Phoebe: Jiwa yang Beradaptasi

In the end of the day, the mistakes you've done are what made you the "you" we know.

***

Jiwa manusia Elinor hilang entah ke mana. Sosok beruang yang ada di sungai saat ini bukanlah ratu dari Negeri DunBroch. Beruang tersebut berbalik, berjalan perlahan mendekati Evan dan Phoebe.

Dia mengendus-endus, memiringkan kepala ketika Evan berdiri di hadapan sang putri. Bukannya panik, Phoebe malah mendorong Evan ke samping. Ia risih, tidak menyukai fakta bahwa Evan mencoba untuk melindunginya dari Elinor.

Senyum cantiknya yang tipis kini sirna. Seolah perasaan baik yang selalu menenmpel dengan sang putri kini terbang begitu saja. Tangan kanannya terjulur, mengusap pipi si beruang di hadapan.

"Ini aku, Ibu," bisiknya tenang. Tak ayal apabila penduduk Negeri DunBroch teramat mengidolakan Phoebe, agaknya gadis tersebut tidak memiliki ketakutan dalam hati.

Menyentuh wajah seekor beruang walau ia hanya manusia yang dikutuk tetap saja beresiko. Evan bahkan sempat ketakutan, tangan kanan telah bersiap mengeluarkan pedang tetapi lengannya enggan bergerak.

Karena dalam benak sang pangeran, beruang di hadapannya tetap seorang ratu ; ibu dari Putri Merida Phoebe Beathan.

Tak ada reaksi dari si beruang, kedua bangsawan pun hanya berdiam menunggu respon. Beberapa saat setelah Phoebe melepas elusannya, sepasang manik si hewan liar penghuni hutan Negeri DunBroch kembali berubah.

Phoebe dapat merasakan kehadiran sang ibu di hadapannya, hidup sehat walau berwujud beruang. Elinor meraung, kepalanya ia telengkan. Agaknya, sang ratu tidak tahu apa yang baru saja terjadi.

"P-Putri ... Putri Phoebe, sebaiknya kita per---"

Sang putri memotong. "Tidak, Tuan Evan. Kita tidak akan pergi ke sana."

"Akan tetapi, Ratu Elinor sudah---"

"Ibuku baik-baik saja. Bukankah ini juga permohonanmu? Permohonan itu sudah terkabul, sayangnya milikku belum. Biarkan aku menyelesaikan ini."

Tidak dapat dipercaya, Phoebe menolak saran Evan. Kini, Evan tidak dapat menepis pikiran bahwa sang tunangan tidak benar-benar menyayangi orang sekitar termasuk ibunya sendiri.

Ia hanya ingin kebebasan, dan itu cukup baginya untuk hidup. Tidak apa-apa tak memiliki harta maupun keluarga, asalkan bebas.

Tidak apa-apa tidak memiliki teman atau baju-baju mewah yang biasa mereka kenakan, asalkan bebas. Apakah sebesar itu keinginannya untuk terbebas dari belenggu darah bangsawan turun temurun?

Elinor meraung, seolah bertanya apa yang sedang mereka bicarakan.

Senyuman tipis terlukis pada wakah semulus porselen milik Phoebe. "Tidak ada, Ibu. Bukankah kita sebaiknya bersembunyi lebih jauh ke dalam hutan? Agak para penjaga tidak mudah menemukan kita."

"Ah, Putri Phoebe benar. Kita tidak bisa diam di satu tempat bila sedang dalam pelarian," imbuh Evan. Ia berdiri di samping Phoebe, menatap kedua netra Ratu Elinor langsung.

Sebagaimana yang telah mereka katakan, pergilah dua orang dan seekor beruang ke arah barat. Berjalan menyusuri tanah yang sedikit basah, menginjak ranting-ranting rapuh serta dedaunan kering.

Beruntung bagi mereka, tak ada hewan liar lain berkeliaran. Kicauan-kicauan burung terdengar, pagi mereka dimulai. Bunga-bunga biru kemudian nampak, walau tidak seterang saat malam hari.

Phoebe agaknya mengikuti arah bunga-bunga itu dan Evan menyadari. Beruang di samping mereka tidak meraung sekali pun. Gelisah, sang pangeran sesekali mencuri pandang pada kedua manik si beruang.

Masih terlihat seperti mata manusia. Tidak masalah, tidak ada yang harus ditakutkan. 

"Putri Phoebe," panggil Evan. Hanya dengan satu gelar mengikuti sebuah nama, senyuman simpul sang putri sirna.

