「❀」Chap 4
Mentari fajar mulai menampakkan diri sambil memancarkan cahaya lembut, para burung terbangun dan mulai berkicau menyambut indahnya hari ini. Aktivitas di sekitar lingkungan Kerajaan Rivalle mulai terlihat, dari satu rumah ke rumah lainnya bermunculan orang-orang untuk pergi ke sawah, berdagang ataupun membeli. Para nelayan kembali pulang ke dataran, membawa satu tempayan besar berisi hasil tangkapan laut. Pancaran bahagia terlihat di wajah lelah para nelayan, merasa bersyukur atas tangkapan mereka hari ini.
Mari kita lihat di Kerajaan Rivalle, di sebuah taman kerajaan terlihat seorang wanita cantik mengenakan gaun biru muda dengan bintik-bintik putih sedang melihat keindahaan taman itu. Di belakangnya terdapat satu orang pelayan yang setia melakukan perintahnya, [Name], wanita itu tersenyum cerah sambil melangkahkan kakinya menuju salah satu bunga yang menarik perhatiannya, bunga lily biru. Tangan putihnya menyentuh kelopak bunga itu, senyum cerah masih berada di wajahnya.
"Cantiknya bunga ini," ucapnya memuji. Ia sedikit berlutut, mendekati hidungnya ke bunga lily itu lalu menghirup aromanya, "Aromanya juga wangi, aku menyukainya."
Pelayan di belakangnya menatap sambil tersenyum tipis sekaligus heran, tersenyum tipis karena [Name] menyukai bunga itu sekaligus heran karena perubahan sikap mendadak darinya. Rasa penasaran perlahan muncul, ingin sekali bertanya tetapi tidak jadi dikarenakan perbedaan kasta.
"Nona, apa nama bunga ini?" tanya [Name] tiba-tiba sembari menghadap pelayan itu dengan tangan masih menyentuh kelopak bunga. Pelayan itu tersentak sesaat lalu menjawabnya dengan segan, "Itu adalah bunga lily, Yang Mulia Ratu."
"Bunga lily?" beo [Name] dibalas anggukan pelan dari pelayan. "Begitu ya ... aku menyukai bunga ini, tetapi bukankah bunga lily berwarna putih?"
"Benar, Yang Mulia Ratu. Bunga lily memang berwarna putih, tetapi ada juga bunga lily berwarna biru seperti yang Anda lihat." Tangan pelayan itu menunjuk ke arah bunga lily biru lalu menurunkannya kembali. [Name] ber-oh ria sambil mengangguk pelan, mata cokelat madunya kembali menatap bunga itu dengan perasaan suka. Ia kembali menatap ke arah pelayan itu sembari tersenyum lembut. "Siapa namamu?" tanyanya sambil bangkit dari posisi sedikit berlututnya. "Nama saya Gladisa, Yang Mulia Ratu." Pelayan itu, Gladisa memberitahu namanya. [Name] kembali mengangguk pelan, "Gladisa, terima kasih telah menemaniku di sini, kau boleh meninggalkanku sendiri di sini."
Gladisa mengerutkan dahinya sebentar lalu menggeleng pelan, "Maaf, Yang Mulia Ratu. Saya tidak bisa meninggalkan Anda, karena tugas saya adalah menemani dan melayani perintah Anda." [Name] masih tersenyum tipis, melangkah sebanyak 4 langkah ke arahnya lalu berhenti. "Kalau begitu, bisakah kau memanggil Riku untuk datang ke sini? Katakan padanya bahwa aku telah bersiap untuk menemaninya berjalan-jalan," pintanya lembut dibalas anggukan patuh dari Gladisa. "Baiklah, Yang Mulia Ratu."
Gladisa mulai pergi meninggalkan [Name] sendiri di taman untuk menemui Riku dan menyampaikan pesannya. Sepeninggalan Gladisa, [Name] kembali menatap bunga itu, berjalan ke arahnya lalu berlutut di hadapannya. Tangannya meraih kelopak bunga, mengusapnya dengan lembut. Pikirannya mulai memunculkan sebuah pertanyaan mengenai bunga di hadapannya, ia ingin bertanya lagi tetapi kepada siapa? Di tengah memikirkan pertanyaan itu, sebuah suara mengejutkan dirinya.
"Apa yang sedang kau pikirkan?"
Wanita cantik itu menoleh ke kanan dan kiri demi mencari sesosok yang telah mengejutkan dirinya, "Siapa kau? Kau ada di mana? Jangan bersembunyi dariku!"
"Aku berada di sebuah pohon rindang sebelah kirimu, [Name]."
[Name] segera mengikuti petunjuk dari suara itu, dengan segera ditolehkannya ke arah kiri lalu mendongak ke atas. Sekilas terlihat seekor burung biru di salah satu ranting kokoh pohon itu, ia menyipitkan matanya guna melihat lebih jelas lagi. "Kau ... Iori, kan? Burung biru yang semalam berada di kamarku?" tanyanya setelah mengetahui bahwa itu memang benar seekor burung biru. Burung itu mengangguk pelan, kedua sayapnya perlahan mengepak untuk turun ke bawah dan menginjakkan kedua kakinya di rerumputan taman. "Benar, [Name]."
