01
[👆style Blaze saat di sekolah maupun di luar sekolah😎]
"Ah payah lo, Blaze" seru Fang setelah mencetak score terakhirnya sebagai tanda bahwa ia menang telak darinya. Keduanya terbaring di lapangan dengan tangan saling terlentang. Keringat bercucuran di wajah dan tubuh mereka dibarengi dengan napas yang tak teratur.
"Huh hah huh hah...hehe, gue emang kalah basket dengan lo huh hah...kalo berani kita lawan tinju, mau!" Tantang Blaze melirik Fang dengan cengirannya.
"Ceh. Lo dikit-dikit main tonjok orang mulu, ogah gue. Kalo Mak gue tau muka gue benyok, lo mau tanggung jawab hah?!" Ujar Fang malas.
"Hahahaha, ogah banget" merasa napasnya mulai membaik, Blaze pun mendudukkan dirinya.
"Kyaaaa!!! Nona Yaya emang keren"
"Waah, bisa malu gue kalo ditolak kayak gitu"
"Nona Yaya!"
"Yaya-chaan!"
Samar-samar, Blaze mendengar teriakan yang berasal dari lantai dua lebih tepatnya lantai kelas XI.
Matanya meruncing, mencoba melihat lebih jelas kerumunan siswa disana.
"Ditolak?emang siapa?" Gumamnya pelan. Terlalu penasaran membuat Blaze bangkit dari duduknya kemudian berlari ke arah kerumunan tersebut.
Sedangkan Fang ditinggal begitu saja, menatap cengo pada Blaze sebelum akhirnya mengejar pemuda itu.
"Oi Blaze, tunggu!"
.
.
.
.
"Sudah jelaskan? Gue harus pergi" kalimat dingin itu keluar dari bibir ceri Yaya Carlista, seorang primadona di sekolah tersebut. Ia kembali membuat kehebohan dengan menolak pernyataan cinta dari seorang Wakil Osis yang sudah terkenal dengan kepintarannya.
Kakinya melangkah meninggalkan kerumunan itu dengan melewati jalan yang sudah diberi oleh para fans-nya bersama dengan sahabatnya, Ying.
Blaze dan Fang yang baru saja sampai disana terlihat bingung lantaran beberapa siswa mulai pergi.
"Hei, ada apa sih?" Tanya Blaze pada salah satu cewek disana.
"Eh, kak Blaze? Oh itu tadi kak Yaya baru saja menolak pernyataan cinta dari Wakil Osis"
"Siapa?" Entah kenapa, tiba-tiba dirinya penasaran.
"Kak Reno, anak kelas XI B. Katanya sih dia memendam perasaannya udah lama dan baru sekarang bisa ngungkapinnya. Tapi naasnya semua itu dibalas tolakan pedas oleh kak Yaya" jelas siswa tadi yang merupakan anak kelas X.
Blaze dan Fang menganggukkan kepalanya. Tapi bedanya, Blaze semakin penasaran dengan cewek yang dijuluki 'Ratu Kejam' tersebut, karna dirinya yang baru genap dua bulan pindah ke sini. Lain halnya dengan Fang yang mengangguk lantaran dirinya sudah tahu betul akan terjadi seperti ini.
"Loh, Blaze lo mau kemana?" Teriak Fang kaget saat melihat Blaze tiba-tiba berlari menjauhi kerumunan.
"Arrgghh kenapa gue ditinggalin mulu sih!" Mau tak mau Fang pun berlari mengikutinya.
.
.
.
.
.
"Ya, kurasa lo terlalu kasar menolaknya" ujar Ying yang berjalan disamping Yaya.
"Huft jinjja...hei Ying, gue beritahu ya. Cowok aja bisa kasarin kita, kenapa kita gak boleh kasarin mereka juga. Lagian gue udah capek menerima pernyataan cinta dari mereka yang sama sekali bukan tipe gue" jelas Yaya yang mulai bosan lantaran tak kunjung sampai di kelasnya.
