Tips Mencuri Perhatian Gebetan

Pelaku: Nurwan.
Keterangan: Tinggi badan 172cm-an. Lumayan ganteng. Sering sok kenal sok dekat terhadap siapa yang menurutnya penting. Cowok. Suka bengong. Selfie addict. Benci perempuan, kecuali Ibu, Nenek, Kakak dan sebangsa dari keluarganya.

Gebetannya: Rizki.
Keterangan: Bukan doa. Tinggi unknown. Hobi unknown. Wajah putih. Berkacamata. Sering membaca buku. Pendiam. Plegmatis. Percaya tahayul. Sisanya, unknown.

.

Berikut tips mencuri perhatian gebetan yang pertama:

Lokasi: Kantin.

Jika Rizki dan Nurwan sedang berada di sana di antara para murid lainnya, disarankan bagi Nurwan untuk memancing perhatian Rizki dengan cara keras. Misalnya, kentut dengan 'dutt' keras, bersin dengan 'hatchim' yang keras, atau berteriak tanpa sebab yang jelas. Namun, di situasi yang ramai ini, Nurwan mencoba pilihan kedua.

"HA-HA-HA-hatchim!"

GATAL. GAgal toTAL. Yang terdengar justru suara 'HAHAHA' membahana nan menggema disusul 'tchim' yang amat pelan. Nurwan lirik kanan kiri, ada yang mengernyit dan ada yang menahan tawa. Lantas memandang ke arah Rizki, yang ternyata sudah tidak ada di tempatnya.

Acting bersin yang sia-sia. Untuk selanjutnya, biarkan Nurwan mencoba jadi bintang iklan Mixagrip saja.

.

Tips Kedua:

Lokasi: Perpustakaan.

Disarankan bagi Nurwan supaya menjatuhkan buku tepat di samping kaki Rizki. Siapa tahu nanti akan diambilkan si empu yang digebetnya.

Lalu terjadilah, buku dijatuhkan secara sengaja dan sok dramatis. Bunyi 'buk' terdengar cukup keras. Kaki kiri bersepatu di atas buku itu bergeming, pemiliknya melirik tak peduli, membalik halaman buku dan lanjut membaca. Di belakangnya Nurwan memasang senyum sabar sampai akhirnya luntur dari bibir.

Gagal lagi.

Nurwan menunduk cepat bermaksud mengambil buku yang dijatuhkannya, akan tetapi yang terjadi justru kepalanya menubruk pinggiran meja. Rizki tersentak mendengar bunyi 'jdugh', menyusul posisi meja yang bergerak seperkian milicentimeter. Lantas menoleh, dari balik bingkai kacamata dia melihat Nurwan mengaduh.

"Lagi ngapain sih kamu?"

Nurwan tegap di posisinya. Menatap Rizki yang mengernyit heran padanya.

"Ini lagi aktinh jadi banteng buat drama di kelas nanti. Hehehe," jawab Nurwan dag dig dug serr dari hati.

Kernyitan di wajah Rizki pudar. Kepalanya menggeleng masygul, bingkai kacamata dibetulkan. "Oh. Kalo bisa, latihannya di luar perpustakaan, ya. Seruduk tembok beton mungkin bisa sedikit memperbaiki otak kamu," ujar Rizki sadis yang bagi Nurwan serupa gombalan manis.

Nurwan memberi anggukan. Tidak jadi mengambil buku dan berjalan keluar dari perpustakaan. Perhatian Rizki berhasil dicurinya. Betapa bahagianya Nurwan.

Hasil akhir: Menyeruduk meja ternyata lebih manjur menarik gebetan dibandingkan menjatuhkan buku.

.

Tips Ketiga:

Lokasi: Parkiran Sekolah.

Memarkirkan motor di samping motor gebetan.
.
Nurwan melakukannnya. Harapannya, saat jam pulang sekolah mereka akan sama-sama menggiring motor, lalu saling sapa.

Sayang, hasilnya justru motor Nurwan bocor, jadi harus dibawa ke bengkel untuk ditambal. Sedangkan Rizki mengikuti kegiatan ekstra kurikuler. Nurwan lupa ini hari Sabtu.

.

Tips Keempat:

Lokasi: Kelas Gebetan.

Pura-pura berniat memanggil seseorang di kelas di mana Rizki berada agar bisa menarik perhatiannya.