"Aku akan sangat mengapresiasi apabila kamu, Tuan Evan, berhenti memanggilku putri. Bukankah kautahu sebutan itu sangat tidak kusukai?"

Anggukan singkat diberikan Evan. "Phoebe. Maukah kau menjelaskan bagaimana bisa Persephone menyihir Ratu menjadi beruang? Aku tidak mengira ia akan melakukan sihir ini ketika permohonanku adalah untuk melihat Mor'du kembali hidup."

"Aku mengerti kebingunganmu, Tuan Evan. Kau berpikir bahwa berubahnya Ibu menjadi sosok beruang tidak ada sangkut pautnya dengan Mor'du, apalagi beruang legenda itu tidak terlihat seperti ibuku.

"Akan tetapi, tahukah kamu keberadaan beruang di Negeri DunBroch sekarang sudah menipis? Itulah mengapa toko Persephone disebut toko antik, karena karya-karyanya bertemakan beruang.

"Rakyatku sudah lama hilang minat, padahal dahulu, salah satu cita-cita yang kupegang adalah untuk melestarikan budaya DunBroch. Kami hidup dengan gaya nyentrik, beruang merupakan inspirasi bagi kami.

"Bukankah menyedihkan? Hanya karena legenda Mor'du, sebagian besar rakyat membenci beruang. Mereka membantai, menghabiskan makhluk karnivora tersebut."

Evan mengerjap, tangan kanannya mengelap keringat yang mengalir di pelipis. "Karena Mor'du?"

"Iya, karena Mor'du," beo Phoebe.

Sang pangeran dari Negeri Inggris tak pernah berpikir legenda Mor'du berdampak sebesar itu. Yang namanya budaya dan adat biasanya sulit untuk hilang, perlu sesuatu dengan dampak besar yang rakyat alami.

Mengenai kebingungannya, Evan berasumsi ia tak mengerti mengapa Mor'du bisa melenyapkan suatu adat dari Negeri DunBroch hanya karena dikutuk dan muncul di depan khayalak beberapa kali.

Sejauh ini, permohonannya untuk melihat Mor'du secara langsung belum terkabul. Mendapati calon mertua berubah menjadi beruang bukanlah hal yang sama.

***

Hilang.

Interior dan barang jualannya telah hilang, Persephone tidak bisa ditemukan dalam toko. Yang tersisa di sana hanya sebuah kuali besar berwarna hitam, letaknya ada di tengah-tengah ruangan, memenuhi.

Tiga buah cangkir berisi cairan warna-warni berada di atas sebuah meja, disertai secarik kertas tertulis. Phoebe meraih kertas tersebut, membacanya dengan cepat.

Sang ratu tengah menunggu di luar, sesekali mengintip putrinya dari jendela. Ia kebingungan, apa gerangan yang dilakukan sang anak. Apa pula yang sedang mereka lakulan di tengah-tengah hutan dalam rumah terbuat dari batu berlumut macam itu?

Sementara itu, Evan tengah membaca surat itu juga. Di sana tertulis bahwa Persephone sedang pergi ke suatu tempat dikarenakan keperluan pribadi. Ia tahu bahwa Evan dan Phoebe akam kembali, maka ditinggalkannya pesan untuk apa yang mereka cari.

Persephone berpesan untuk memasukkan tiga cairan dalam cangkir di atas meja ke dalam kuali dengan urutan biru, kuning, dan merah.

Maka dilakukanlah apa yang Persephone instruksikan. Asap hijau mengepul, cahaya meledak. Ada bayang-bayang Persephone di atas kuali, melihat ke arah mereka seolah ia juga ada di sana.

"Halo, Yang Mulai. Saya tahu Anda berdua akan kembali kepada saya, terapi dikarenakan kesibukan, saya tidak bisa hadir di sana untuk membantu langsung.

"Saya menebak Anda ingin mengembalikan keadaan, maka lakukan apa yang saya instruksikan. Pergilah, menuju tempat yang paling hangat. Kemudian ikat tali takdir yang telah rusak, sinari dengan cahaya paling temaram."

Dengan begitu, bayangan Persephone menghilang. Evan terkesiap, betapa ajaibnya pengalaman yang ia rasa. Pupilnya melirik, menelisik wajah Phoebe dari samping.

Ia menemukan sang putri tengah tersenyum tipis, menatap langit-langit gua sejenak, lalu menoleh kepadanya.

"Kita tidak perlu mematuhi Persephone, Tuan Evan."

Eh?

***

1.032 kata.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top