Prolog
Berdiri anggun dengan gaunnya yang indah. Rambut kelam bergelombangnya yang menjuntai bebas memperelok parasnya. Senyuman tipis itu selalu memukai para lelaki, membuat mereka menginginkan putri mahkota sebagai pendamping hidupnya.
Tak hanya paras menawannya, tetapi sikapnya yang ramah dan ayu membuat para lelaki menginginkannya lebih lagi. Dialah Putri Mahkota kerajaan Dunbroch, putri sulung dari Raja Fergus dan Ratu Elinor.
Dibesarkan dengan telaten oleh Sang Ratu, Putri Mahkota menjadi putri yang paling berpengaruh atas keputusan hukum kerajaan.
Bakatnya, otaknya, keanggunannya, menjadi tolak ukur kecantikan negara itu.
Apa yang tak bisa dilakukan olehnya?
"Putri Merida!" seru seorang penjaga ketika Putri Mahkota berjalan melewati mereka.
Merida, atau biasa dipanggil Phoebe, mengangguk. "Sudah kubilang kamu boleh memanggilku Phoebe."
Penjaga itu mengangguk, kembali berdiri tegak setelah Phoebe menyentuh pundaknya. "Ada seorang rakyat yang beberapa hari ini selalu meminta untuk bertemu dengan Anda. Saya tidak sempat menanyakan situasinya kepasa Anda karena kesibukan yang Anda miliki."
Phoebe tersenyum. Dia menanyakan apakah Penjaga mengetahui tujuan dari rakyat itu datang kemari, kemudian dijawab bahwa rakyat tersebut memiliki sebuah keluhan.
Dengan begitu, dengan senyuman dan sebuah anggukan pelan, Phoebe berkata untuk pergi mencari rakyat itu dan membawanya berhadapan dengan Phoebe.
Seperti itu, adalah Putri Mahkota yang dikagumi banyak orang. Yang dipuja, disayang, dihormati, diinginkan. Phoebe adalah seorang Putri Mahkota tercantik, paras maupun hatinya.
Hanya saja, kecantikannya itu hanya terpancar dari senyumnya yang manis.
Karena hanya itu yang bisa orang-orang lihat.
Karena sebagian wajah Phoebe, meliputi mata dan hidung, tertutupi rambutnya sendiri.
***
241 kata.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top