4-Boundless
Nobody can break you down no matter what happened. --Unknown.
..........
Author
Cuaca hari ini sangat panas matahari seperti sudah berkembang biak menjadi dua, seharus nya di masing-masing kelas dipasangkan AC demi menunjang kenyamanan belajar, bukan cuma ruang guru, perpus, dan ruang kesenian yang di pasang AC. Karena Indonesia sangat panas. Sepanas hati kamu pas ngeliat doi sama si dia. Bhak!
Sekarang adalah jam pelajaran favorit Rama. Yaitu jam kosong. Favorit banget kan? Katanya Pak Endang lagi cuti melahirkan. Eh bukan pak Endang yang lahiran tapi istri nya, bayangin sweet banget kan beliau sampe nemenin istri nya lahiran begitu. Ditambah pak Endang adalah salah satu guru kesayangan Rama, soal nya beliau baik banget nget nget, sampai kalo beliau nggak masuk nggak pernah di kasih tugas! Guru favorit banget kan? Pokok nya i love you pak Endang. Kata Rama yha.
Rama memegang kening Dean "Tumben lo diem aja? Lo sehat kan?"
"Apaan sih." Dean menangkis tangan Rama yang sudah ada di dahi Dean.
"Jidat lo kalo buat masak telor pasti langsung mateng dah."
"Diem lo!" Dean membelakangi Rama. Jelas jelas jidat nya tidak panas sama sekali.
Entah kenapa Dean diam saja dari tadi, tangan nya hanya mencoret coret buku kosong sampe penuh satu halaman, coretan nggak jelas. Sesekali manusia itu menyenderkan kepala ke pundak Amel, teman sebangku nya, lalu merengek-rengek nggak jelas, kaya bocah TK kelakuan nya, nggak jelas. Dan Amel cuma menanggapi dengan "kenapa?" "kenapa sih lo?" tapi Dean cuma menjawab dengan rengekan yang mungkin bikin malas Amel.
Dari barisan depan Rama dan Heru asik main gitar sangat gemas dengan suara Dean. Berisik! Sumpah berisik!
Rama mengeluarkan langsung tiga bungkus lolipop yang nggak pernah absen dari tas, "nih makan, buat nyumpel mulut lo, lo diem ke." Kata Rama dengan pelan.
Dean mengambil lolipop. Benar saja dia langsung diam.
Rama dan Heru melanjutkan aktivitas nya bermain gitar dan kadang di ikuti teman nya dengan nyanyian, serasa konser di kelas gitu lah.
..........
Sekarang pukul 21:09.
Udah malem, tapi nggak terlalu lah.
Sambil menunggu Dean memasak mie instan Rama duduk di sofa hitam yang ada di ruang tv, bekas ruang keluarga Dean. Ruangan yang lumayan luas untuk sebuah ruang tv.
Rama memandang ke sekeliling ruangan, di bawah tv yang menempel di dinding ada sebuah rak buku berwarna hitam berukuran sepinggang, isinya campur aduk, dari mulai buku novel koleksi Dean yang udah berdebu, buku-buku milik ayah nya, payung, beberapa kotak kaset, dan beberapa boks yang Rama nggak tau isi nya apa dan nggak pernah mau tau.
Di atas rak buku hitam itu ada beberapa vas bunga dari kaca dan banyak bingkai foto beraneka bentuk dari yang kotak biasa, persegi panjang, bulat, segitiga, jajar genjang, sampai lope, yang kata Dean itu lucu. Tapi menurut Rama nggak sama sekali.
Di dalam bingkai foto itu terpampang beberapa orang yang pernah menjadi bagian hidup nya. Dan harus diakui sebagian banyak foto itu adalah Rama. Rama memdominasi setiap foto. Ada beberapa foto teman SMP, SD bahkan TK yang masih di rawat Dean yang kadang tidak sengaja suka dia temui.
Foto-foto Gilang, Dian, ayah, ibu ada di sana.
Foto saat Gilang, Dian, Dean dan Rama bermain di ayunan belakang rumah, empat tahun yang lalu waktu itu om Dave yang mengambil foto. Sebelum semua berubah.