[Name] menatap Iori dengan berbinar, merasa jika ia bertemu dengan orang atau makhluk hidup yang tepat untuk ditanyakan. Merasa heran dengan tatapan tersebut, Iori membuka suaranya untuk bertanya. "Ada apa kau melihatku seperti itu?" tanyanya heran. [Name] menggeleng, "Tidak, hanya saja aku ingin bertanya padamu."
"Bertanya apa?"
"Ini ... apa benar bunga ini bernama bunga lily?" tanya [Name] sembari melirik ke arah bunga yang dimaksud. Iori mengikuti lirikan tersebut, menatap bunga itu lalu mengangguk pelan. "Benar, itu namanya bunga lily," jawabnya membuat wanita cantik di hadapannya mengernyit. "Bukankah bunga lily berwarna putih saja? Kenapa ada bunga lily berwarna biru?"
Iori menghela napas sebentar, kembali menatap [Name] dengan tajam. "Kau ini belum pernah mendatangi taman bunga atau toko bunga ya?" tanyanya datar. [Name] mengangguk pelan sembari tangan satunya menggaruk pipi yang tak gatal, "Iya, aku belum pernah mendatangi dua tempat yang kau sebutkan tadi."
"Dasar! Lain kali kau datangi dua tempat itu atau paling tidak bacalah buku tentang bunga," ujar Iori sedikit ketus membuat [Name] cemberut. "Aku 'kan hanya bertanya, kalau kau tidak mau menjawab juga tidak apa-apa. Aku akan bertanya dengan kaa-san nanti," balasnya ngambek.
Iori kembali menghela napas, menyiapkan kesabarannya untuk menghadapi wanita ini selama satu bulan. "Setahuku, bunga lily memiliki setidaknya lima warna yang berbeda. Di antaranya warna jingga, kuning, putih, merah dan biru. Masing-masing warna memiliki makna tersendiri," tuturnya membuat [Name] kian penasaran. "Apa makna dibalik kelima warna berbeda itu, Iori?"
"Aku tidak tahu."
"Hee ... kukira kau tahu akan makna itu."
"Aku ini seekor burung pendamping bukan sebuah buku ensiklopedia! Makanya sering-seringlah membaca buku mengenai alam, jangan hanya membaca novel melulu!" ketus Iori membuat [Name] semakin cemberut.
"Ibu!"
Seruan itu menginterupsi [Name] dan Iori yang ada di sana, membuat mereka berdua menoleh dan menemukan seorang remaja laki-laki berambut merah berjalan menuju ke arah mereka. [Name] memegang tubuh burung biru, Iori dan meletakkannya di bahu. Iori terkejut atas tindakan tiba-tiba darinya, tetapi tidak ada niatan untuk melawan. [Name] mulai bangkit dan mempersembahkan senyuman lembut untuk remaja itu, "Selamat pagi, Riku."
Remaja laki-laki itu, Riku membalas senyuman [Name] dengan cerah. Kakinya berhenti melangkah tepat dua meter dari [Name], "Selamat pagi juga, Ibu."
[Name] mengangguk pelan, senyuman lembut masih terpatri di wajahnya. "Bagaimana tidurmu semalam, Anakku?"
"Sebenarnya aku hampir terlupa untuk tidur karena tidak sabar untuk menunggu hari ini, Ibu. Tetapi tidurku cukup terlelap," jawab Riku yang masih tersenyum cerah. [Name] hanya mengangguk pelan mendengar jawaban darinya, "Syukurlah kalau begitu."
Mata crimson milik Riku menatap Iori yang berada di bahu [Name], menatap lamat lalu tangannya bergerak menunjuk ke arah Iori. "Ibu, apa burung itu milikmu?" tanyanya dengan pandangan tak lepas dari Iori. [Name] mengangguk, "Benar, ini burung milik Ibu. Bagaimana? Apa dia terlihat imut?" Iori membulatkan matanya, ia hendak bersuara untuk berkata 'Aku tidak imut!' namun kembali memilih diam dan akan memarahi [Name] setelah tidak ada satu pun yang mengetahui dirinya dapat berbicara. Riku mengangguk cepat, senyuman cerah nan polos masih dipertahankan olehnya. "Burung itu terlihat menggemaskan di mataku, terlebih lagi warnanya yang indah," komentarnya dibalas senyuman senang dari [Name].
"Riku, apa sudah saatnya kita berjalan-jalan? Ibu sudah tidak sabar berjalan-jalan bersamamu," tanya [Name] dibalas anggukan cepat dari remaja laki-laki itu. Tangan Riku meraih tangan [Name] lalu menggenggamnya dengan erat, hal itu membuat wajah [Name] merona tipis dengan jantung berdegup dua kali lebih cepat. "Ayo, Ibu!" seru Riku dibarengi lariannya, [Name] hanya mengikuti larian sang anak dengan wajah yang masih merona tipis.
Note : Untuk masalah bunga lily aku mengambil beberapa sumber di google, jika ada kesalahan mohon koreksiannya~
1130 kata
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top