"Emang tipe lo seperti apa?" Kedua cewek tadi menghentikan langkahnya, kemudian menolehkan kepalanya ke belakang menatap asal suara tersebut.
Blaze menatap penuh minat ke arah Yaya, rasa penasarannya semakin membuncah kala melihat raut dingin itu. Fang yang berdiri di sampingnya, ikut menatap ke arah dua gadis tersebut. Sebenarnya sih lebih ke arah gadis dengan kacamata bulatnya.
"Siapa lo?" Tanya Yaya dingin yang emang dasarnya tak tahu menahu dengan dua cowok didepannya.
"Kenalin, gue Blaze. Blaze Cesario Jaya tepatnya. Cowok paling keren disini" ujarnya mantap dengan gaya pede-nya yang setinggi langit.
Ketiga manusia disana menatapnya datar. Merasa jengah dengan ekspresinya yang terlalu pede.
"Gue Fang" ujar Fang singkat. Matanya masih fokus menatap gadis dengan kacamata bulat di samping Yaya.
"Kalau boleh tau, emang cowok tipe lo seperti apa?" Tanya Blaze sengaja mengulang pertanyaannya.
"Bukan urusan, lo!" Jawab Yaya yang langsung membalikkan tubuhnya pergi dari sana dengan menarik lengan Ying bersamanya.
"Oi, tunggu! Cih!" Fang melirik Blaze dengan alis terangkat.
"Hahaha rasain lo. Lagian mau cari gara-gara sama tu cewek"
"Aish jinjja! Gue jadi semakin ingin melakukannya Fang" geram Blaze dengan mata yang masih menatap punggung Yaya.
"Woi woi, sabar dong. Lo mau cari mati, hah?!" Seru Fang kaget mendengar penyataan Blaze.
"Bodo amat. Gue ingin lihat reaksinya seperti apa. Gue yakin dia akan tunduk saat itu juga" ujarnya dengan mata yang mengkilat disertai seringai lebarnya.
Fang semakin melebarkan matanya. Ia tak yakin Blaze bakal selamat jika sudah berurusan dengan tuh cewek.
"Sumpah, lo emang cari mati, Blaze" ujarnya pelan yang malah mendapat kekehan dari pemuda disampingnya.
.
.
.
.
KRIIINGGG
.
.
.
.
Yaya menulis dengan cepat apa yang di terangkan oleh gurunya di depan. Tangannya bergerak lincah diatas buku. Pelajaran terakhirnya hari ini adalah PKN yang mengharuskan muridnya merangkum sebanyak mungkin.
Sesekali ia melirik jam yang terpasang di tangannya. Ia berharap pelajarannya segera berakhir. Karna dirinya merasa jika hari ini sangatlah melelahkan. Diawali tugas yang banyak dan di tambah kejadian seperti tadi pagi. Sungguh ia ingin cepat-cepat pulang.
Saat akan membalikkan lembar bukunya, Yaya menghentikan niatnya ketika suara cekikikan terdengar dari sampingnya. Mata Hazelnya melirik ke sahabatnya yang sedang menunduk dengan wajah yang menahan tawanya.
"Ying, lo kenapa? Kesambet ya?" Tanya Yaya heran. Ying berhenti sejenak saat mendengar teguran dari sampingnya. Terlalu fokus dengan pikirannya membuat gadis dengan kacamata bulat itu sulit konsen.
"Hah? Lo bilang apa?" Tanya Ying balas menatap Yaya bingung.
"Huft..lo kenapa senyum-senyum sendiri?" Ulang Yaya mencoba sabar menghadapi teman satu-satunya itu.
"Eum...gak apa-apa kok"jawab Ying pelan. Entahlah, ia masih belum siap menceritakan pada Yaya tentang apa yang membuatnya seperti ini. Sedangkan Yaya yang melihat gelagat aneh Ying, semakin meruncingkan tatapannya.
Tapi sesaat kemudian, Yaya mengendikkan bahunya dan kembali menghadap ke depan untuk melanjutkan acara merangkumnya.