Foto-foto itu berisi kisah hidup Dean, tentang siapa saja yang terlibat dalam drama nya. Ada satu foto kecil berwarna hitam putih, foto itu sudah usang. Yaitu ayah, ibu dan Dean. Dean bayi yang masih di gendong ibu nya dengan latar ruangan rumah sakit, di foto itu ayah dan Dian tersenyum bahagia. Ibu nya juga nampak bahagia. Mereka benar benar keluarga yang bahagia.
Bukan.
Tepat nya keluarga kecil yang pernah bahagia.
"Ramaaa! Ambil mie lo sendiri!" Dean berteriak dengan semangkuk mie dengan asap yang mengepul di atas nya.
"Sekalian lah De."
"Enggak ah, lo punya kaki nggak berfungsi banget sih." Tangan Dean merapihkan buku-buku yang berantakan di atas meja.
"Gue takut ke dapur malem malem."
"Manja lo jadi cowok."
"Is jahat lo," mau tidak mau Rama melangkah ke arah dapur.
"Sekalian ambilin saos di atas kulkas!" Teriak Dean sambil menyalakan tv.
"Engga ah, lo punya kaki nggak berfungsi banget sih." Rama meniru gaya bahasa Dean lalu keluar dari dapur.
Mereka pun makan bersama, rasanya makan setelah berpusing ria dengan setumpuk tugas sangat nikmat. Mata Dean sangat fokus dengan sinetron yang sedang ditonton. Mungkin Dean doang sih yang nonton. Karena Rama nggak suka sama yang namanya sinetron.
Rama memandang Dean yang sedang menyeruput mie instan rasa soto. Kuah nya belepotan kemana-mana. Fix untuk seorang cewe Dean berantakan banget.
"Ma mau kuning telor nggak?" Dean melirik Rama. Belum sempat Rama menjawab satu kuning telor sudah berpindah tempat, "gue nggak suka ini setengah mateng."
"Iya gue tau, terus kenapa lo masak setengah mateng, mie gue jadi ikut ikutan nggak mateng kan?" Rama berdecak sebal.
"Kan tadi sinetron nya mau mulai, makanya gue cepet-cepet."
"Yaelah sinetron lagi, lama-lama hidup lo tergantung sinetron tau nggak?" Rama menggeleng kan kepala, sinetron lebih penting dari pada mie mateng.
"Lah emamg hidup lo nggak tergantung sama ps?"
"Ya... Berarti kita sama."
"Yaudah."
"Yaudah."
"Yaudah diem."
"Dih orang gue mau makan."
"Yaudah makan nya diem."
"Yaudah."
Dean cuma ngalah. Dean tau betul kalo dia nggak ngalah pasti perdebatan itu bisa sampe pagi.
Sinetron selesai dan acara makan mie pun selesai. Saat mie habis Rama izin pulang, Dean sama sekali tidak mengerti, apakah kedatangan Rama kesini hanya numpang makan menghabiskan persediaan mie instan dan mencontek pr? Lalu apa ini yang namanya simbiosis parasitisme, karena dalam banyak hal Rama diuntungkan dan Dean dirugikan. Oh no.
Rama kembali pulang ke rumah nya yang hanya berbatas tembok tinggi. Mereka tetangga.
Rama melepas sendal jepit berwarna biru laut, lalu masuk ke dalam rumah. Seperti biasa rumah sepi. Hanya ada tiga orang pembantu. Orang tua nya sudah lima tahun memutuskan pindah. Rama sempat di paksa ikut. Tapi dia tidak mau. Memutuskan untuk tetap tinggal. Sesekali orang tua nya menjenguk.
Rama pergi menuju kamar. Merebahkan tubuh di atas kasur. Mengambil iPhone yang tergeletak di samping nya. Ada beberapa line masuk dan kebanyakan dari adik kelas. Rama memilih membuka chat dari Heru.
HeruF: Ma bsk latihan basket buat pertandingan
Rama: Sip.
Lalu Rama meletakan iPhone nya kembali, berusaha memejamkan mata berusaha untuk tidur. Di kamar berwarna biru muda. Rama tidur sangat nyenyak. Sepertinya besok latihan basket yang sangat melelah kan. Cape pasti. Maka dari itu Rama berusaha tidur senyenyak mungkin.
_________________________
Tolong votmen, gampang kan?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top