⊞Chap 6
Note :
Terdapat kata mengandung kasar, dimohon untuk bijak dalam menyikapinya dan semoga terhibur
"Iori, aku ingin menanyakan sesuatu."
"Kau ingin menanyakan apa?"
[Name] mengulurkan tangannya ke arah Iori yang berada di atas meja samping tempat tidur, saat ini mereka bertiga telah kembali ke kerajaan dan menjalankan aktivitas masing-masing. Iori menurut, kedua kakinya ia gerakkan menuju tangan [Name] lalu menaikinya. Segera [Name] membawa tangannya mendekati wajah cantiknya itu, menatap Iori dengan rasa ingin tahu.
"Bagaimana sifat ratu di dunia ini?" tanyanya ingin tahu.
Iori tampak berpikir, mengingat apa yang diketahui mengenai sifat ratu ini.
"Sifat ratu ya ...," gumamnya pelan namun masih bisa didengar oleh [Name]. Wanita itu mengangguk cepat, masih menunggu jawaban yang akan dilontarkan dari burung biru menggemaskan itu.
Sekian lama Iori berpikir, akhirnya ia membuka suaranya, memberikan jawaban yang membuat [Name] ingin memukulnya.
"Aku tidak tahu," jawab Iori.
[Name] menatap Iori dengan datar, tangan satunya sedikit terangkat, bersiap memberikan pukulan untuknya. "Kau ... menjawabnya begitu singkat dan tanpa rasa bersalah, hn? Aku rela menunggumu memberikan jawaban yang sesuai dengan harapanku, tetapi ... malah sebaliknya," desisnya menahan marah.
Iori hanya membalas tatapan [Name] dengan datar, "Siapa suruh membayangkan jawaban yang aku lontarkan sesuai harapanmu?"
"Tidak ada."
"Ya sudah, jangan terlalu berekspetasi akan hasilnya. Eskpetasi dengan realita jaraknya amat jauh, kecil kemungkinan ekspetasi tersebut menjadi realita."
[Name] berdecak pelan, hal itu membuat Iori membulatkan matanya. "Kau berdecak?!"
"Memangnya kenapa jika aku berdecak?" tanya [Name] dengan alisnya terangkat sebelah.
"Aku tidak menyukai itu!"
"Lantas apa hubungannya aku berdecak pelan dengan kau tidak menyukainya?" tanya [Name] lagi dengan raut wajah mengejek.
"Intinya aku tidak menyukai hal itu!"
[Name] mengangkat bahu acuh tak acuh, "Aku tidak peduli, suka-suka aku dong mau berdecak atau tidak. Kenapa kau mempermasalahkan hal itu? Lagipula memangnya kau bisa melakukan apa? Menghukumku?"
Iori sangat marah, terlihat dari matanya yang menyipit. [Name] tersenyum penuh ejek dan kemenangan, merasa berhasil membuat burung biru itu marah. "Tuh'kan, kau hanya bisa marah. Menghukumku saja tidak bisa," ujarnya mengejek.
Dengan segera Iori mematuk lengan [Name] dengan paruhnya, lalu mengepakkan sayap menghindari amukan dari wanita itu. Bagaimana dengan [Name]? [Name] lantas berjengit kesakitan, tangan satunya memegang lengan yang dipatuk oleh Iori. "Akh! Sakit, bodoh! Dasar burung jahanam!" makinya sembari mengaduh kesakitan.
Iori yang melihat hal itu menatap datar, ingin rasanya ia tersenyum penuh kemenangan. Namun apa daya, ia hanyalah seekor burung biru yang indah dan menggemaskan jika dipandang.
"Apa peduliku?"
[Name] menatap Iori yang masih mengepakkan sayap dengan tajam, tangannya menunjuk ke arahnya sembari mulutnya mengeluarkan kata mutiara. "Sialan, kemari kau, Iori! Akan ku jadikan kau sebagai hidangan pembuka, burung penyet!" serunya marah.
"Sudahlah, jangan marah melulu. Cepat tua baru tahu rasa," ucap Iori tanpa rasa bersalah. [Name] melotot ke arahnya, "Sialan, awas saja kau."
"Omong-omong, [Name]." Iori kembali menginjakkan kakinya di meja samping tempat tidur milik raja dan ratu, menatapnya dengan serius. [Name] melirik ke arahnya, lalu kembali menatap ke arah lengannya. "Apa?" ketusnya.
"Apa ada perubahan sifat darimu?" tanya Iori dengan serius. [Name] mengernyit tidak mengerti, "Maksudmu apa?"
Iori menghela napas lelah, "Apa ada perubahan sifat yang kau rasakan? Misalkan di dunia asalmu itu pemalu tetapi di dunia ini menjadi pemberani, apa kau merasakannya?"
[Name] terdiam, kembali mengingat apakah ia merasakannya atau tidak. "Sepertinya iya, aku merasakan perubahan sifat saat ini. Tetapi entah sifat apa yang berubah," ucapnya membuat Iori mengangguk pelan. "Syukurlah," gumam Iori.
"Memang kenapa kau bertanya seperti itu?" tanya [Name] penasaran.
"Tidak ada, hanya saja cara ini berhasil."
[Name] hanya terdiam, berusaha mencerna maksud dari ucapan Iori. Tak lama kemudian, ia tersenyum tipis. "Kau benar, ini berhasil."
TBC
575 kata
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top