Kucing Jantan (Kenyataan Ngawur Tentang Para Kucing. Nyaw!)
"Kalau gitu, aku pergi dulu, ya. Juju yang anteng di rumah. Gak boleh nakal."
Setelah membisikkan pesan itu, Koko menurunkan aku dari gendongan. Dia tersenyum, membelai sekali lagi kepalaku, kemudian pergi. Meninggalkan aku sendirian di rumah.
Ah, sudah biasa, sih, ditinggal begini. Aku paham si Koko masih butuh sekolah. Meskipun mau main sama dia seharian dan aku kesepian, bagaimanapun juga Koko tetap harus memikirkan masa depan. Dia lumayan cocok kalau tambah besar nanti lalu menjadi Ultra Man. Atau, Superman. Batman atau Spider Man. Pokoknya semua Man dia cocok. Karena dia memang sangat gagah. Kecuali X Man. Soalnya dia itu cuma manusia biasa.
Kyaaah! Membayangkan suatu hari Koko menjadi super hero, dengan aku yang akan ikut naik ke gendongannya setiap saat, turut membantunya memberantas kejahatan membuat semangatku membara.
Aku berlari, melompat ke atas tivi, kemudian loncat lagi menaiki rak buku. Bergerak-gerak lincah di sana, seolah aku tengah melawan musuh besar setara Hulk.
"Hiyaaat! Hiyaaat! Hiyaaa--"
"Woi, Bencong! Turun lo!"
Aku kaget mendengar seruan mendadak itu. Otomatis keseimbanganku hilang dan aku jatuh dari atas rak buku, ke sofa. Fyuuuh. Untung empuk. Kalau saja aku jatuhnya di atas pangkuan Koko lebih aduhai lagi. Sekalian bisa manja-manjaan di atas selangkangannya. Yang isi di dalamnya selalu bangun tiap pagi dan aku bantu endus-endus atau jilati. Karena kalau kubelai, takut-takut khilaf lalu cakarku muncul. Hancurlah nanti martabat Koko sebagai pejantan.
Aku berjalan ke arah jendela yang sedikit terbuka, yang selalu sengaja Koko biarkan sebab dia tahu aku suka keluyuran. Bukan berarti dia tak takut maling. Setiap ada maling masuk, aku dan pasukan Meow Ngondek di perumahan ini gak akan segan-segan membekuk mereka. Mencakar kaki, menggigit tangan, lalu menyeruduk bagian tengah di mana kemaluan mereka bersemayam. Ohlalala. Kenyal-kenyal empuk. Sebagai balasannya, suara jeritan kesakitan mereka terdengar.
Nah. Kurang apa coba aku untuk menjadi pembantu super hero?
Aku nongol ke sisi jendela, menatap Damian yang duduk tegap di sana. Dia menatapku tajam. Iih. Aku selalu nggak menyukai tatapan sok keren itu. Kenapa sih kucing punya Mbak Sasha ini nggak nyerah juga? Sudah dibilang aku sukanya ke Koko, masih caper aja. Capek, deh.
"Juju, kita jalan, yuk," ajaknya sembari membasahi bulu di kepala.
Aku mendengus. "Ogah, ah. Kamyuuh itu, bukan tipe akyuuh, Damiiih! Sana, ah! Mendingan kamyuuh cari kucing lain, yang lebih cantik dan lebih menawan dari akyuuh. Meski nggak akan ada sih yang lebih menawan dari akyuuh, tapi silakan coba dicari," kataku dengan gaya anggun maksimal.
Damian menunduk lesu. Suara ketawa para Meow Ngondek bersahutan. Mengejek kegagalan Damian seperti selalu. Dia ini habisnya kucing homo jadi-jadian. Cuma karena bosan ngentot para betina, dia mulai kerajinan kepoin kucing banci. Pejantan setengah jadi seperti aku. Sorry, ya. Aku ini kucing setia. Sekali aku suka ke orang, aku akan selamanya suka ke dia. Eh, tapi kalau Kak Lorenzo mau ngajak balapan aku gak akan nolak. Om Leonardo DiCaprio juga, andai ngajak aku ikut main film aku bersedia. Mereka itu para pria idaman dalam hidupku. Inspirasiku. Maka dari itu, berkat mereka aku punya nama Juantonia Lorenzo DiCaprio Fransisco Madrid. Akrab dipanggil Juju.
Madrid itu nama bonus dari tim sepak bola kesayangan Koko, ya. Aku mah pasrah terima aja. Lagian, apa sih yang nggak buat Koko aku tercinta?
"Juju, capcuss, yuuuk! Jadi nggak mau ngecengin para Bapak kuli bangunan di dekat rumah aku?"
Aku melambai ke arah Yeni. Yeng Xi Lou Tang Ceurim Hamsyongce, tepatnya. Yeni itu nama ngondeknya. "Iyalah, Cyn. Masa gak jadi." Aku keluar. Menampar wajah sok ganteng Damian pakai ekorku lantas turun.
Begitu kami semua berkumpul, keributan akan selalu terjadi. Sibuk menceritakan para pemilik kami masing-masing. Aku yang punya Koko. Yeni yang memiliki Mas Bramana. Terus, Cumi punya Om Yusuf. Sedangkan, Vivi miliknya Kak Hanif. By the way, Cumi itu nama asli Cumi. Adapun ngambil nama panjang sendiri yaitu Cuantik Miaksimal. Maksa, sih. Tapi gak apa-apalah sesekali biar dia senang. Sedangkan nama panjang dari Vivi itu Vikry Guramen Akatsuki Victor. Kak Hanif fans Naruto.
Setelah sibuk melakukan rumpi rutin di pagi hari, kami lalu berlenggak-lenggok menelusuri jalan trotoar. Menuju ke arah bangunan yang sedang dibuat, di mana ada banyak sekali Kuli bangunan seksi. Eits, bukan berarti aku selingkuh, ya. Di hatiku jelas cuma ada Koko seorang. Tapi di mana-mana, mau ngondek atau nggak. Entah manusia atau bukan. Yang namanya pejantan itu semua sama. Sangean. Dan kerjaannya suka cari bahan cuci mata. Kayak kami aja gimana.
Sudah dulu, ya. Kami para Meow Ngondek ingin memanjakan mata serta batin. Buhbaiii. Muach Meong!
--10122017
Tertanda, Emak Kucing Ngondek.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top