"Ini adalah Tuan Caster." Kata Tuan Kaya itu sambil mengenalkan seorang pria paruh baya. "Mulai sekarang dia yang akan mengajarimu menjahit."
"Hah. Aku tidak butuh diajari. Aku cuma butuh pekerjaan. Aku sudah melihat bagaimana karyawan-karyawan yang lain di tempat Nyonya Alamri bekerja. Kurang lebih, aku tahu apa yang akan aku lakukan. Jadi beri saja aku pekerjaan sebagai tukang jahit khusus keluargamu, dan kamu tidak akan menyesal."
"K-kau.. b-beraninya.." Kata Tuan Caster terbata-bata.
Sebaliknya, Tuan Kaya hanya tertawa mendengarnya. "Hahahaha... sepertinya aku paham sekarang mengapa Nyonya Alamri memecatmu." Kali ini ia berhenti tertawa dan menatap gadis itu dalam. "Tapi, <.....>, Tuan Caster adalah penjahit keluargaku sekarang. Ia dan keluarganya secara turun-temurun telah menlayani keluargaku. Jadi aku tidak berhak memecatnya untuk seseorang yang bahkan belum pernah menyentuh jarum jahit sekalipun."
Gadis itu kehilangan kata-kata.
------------------------------------------------------
Charity POV
Mimpi-mimpi Greed. Aku yakin 100% bahwa itu adalah kisah masa lalu wujud manusia kami. Tapi yang mengherankanku, kenapa mimpi itu hanya mendatangi Greed? Dan kenapa mereka baru muncul sekarang? Sepertinya kemunculan mimpi itu dipicu oleh pertemuan kami dengan kakek yang menceritakan tentang wujud manusia kami sebelumnya.
Aku ingin meneliti mimpi Greed lebih jauh. Tapi... ada hal yang perlu aku lakukan sekarang. Jika tidak, aku merasa aku akan menyesalinya di kemudian hari.
Greed POV
Ugh... pagi ini aku terbangun dengan perasaan kesal yang sama seperti pagi-pagi di... tiga hari sebelumnya. Sudah tiga hari sampai kemarin aku memaksa mata dan tentu saja hasratku untuk tidak tidur. Sejak bertemu kakek sialan itu, mimpi-mimpi yang juga tidak kalah sialan itu terus menghantuiku secara berkala. Saling sambung menyambung secara berurutan. Satu-satunya cara agar mereka tidak muncul adalah saat aku melewatkan waktu tidurku di malam hari. Dan ini sangat mengesalkan.
Roh tidak butuh tidur, sama seperti mereka tidak butuh makanan. Hal-hal trivia seperti itu hanya milik para manusia rendahan. Tapi... semua kekebalan itu hanya akan berlaku saat mereka berada di dunia roh, bukannya di dunia manusia. Dan sayangnya, aku memang berada di dunia manusia dan sedang memakai wujud manusia. Maka tubuh manusiaku yang rapuh ini harus mengikuti peraturan manusia dan merasakan semua sensasi-sensasi milik mereka. Mengantuk saat capek, ingin makan saat lapar, mulas saat ingin BAB. YA. Semua sensasi payah itu.
Jadi, sudah jelas sekarang bahwa aku benar-benar capek untuk waktu tiga hariku tanpa tidur itu. Mengerjakan pekerjaan di Akram Foundation pada siang hari, menyelesaikan receiver pada malam hari, layaknya robot. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada tubuhku seandainya tadi malam aku melewatkan malamku lagi tanpa tidur. Charity. Malah rivalku itu yang memaksaku tidur semalam. Apa aku harus marah? Apa aku harus berterima kasih? Kenapa semuanya menjadi kabur begini saat berurusan dengan kebajikan setan itu? Aaaaaaaah...
