. "Baru pulang kamu?" tanyanya.
"Ya begitulah."
"Habis ke mana?"
Trey lantas mengernyit. Matt tidak biasanya bertanya begini. Sebelum ini, Trey juga kerap kali pulang larut malam, atau tidak pulang sama sekali—dan Matt tidak bertanya apa pun. Lah ini? "Tumben tanya begitu. Kenapa?"
"Jawab saja pertanyaanku." Matt duduk di sebelah Trey. Dia menaruh kedua telapak tangannya di paha.
"Hanya mencari angin."
"Sendirian?"
"Matt?" Trey tidak tahan lagi. "What's wrong with you?"
"Harusnya itu yang jadi pertanyaanku!" sembur Matt dengan nada menyindir. Pandangannya terkesan menyelidik. "Kenapa kamu malah bersama Helena lagi?"
"Heh?" Trey melebarkan mata. "Kamu tahu?"
"Lokasi kalian sama. Uptown," balas Matt. "Apa yang kalian lakukan?"
"Apa aku harus menjawabnya?"
"Ya, tentu saja." Matt mengangguk. "Terlebih kamu dan Helena memang tidak sedekat itu."
"Well, kamu mengetahuinya."
"Jangan dekati dia."
"What?" Trey menyeringai. "Kamu tadi memperingatiku, ya? Hei, Matt, aku ini Kakakmu!"
"Kamu pikir aku bercanda?" Matt meraup wajahnya sendiri. "Kalau kedekatan itu memiliki tujuan lain, maka hentikanlah, Trey. Jangan Helena."
"Maksud kamu apa? Maksud lain apa?"
"Hanya itu yang bisa kamu lakukan agar semuanya baik-baik saja."
"You're ridiculous!"
"Ini semua untuk kebaikan kita bersama, oke? Kamu bisa bersenang-senang dengan perempuan lain, Helena terbebas dari jangkauanmu, dan aku bakal berhenti memperingatimu seperti ini." Matt melirik Trey sebentar sebelum bangun. Tanpa membalikkan badannya, dia melanjutkan, "Lagian, untuk apa, sih, kamu melakukan ini? Kamu tidak mungkin tertarik dengannya, kan? Kamu jelas-jelas bilang dia bukan tipemu sama sekali!"
"Dan semisal sekarang sudah berubah, bagaimana?" tanya Trey. Matt di sana langsung membeku. "Apa kamu siap bertarung denganku, Matt?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top