BWIL - 14. Puas

‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍‍"Bersikap baiklah setidaknya ketika berada di depan orang lain."

- BWIL -

Rambut coklat gadis itu bergoyang, wajahnya yang semula menekuk kini menjadi kaku. Brandon tau, Dara pasti marah. Melirik sekilas pada pria di sebelah istrinya. Brandon kembali berkata, "Pulang."

"Apaan sih!" pekik Dara seraya mundur selangkah menghindari cekalan suaminya. "Gak usah gini kek, rese banget pake mata-matain segala."

"Mau ngapain ke sini?"

"Gak usah sok perhatian, deh."

Brandon menghela napas. Dari sudut mata, ia tahu sekarang dirinya sedang jadi tontonan orang yang berlalu lalang. Dara itu ... benar-benar menguras kesabaran.

"Pulang Dara, udah malem."

Dara memalingkan wajahnya dari Brandon. "Ram, kabarin gue ya kalo dapet info tentang dia," pungkasnya sembari berlalu begitu saja tanpa mengatakan apapun pada Brandon.

Satya. Brandon tau istrinya pasti mencari keberadaan laki-laki itu. Dengan langkah lebar, Brandon berusaha meraih pergelangan tangan Dara. "Dara mau ke mana lagi?"

Gadis itu semakin mempercepat langkahnya seraya mendekatkan pinselnke telinga. Entah siapa lagi bala bantua yang istrinya datangkan untuk bisa kabur darinya. Brandon yang mulai hilang kesabaran pun langsung meraih pergelangan gadis itu.

"Ih, Apaan sih om!" serunya saat berapa tepat di mulut gang, di pinggir jalan.

"Ikut saya pulang," ujar Brandon penuh penekanan.

"Gak!" tolaknya singkat lalu berjalan menjauhi mobil Brandon. Pria itu merutuk mengusap wajah kasar. Masih berusaha menahan amarah, Brandon melangkah mendekati istri kecilnya.

"Wa, susul gue di tempat boxing biasanya Satya."

Brandon tak salah mengira. "Dara gak perlu dijemput. Ada saya di sini," sela Brandon membuat gadis muda itu mengernyitkan dahi tak terima.

"Ayolah, Wa. Dewaa!" Sambungan telpon terputus. Dara terlihat menghembuskan napas kasar, menatap tajam ke arah Brandon. "Puas?"

Brandon tak menjawab apapun. Ia langsung mencekal kuat pergelangan gadis itu, menyeretnya mendekati mobil sedan. Dara tentu tak cuma diam, dia bahkan berteriak heboh meminta tolong.

"Dara, diem!" titah Brandon ketika beberapa bapak-bapak yang duduk di warung kopi mulai menghapiri keduanya.

"Tolong Pak! Tolongin saya."

"Dara kamu apa-apaan sih?" Brandon tetap tidak melepaskan cengkramannya pada pergelangan Dara. Dia tak akan biarkan gadis ini lepas lagi.

"Tolong saya, Pak!" Brandon ternganga. Dara ini, dia benar-benar sudah gila.

"Ada apa ini?"

Belum sempat Brandon menjelaskan. Dari belakngnya, tiba-tiba seseorang menarik dan memberinya tinjuan tepat di wajah Brandon. Tak sempat melawan, tak sempat menghindar. Bogeman mentah terus dilayangkan di perut Brandon.

Sampai tiba-tiba. "Pak berhenti! Dia teman saya. Dia suaminya perempuan ini."

Brandon bersyukur, Marchel datang tepat waktu.

***

"Kakak gak habis pikir. Apa lagi sebenarnya yang kamu kejar dari cowo brengsek itu." ujar Marchel setelah mendudukan Brandon di pinggir ranjang. Telat setelah itu, dia meninggalkan sahabat dan adiknya sendiri di kamar mereka.

Suasana hening. Sampai akhirnya Brandon angkat suara. "Kamu masih mencintai dia?"

Terlihat Dara sedikit tersentak. Gadis itu hanya mengangguk bergumama, mengiyakan.

"Saya enggak akan mencegah apapun yang ingin kamu lakukan. Tapi, bisakah kita buat kesepakatan agar tidak terjadi hal yang seperti ini lagi."

Dara diam. Namun, Brandon yakin gadis itu sedang mendengarkannya.

"Dengar. Saya ingin hubungan kita terlihat baik-baik saja di depan orang banyak."

Darah mendecih, "Gak ada gunanya."

"Kamu bisa terus mencari Satya tanpa sepengetahuan Marchel. Bukankah begitu lebih mudah?"

Hanya ada suara jarum jam dinding yang berputar. "Dengar, bersikap baiklah setidaknya ketika berada di hadapan orang lain."

"Kita buat perjanjian."

"Deal"

To be continue ...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top