Shit Happen!
Sudah menjadi kebiasaanku sejak kecil, saat hendak memasuki kamar aku akan langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Meski aku tahu bukan hanya aku seorang saja penghuni kamar ini. Dan untuk pertama kalinya, setelah beratus kali aku membuka pintu kayu ini, aku terkejut sampai rasanya hampir terkena serangan jantung mendapati apa yang aku lihat di sudut kamarku.
Di sana, ada Louis, saudara kembarku yang lebih muda tujuh menit dariku sedang membuka tubuh telanjangnya, pasrah. Menerima hunjaman dari seorang lelaki yang rupanya tidak bisa aku lihat, sebab tubuh besarnya memunggungiku.
Louis memejamkan matanya rapat, mulutnya tak henti mengeluarkan desah serta erangan nikmat. Aku mengernyit ngeri melihat betapa jelasnya zakar lelaki yang menindihnya bertabrakan dengan tubuh bagian bawah Louis dengan keras dan brutal.
Aku meneguk ludah susah payah, mengusap pelan selangkanganku sendiri yang entah sejak kapan sudah jadi sesak begini. Aku memasuki kamar, menutup pintu sepelan mungkin. Kemudian mendudukkan diri ke sofa tunggal yang tepat berada di samping kanan pintu kamar.
Masih sambil memerhatikan pergulatan nafsu Louis dengan entah siapa lelaki itu. Aku memicingkan mata, dari postur tubuh itu, sepertinya aku mengenalnya. Tetapi mungkin hanya perasaanku saja.
Aku beralih pada iPad yang berada di pangkuan. Benda ini memang selalu aku bawa ke mana-mana, hadiah tercinta dari kekasih terbaikku, Grell.
Aku membuka slide lock iPad-ku, mendapati tiga e-mail baru. Dua dari Louis, dan satu dari Carl.
[Louis:
Hari ini kau pulang jam berapa, Luffy?]
[Louis:
Jangan terkejut saat nanti kau pulang!]
Aku mendelik pada Louis yang sekarang sudah berganti posisi. Kembaranku itu mengangkat bokongnya tinggi-tinggi, sedangkan wajahnya ditenggelamkan ke bawah bantal. Merengek tertahan tatkala lelakinya mulai menyerangnya lagi. Lebih ganas dan lebih cepat kali ini, sampai membuat suara yang tercipta dari kulit mereka yang beradu terdengar nyaring. Ranjang Louis berderit, dan si empunya menyuarakan kata kotor yang sering aku tangkap di beberapa video porno yang pernah aku tonton.
Aku menggeleng-gelengkan kepala, memilih untuk membuka satu e-mail tersisa yang belum terbaca. Ini dari Carl, sahabatku sekaligus kakak tertua Grell. Berterimakasih padanya, berkat Carl aku bisa memiliki kekasih sebaik dan semanis Grell, yang usianya lima tahun lebih muda dariku.
Sial. Aku jadi merindukannya dan ingin menggagahinya saat ini juga. Padahal tadi pagi aku sudah tiga kali melepaskan klimaksku di dalam tubuh indahnya. Sedang apa ya Grell sekarang.
Segala hal kotor dalam kepalaku lenyap begitu e-mail dari Carl tertampang di depan mata. Aku melotot, murka.
[Carl:
Maafkan aku, Luffy. Aku sudah tidak bisa menahan diriku lagi.]
Aku terperanjat, tatapan kagetku beralih kembali ke ranjang di mana mereka berdua telah mencapai puncak kenikmatan bersama. Lalu lelaki itu akhirnya menoleh ke belakang, padaku, dan begitu mataku bertemu dengan sepasang bola mata abu-abu miliknya, seketika itu pula kami berdua sama-sama mengucap serapah.
"Shit!"
Louis yang masih terbaring lemas hanya melambai lemah, tersenyum kaku padaku. Aku bangkit dari duduk, telunjukku mengarah pada wajah berkeringat Carl yang masih diselimuti gugup.
"Berani-beraninya kau melakukannya pada Louis!" aku menggeram penuh amarah. "Kau..."
Carl mengangkat kedua tangannya, menatapku takut-takut. "Ma-maafkan aku, Luf. Tapi kami..."
Aku mengangkat telunjukku lebih tinggi, meminta Carl berhenti bicara. Memelototi Louis, namun kembaranku itu langsung menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut.
"Bagaimana bisa kalian... Arrgh! Kalian berdua!" Aku meraih bantalan sofa, melemparnya ke wajah Carl dan dengan telak mengenainya. Sahabat bangsatku itu meringis tertahan.
Aku benar-benar tidak percaya. Padahal sudah berulang kali aku mengancam Carl supaya dia tidak berani dengan lancang meniduri Louis yang masih polos dan baik, aku kira tadi lelaki itu kekasih Louis, tapi ternyata justru sahabatku yang playboy yang dengan pasrah Louis terima untuk merenggut keperjakaannya.
Aku tidak apa selama yang tidur dengan kembaranku itu bukan Carl yang sudah sering gonta-ganti pasangan tidur. Hanya saja, kenyataannya...
"Aku bersumpah, aku akan menghancurkan penismu, Carl!" ancamku bersungguh-sungguh. Carl langsung menutupi bagian pribadinya dengan protektif.
"Aku minta maaf, Luf. Tadi itu..."
"Diam kau, bangsat! Sialan! Brengsek!" umpatku menyela, tak pernah aku merasa semarah ini padanya.
Louis menyingkap selimut, mempertontonkan tubuh telanjangnya. "Aku menyukai penis Carl, Brother. Tolong, maafkan dia," mohon Louis, menatapku memelas.
Aku menganga. "Ka-kau menyukainya?" tanyaku tak percaya.
"Kami saling mencintai, dan..." Louis memberikan tatapan meminta tolong pada Carl.
"I-ini bukanlah kali pertama bagi kami melakukan... sex."
Aku mendengus, tanganku terkepal.
"Carl, I swear I'm gonna kill you!"
Dan hari itu, keributan konyol terjadi di kamar kami. Sial.
--
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top