Akhirnya aku bangkit dari tempat tidurku. Aku sudah hendak pergi ke kamar mandi tapi mataku menangkap sesuatu yang tidak biasa. Aku melihat meja di kanan ranjang yang bersih. Terlampau bersih. Tunggu... bukannya ada sesuatu yang seharusnya berada di atas sini? Dan ingatanku kembali dalam waktu sepersekian detik. Receiver. Receiver yang belum jadi itu dan segala peralatan tetek bengeknya hilang tak berbekas. Tidak mungkin. Aku langsung mencari-cari di bawah meja, di bawah ranjang, di seluruh kamar ini. Tidak ada. Receiver-ku benar-benar hilang. Dan hanya ada satu orang di desa ini yang tahu tentang benda itu. Charity.
Aku bergegas keluar kamar dan mendapati Charity sedang membawa sekeranjang roti. Ia melihatku keluar dan langsung menghampiriku dengan riang. "Greed, aku baru saja ingin ke kamarmu. Ini sara-"
"Di mana benda itu?" Kataku sambil menarik jubahnya.
Charity menampakkan ekspresi kebingungan. Bagus sekali aktingnya hari ini. "Benda apa?"
"Tentu saja, receiver-ku. Di mana benda itu sekarang? Kamu pasti mengambilnya, kan?" Tuduhku.
Charity kali ini mengangguk paham. "Oh, jadi benda itu hilang? Tapi sayang sekali, Greed. Bukan aku yang mengambilnya."
"Jangan bohong, Kebajikan Sial. Hanya satu orang yang tahu tentang keberadaan benda itu. Dan itu kamu." Kataku bersikeras.
Charity diam beberapa detik. Ia kemudian memegang tanganku yang mencengkeram jubahnya dengan erat dengan tangannya yang bebas. Sepelan mungkin ia melepaskan uraian jemariku yang masih kuat memegangi jubahnya tapi tidak melepaskan tanganku yang saat ini menjadi kunciannya.
"Aku tidak pernah berbohong padamu." Katanya tenang.
"Lepaskan tanganku."
"Sebenarnya, Greed. Mungkin malah kamu yang tidak menginginkanku melepaskan tanganmu." Charity secara perlahan mengangkat tanganku yang digenggam olehnya mendekati wajahnya. Mau apa dia???! "Yang kamu lakukan selalu menyuruhku untuk melepaskanmu. Tapi kamu tidak pernah berusaha menampikku, kan?"
Hah? Dari mana dia mendapatkan pemahaman konyol itu?
"Jadi, mau kulepaskan?" Tanganku kini semakin mendekati bibirnya. Aku bahkan bisa merasakan hembusan napasnya.
"Tentu saja, Bodoh!" Secepat kilat aku melepaskan tanganku yang digenggamnya. Tidak susah karena dia tidak menggenggamnya erat. Aku sedikit tercekat karena menyadari kenyataan bahwa aku sebenarnya sangat mudah melepaskan diri. Apa ini yang ia maksud tadi? Bahwa sebenarnya aku selalu bisa menyingkir, mengelak, dan mengenyahkan tangannya tapi aku memilih untuk diam.
"Kenapa?"
"Bilang saja kalau kau memang tidak mengambilnya. Gak usah pakai drama segala."
"Loh, memangnya jawabanku yang sangat jelas tadi hanya kamu anggap angin lalu? Aku kan sudah bilang bukan aku yang mengambilnya." Katanya membela diri.
"Lalu jika bukan dirimu, siapa lagi yang mengambilnya?" Tanyaku kesal. Kesal karena dia benar, dan kesal karena mungkin bukan dia yang mengambilnya. "Ugh. Ya sudah. Aku bisa membuat lagi yang baru."
Charity tidak berkata apa-apa lagi.