Diam-diam Ying menghela napas lega, karna Yaya tak mempertanyakannya lebih lanjut. Kalau boleh jujur, sebenarnya yang membuatnya begini adalah cowok yang tadi di koridor menatapnya terus. Cowok dengan rambut ravennya. Ying tak tahu sejak kapan perasaan ini muncul. Yang pasti, ia merasa senang dengan tatapan cowok itu. Arrgghh!! Ingin sekali ia menjerit saat itu juga, jikalau ia tak bersama Yaya.
.
.
.
.
KRIIINGGG (bel pulang)
.
.
.
.
Yaya segera mengemasi barangnya. Ia ingin segera pulang dan merebahkan dirinya di kasur empuknya. Tubuhnya benar-benar terasa remuk hari ini. Dirasa cukup, ia menatap sahabatnya yang masih sibuk mengemasi barangnya.
"Ying, udah belom?"
"Udah kok, yuk!"kemudian keduanya berjalan meninggalkan kelas menuju gerbang sekolah untuk menunggu jemputan mereka.
.
.
.
"Blaze, hari ini lo ke basecame gak?" Tanya Kei teman se geng-nya dalam operasi luar sekolah (hah, apaan tu?)
"Iya dong, bosen gue dirumah" jawab Blaze sebelum beranjak dari bangkunya dan berjalan keluar kelas.
"Gue duluan, ya" serunya dan mendapat ancungan jempol dari teman-temannya.
Saat sampai di parkiran sekolah, matanya tak sengaja melihat gadis yang hari ini mampu membuatnya mati penasaran, siapa lagi kalau buka Ratu Kejam. Dari yang ia lihat sih, sepertinya dia sedang menunggu jemputan.
"Yaya gue duluan, ya" pamit Ying ketika mobil jemputannya berhenti di depan mereka. Yaya sedikit cemberut lantaran dirinya akan menunggu sendirian, tapi sudahlah ia juga sudah terbiasa.
"Hm..hati-hati dijalan Ying" jawab Yaya dengan senyumnya yang jarang terlihat oleh siapapun selain sahabatnya itu.
"Lo juga hati-hati. Lo sendirian sekarang" ujar Ying yang mencoba menakutinya.
"Ih apaan sih, udah sering kali" balas Yaya kembali cemberut.
"Hahaha iya-iya maaf, kalo gitu gue duluan" Yaya hanya mengangguk. Setelahnya Yingpun masuk ke dalam mobilnya dan melambai ke arah Yaya sebelum mobilnya benar-benar pergi.
Yaya menghembuskan napasnya bosan, lantaran Papa-nya yang telat lagi menjemputnya. Tahu begini, kapan-kapan ia ingin supirnya saja yang menjemputnya.
Cukup lama Yaya berdiri disana, sampai sekolah yang tadinya rame sekarang terlihat sepi. Mungkin hanya ada beberapa siswa yang kebetulan ada ekstra hari ini.
"Ish, Papa mana sih, gak tau apa anaknya udah capek nunggu dari tadi" geramnya yang mulai kesal, ayolah ia sudah berdiri cukup lama disini, sendirian lagi.
"Butuh tumpangan?" Yaya menolehkan kepalanya melihat arah suara tadi. Wajahnya yang tadinya kesal, berubah menjadi dingin setelah tahu siapa pemilik suara tersebut.
"Gak" moodnya semakin buruk setelah melihat cowok disampingnya.
Blaze, yang berada di atas motornya masih setia menatap gadis itu. Ekspresi dingin itu membuat hati Blaze yang penasaran semakin membuncah.
"Lo yakin gak butuh tumpangan gue? Sekolah makin sepi loh" Tanya Blaze lagi mencoba membujuknya.
"Gak! Emang kenapa kalo sepi, lo kira gue takut apa. Udah sana lo pulang!" Usir Yaya kesal dengan memalingkan wajahnya kembali melihat jalanan di depannya, berharap Papa-nya cepat sampai.
Dan sepertinya dewi fortuna emang berpihak padanya hari ini. Dari kejauhan Yaya melihat siluet mobil Papa-nya. Setelah mobil itu berhenti di depannya, kaca kemudi terbuka menampilkan wajah parubaya yang kini menatap ke arah sang anak.
