1- Boundless

Aku ingin mencintai mu dengan sederhana; dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikan nya tiada.--Hujan Bulan Juni.

..........
Author

Sekitar 12 tahun lalu ...

Seorang gadis kecil berumur 7 tahun dengan dress mini berwarna pink berlari-lari di halaman rumah, gadis itu terlihat sangat manis dan lucu. Di belakang nya ada seorang remaja yang usia nya berjarak 6 tahunan berlari mengejar dari belakang. Wajah mereka sangat mirip---mereka adalah adik kakak.

Sesekali sang kakak mencubit kecil perut sang adik, membuat adik nya berlari minta dikejar.

"Dian! Dean hati-hati, jangan ke jalan-jalan main nya!" Teriak seorang pria pada kedua gadis itu dari dalam rumah.

"Iya Pah." Jawab Dian dan Dean berbarengan.

Sang adik yang bernama Dean tampak kelelahan nafasnya mulai terengah-engah, Dean menduduk kan diri di lantai teras meluruskan kaki yang sudah pegal sambil melempar pelan sendal kecil bergambar hello kity.

Dian ikut duduk di sebelah adik nya ikut meluruskan kaki, sesekali dia mengelap keringat yang mengalir deras di pelipis nya. Lumayan cape ternyata.

"De, haus nggak?" tanya Dian.

Dean hanya menganggguk kecil tangan nya masih melempar lempar sendal itu. Dean bangkit dari posisi duduk nya menggerakan kaki ke teras rumah. Dean kecil masih asik bermain dengan sendal, melempar nya sesuai irama, bahkan saking asik nya dia semakin kencang dan keras melempar sendal itu. Entah apa seru nya tapi Dean terlihat sangat asik. Sampai,

"AWW!" terdengar teriakan dari balik tembok itu.

Dan, sedal hello kitty yang tadi melayang-layang di udara tiba tiba menghilang berpindah tempat ke balik tembok itu.

Dean kecil ketakutan, dia buru-buru masuk ke dalam rumah, duduk di kursi tamu dengan kaki di tekuk dan kepala di tenggelam kan di antara kaki. Dean menangis, dia benar benar takut, kalau saja nanti Dean di penjara akibat perbuatan nya itu pasti Papah nya sangat marah.

Dari kejauhan Dian melihat adik nya sesegukan, ia pun menghampiri Dean, dengan dua gelas jus alpukat di tangan.

"De kenapa?"

"....." Dean tidak menjawab, tangis nya semakin kencang.

"De kenapa? Ada yang nakalin kamu?" tanya Dian hati hati sambil mengelus lembut punggung adik nya.

Dean tetap tidak bersuara, dia sesegukan.

Dian masih mengelus lembut punggung Dean "Cerita sama kakak."  Ucapnya.

Dean mengangkat kepala, mengelap kasar pipi yang basah. "Dean takut di penjala kak, hiks... hiks..."

Dian menatap Dean, bingung dengan jawaban adik nya. "Emang kamu ngapain?"

"Tadi hiks... Dean ngelempal sendal terus kena olang kak, olang nya teliak gitu, Dean takut hiks..."

"Kamu emang ngelempar kemana De?"

"Ke tetangga balu kak, yang balu pindah kemalen. Dean nggak sengaja kak benel." Mata Dean membulat dan tangan nya membentuk huruf V.

Dian menggenggam tangan Dean. "Iya de yaampun, lagian kamu nggak akan di penjara gara gara kek gituan doang." Dian tersenyum. "Nih minum dulu, tadi kakak bikinin kamu jus alpukat."

Dean mengambil gelas. "Benel kan kak Dean nggak akan di penjala?"

"Iya de, yaampun. Udah masuk sana mandi."

"Iya kak."

..........

Pada sore hari, sekitar pukul 5 Dean bermain sendirian di halaman rumah. Memotong-motong daun mangga kemudian di masukan ke dalam wadah berwarna abu-abu tak lupa di beri bumbu beberapa jumput tanah kemudian di tambah air berwarna hijau.

"Permisi." kata seorang remaja laki-laki yang berusia kurang lebih 13 tahun yang dibuntuti anak kecil sebaya dengan Dean di belakang.

Dean kecil berlari kedalam rumah memanggil kakak nya. Tak lama Dian keluar bersama Dean yang sudah mengumpat di belakang kaki nya.

"Maap ada apa ya?" tanya Dian kepada remaja laki laki itu.

"Ini sendal nya tadi jatuh, ya?" tanya remaja laki laki itu dengan ramah, dia berjongkok mensejajarkan diri dengan Dean lalu memberikan sendal bergambar hello kitty. Dean pun mengulurkan tangan nya dengan badan yang masih mengumpat di balik kaki Dian.

"Eh kamu ya yang ngelempal? Sakit tau kena kepala aku." kata anak kecil laki laki.

"Sshh, Rama nggak sakit juga."

"Sakit kak Gilang ihhh."

"Rama!" kata remaja laki laki yang bernama Gilang itu sambil menutup mulut Rama dengan telapak tangan.

Dean terlihat ketakutan, tanpa disadari air mata Dean jatuh dan..

"Hiks... Dean nggak sengaja, hiks.."
Dian mengusap kepala Dean. "Udah de nggak papa."

"Iya nggak papa, itu Rama aja yang lebay." Gilang mencubit kecil tangan Rama.

"Aww, sakit kakak."

"Minta maap sana, kamu bikin dia nangis tuh." kata Gilang menyenggol adik nya. "Nggak baik tau bikin cewek nangis."

"Ih itu dia aja yang lebay kak."

Gilang memelototi Rama.

"Ih kak kan yang salah dia."

Gilang masih memelototi Rama.

"Ih yadeh." Rama mendengus sebal. "Kamu kamu aku minta maap ya." Rama mengacungkan jari kelingking.

Dean masih terlihat takut, ragu ragu dia membalas jari kelingking itu lalu mengangguk kecil.

"Sekalang kita temenan ya? Nama aku Rama."

Deam mengangguk. "Aku Dean."

"Aku Gilang."

"Aku Dian."

Inilah awal semua nya.

Semenjak peristiwa itu mereka berempat bersahabat. Setiap hari selalu menyempatkan waktu untuk bersama, barang sehari sekali mereka selalu menyempatkan diri. Kadang setiap malam minggu mereka berempat berkemah di halaman belakang rumah Rama. Tertawa, menangis. Melakukan perbuatan jahil, bahkan menyiksa Dean. Mereka berempat menjadi sangat dekat. Sampai ayah Rama membuatkan ayunan yang di ikat di pohon mangga besar di halaman belakang rumah, sebagai hadiah ulang tahun Dean yang ke -9. Ayunan itu diikat dengan pita warna kesukaan mereka masing masing. Dean warna ping, Rama warna Biru, Dian warna merah dan Gilang warna coklat.

Ayunan itu seperti singgasana untuk kerajaan kecil mereka, menjadi saksi persahabatan yang tulus. Sebelum salah satu dari mereka pergi, yang disusul kepergian yang lain nya.
Sebelum lubang hitam itu ternganga.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top