Saat ini Nurwan berdiri di ambang pintu, menatap seantaro kelas, menangkap posisi Rizki di bangkunya. Kemudian,

"K-Kak Rizki?"

Satu terpanggil, seluruh pasang mata mengerling ke arah pintu. Nurwan celingak-celinguk, pura-pura tidak sadar sedang dipandangi.

"Ada apa manggil aku?" tanya Rizki yang sudah saja berdiri di hadapan Nurwan.

Nurwan tersenyum gugup, berkata pelan, meminta waktu untuk bicara berdua.

.

Tips Terakhir:

Lokasi: Gedung Belakang Sekolah.

Rizki menunggu Nurwan yang masih berpikir, bingung ingin mulai pembicaraan ini dari mana. Disarankan, kalau sudah berdua begini langsung tembak saja. Meski resikonya sangat fatal.

"Bentar lagi kelasku mulai. Ada apa?"

Nurwan buka suara supaya Rizki tak sia-sia sabar menghadapinya "A-aku suka Kak Rizki," ungkapnya memberanikan diri sambil menunduk.

Dengan begini, Nurwan pasti jadi pusat perhatian Rizki secara total.

"Makanya kamu selalu suka caper ke aku, ya?"

"Eh?" Nurwan mendongak. "Ketauan, ya?" tanyanya antara tak tahu malu dan polos.

Rizki terlihat menahan tawa. "Kamu itu emang agak nekat, ya. Lucu."

Nurwan bertanya-tanya, apa tadi itu pujian?

"Ya udah. Aku mau balik ke kelas."

Nurwan sekarang sendiri, berdiri ditinggal Rizki yang tak menyuarakan jawaban atas tindakan menembak barusan.

.

Tips Bonus:

Lokasi: Lapangan Futsal.

Karena tahu gebetan suka main futsal, maka sebaiknya Nurwan ikut menonton. Menyuarakan namanya, memberi support. Dengan begitu Rizki akan merasa kalau kehadiran Nurwan berarti, pun pasti akan memperhatikannya. Namun, hasilnya Nurwan kehilangan kesadaran setelah satu tendangan nyasar mengenai wajah lumayan gantengnya. Begitu membuka mata, dia sudah saja ada di kamar yang asing. Tengok kiri kanan, Nurwan menemukan Rizki tertidur di sofa tak jauh dari tempatnya.

Nurwan bertanya, "Ngapain Kak Rizki di kamarku?" dengan tidak tahu dirinya.

Rizki membuka mata. "Ada juga kamu yang sekarang di kamar aku"

Nurwan sadar seutuhnya. "Kak Rizki kok bawa aku ke kamar Kakak?" Tanyanya memekik shock, sayang sekali parasnya memancarkan raut penuh harap.

"Kamu pingsan tadi. Lupa?"

Nurwan mengingat-ngingat. "Oh, iya, ya," ujarnya kalem.

Rizki menghela napas. "Mending kamu berhenti aja."

"Berhenti apa?" tanya cowok berusia 16 tahun ini.

Rizki melepas kacamatanya. "Gak usah caper lagi, aku gak tega ngeliat kamu malu-maluin diri kamu sendiri terus," katanya dengan air muka serius.

"Emm..." Nurwan menunduk sedih. Tak mampu menanggapi. Merasa sakit hati.

"Sebagai gantinya, kita temenan aja mulai hari ini. Gak perlu caper, cukup sapa aku sewajarnya aja. Oke?"

Kali ini Nurwan seketika mendongak. "Seriusan, Kak? Boleh begitu?" Tanyanya berhiaskan binar riang di wajah.

Rizki mengangguk.

Nurwan bersorak girang sambil melompat dari atas kasur. Lalu tanpa sungkan menindih perut Rizki. Membuat gebetannya itu melenguh kesakitan.

"Ngapain kamu?" tanya Rizki sambil memakai kacamatanya kembali.

"Kalo aku duduk di depan Kakak, Kak Rizki bakal merhatiin aku terus, 'kan? Gak apa-apa, 'kan?"

Rizki berkedip tak paham. "Maksud aku bukan--ya udahlah. Suka-suka kamu," ujarnya pasrah pada akhirnya.

Nurwan tertawa. Taneda cerita ini usai dengan akhir menggantung agak bahagia.

--Tamat--

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top