"Papa telat lagi tau" rajuk Yaya yang tanpa ia sadari terlihat di mata Blaze.
'Ternyata Ratu Kejam bisa merajuk juga, ya?' Pikir Blaze saat itu.
Tuan Joh atau Papa-nya Yaya hanya tertawa geli melihat raut cemberut putrinya.
"Iya-iya maafin Papa, lain kali gak telat lagi deh" bujuknya kalem. Kemudian atensinya beralih ke pemuda yang ada di samping putrinya.
"Kamu pacarnya ya, makasih ya udah temenin dia" ujar Tuan Joh yang seenak jidat bicara tanpa tahu realitanya. Yaya yang mendengarnya segera melotot protes pada Papa-nya.
"Eh, Papa apa-apaan sih. Dia bukan pacar Yaya tau, kenal aja baru tadi pagi" elaknya sebelum cowok disampingnya semakin besar kepala. Matanya melirik Blaze sekilas.
"Sama-sama, Om" Blaze balik menatap Tuan Joh dengan cengiran khasnya.
"Nama mu siapa?" Tanya Tuan Joh berusaha mengabaikan tatapan tajam sang anak.
"Blaze Om. Lebih tepatnya Blaze Cesario Jaya" jawab Blaze dengan wajah pede-nya. Ia juga sedang berusaha mengabaikan tatapan maut dari sampingnya. Oke, Yaya semakin kesal lantaran ucapannya seperti tak dihiraukan oleh kedua pria itu.
"Oh. Kapan-kapan bermainlah ke rumah, sekalian biar Mama tau jika putri-nya udah punya cowok" ujar Tuan Joh sambil melirik sang anak dengan kerlingan jahilnya. Yaya? Ia kembali menatap protes padanya.
"PAPA!" Tuan Joh hanya tergelak melihat raut marah putrinya. Blaze sendiri yang melihatnya tanpa sadar tertawa kecil dan segera diam disaat mata Hazel itu menatapnya tajam.
"Udah! Yaya capek. Kita pulang sekarang, pa" potong Yaya cepat, dirinya sudah tak tahan lagi berada disana. Kakinya ia bawa memasuki mobil sambil membanting keras pintu mobilnya.
Akibat bantingan itu, kedua pria disana menatap kaget padanya. Blaze meringis melihatnya. 'Serem juga' pikirnya takut.
Tuan Joh tersenyum maklum pada Blaze atas sikap putrinya.
"Yasudah, Om pulang dulu ya, jangan lupa kapan-kapan mampir" pamit Tuan Joh sambil menyalakan mobilnya. Blaze hanya mengangguk dengan senyum andalannya.
Kemudian mobil itupun pergi meninggalkan kawasan sekolah. Blaze tetap diam menatap kepergian mobil Tuan Joh. Dalam pikirannya, ia tak percaya, dirinya dapat secepat ini bertemu dengan orang tua gadis itu.
Ditambah lagi, hari ini ia menemukan fakta baru tentang si Ratu Kejam. Ternyata meski judes, itu cewek bisa merajuk juga, lucu lagi. Eh!
Blaze segera menggelengkan kepalanya mencoba mengenyahkan pikirannya. Walau wajahnya masih tetap menampilkan cengirannya.
DRRT DRRT
Getaran disakunya membuatnya berhenti sejenak. Tangannya mengambil benda persegi panjang tersebut dan terpampang satu pesan disana.
"Blaze, lo jadi ke basecame gak? Anak-anak nungguin nih"
"Sial, gue lupa" segera saja tangannya bergerak membalas pesan tersebut.
"Oke, tungguin gue, lagi otw nih"
Setelah memasukkan Hp-nya ke dalam saku jaketnya, Blaze buru-buru menyalakan motornya dan bergegas pergi dari sana.
'Sial! Gara-gara tuh cewek, gue jadi kelupaan'
TBC
Moga suka😊
See you next chap, gaes..🖐
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top