"Dan kamu..." Tunjukku tiba-tiba. Aku harus meluruskan satu hal sebelum hal mengesalkan ini terulang lagi dan lagi. "Dilarang menyentuhku. Secara sengaja ataupun tidak. Dalam kondisi apapun, dalam situasi apapun. Jika tidak..." Aku membuat isyarat ibu jari yang digerakkan horizontal memotong leherku. "...aku akan mencincangmu saat itu juga atau kau harus membayarku 10 milyar. Mengerti?"
Charity tampak terperangah dengan peraturan yang kubuat tiba-tiba itu. Tapi ia kembali menenangkan diri.
"Bagaimana jika kamu yang mulai menyentuhku duluan?" Tanya Charity enteng.
"Tidak akan pernah terjadi!"
"Aku tidak mau mengorbankan leherku untuk sesuatu yang tidak pasti begini. Bisa saja kan kamu malah berlari ke arahku karena melihat tikus di jalanan."
"Aku penguasa kucing, tidak mungkin aku takut melihat tikus jalanan." Kataku setengah jengkel. "Oke. Kalau memang aku yang menyentuhmu, yang sangat tidak mungkin terjadi itu, kamu boleh melakukan apapun padaku. Sekali."
"Heee... Baiklah." Katanya akhirnya. Aku sedikit terkesiap saat melihat tangannya yang bergerak seolah-olah akan mengelus kepalaku, tapi berhenti tepat seinci di atasnya. "Sayang sekali..."
"Mau apa kau?"
"Akan aku ingat baik-baik." Katanya tersenyum samar. "Sekarang ambil sarapanmu. Habis ini kita harus pergi ke suatu tempat."
"Ke mana?" Tanyaku penasaran sambil mengambil sebuah roti dari keranjang yang dari tadi dibawanya.
"Kita ke pusat kota. Menemui kakek yang kemarin."
------------------------------------------------------
"Kak, kalau ketahuan bagaimana? Aku takut... Kak Ava pasti akan marah besar."
"Aku juga takut, Neith. Tapi aku lebih takut Kak Avarie akan pergi meninggalkan tempat ini. Kamu lebih takut yang mana, Neith?"
"Kak Ava pergi." Kata Neith tegas.
"Yosh. Berarti kita sepakat. Sekarang bantu Kakak menggali di bagian sini." Kata Mido sembari menuntun tangan Neith di bagian tanah yang ingin digalinya.
"Tapi... apa benar alat ini memang bisa memulangkan Kak Ava dari sini?"
"Aku juga tidak begitu yakin. Bentuknya sedikit aneh. Tapi Kak Akram sendiri yang bilang tadi pagi kalau Kak Avarie sedang membuat alat komunikasi agar dia bisa dijemput. Kamu juga tahu kan, Kak Avarie bisa menciptakan banyak benda-benda ajaib. Jadi aku tidak begitu heran."
"Ya sudah. Ayo cepat kita kubur sebelum ketahuan Kak Ava. Dia masih tidur kan?"
------------------------------------------------------
Neith dan Mido selalu punya porsi tersendiri dalam cerita ini. Terutama Neith, dalam khayalanku tentang cerita ini lebih jauh, sudah ada kerangka terhadap andilnya dalam menyadarkan Putri Kucing Kita yang Tsundere. Wuehehehe. *mudah-mudahan bisa tercapai* *mudah-mudahan kalian yang baca gak bosan-bosan baca cerita yang-kayaknya-bakalan-panjang-ini*
Maaf, ceritaku banyak narasinya. Mungkin tidak terlalu cocok dengan orang yang biasa membaca banyak dialog. Tapi narasi panjangnya cuma selalu berada di bagian awal. Bagian akhirnya selalu kuusahakan diisi dengan dialog-dialog. Dan aku receh banget membuat dialog yang keren. Maaf lagi.
Akhir-akhir ini aku banyak membaca HC tentang CharGreed. Dan aku senang ternyata konsep manis mereka tidak jauh berbeda denganku. Itu artinya, aku berada di jalur yang tepat, kan?
Dan terima kasih untuk kalian yang sudah mau meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top