BAB 7

Sayang Adit 😍

Love dulu buat Part ini ♥️

****
Kadang kita tidak bisa menampik rasa cemburu.

Ana merenggangkan tanganya, ia tersenyum bahagia melihat pekerjaannya selesai. Aditya pasti akan kaget tahu hasil kerjanya. Mengingat dulu Ana selalu meminta Aditya mengerjakan tugasnya. Ia tidak pernah bisa menyelesaikan tugas kuliahnya dulu. Setelah menaruh berkas-berkas itu di meja Aditya, Ana bersiap untuk pulang. Bosnya itu nampak sudah meninggalkan kantor lebih dahulu.

'Dasar atasan nggak punya akhlaq! Ngasih tugas nggak masuk akal' cibir Ana dalam hati.

"Sean!" Ana terkejut melihat Sean berdiri di hall utama. Ia kira pria itu sudah pulang terlebih dahulu.

"Kamu belum pulang?"

"Belum, aku sengaja nungguin kamu biar kita bisa pulang bareng." Ana tersenyum hangat, ia langsung menggenggam tangan Sean berjalan keluar kantor. Tanpa Ana sadari Sean tersipu malu. Jantung Sean berdebar seiring langkah mereka. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata tajam mengamati mereka.

Aditya berdiri jauh di belakang mereka, tangannya terkepal melihat Ana yang begitu dekat dengan pria selain dirinya. Kaki Aditya ikut melangkah mengikut mereka diam-diam. Aditya penasaran dengan hubungan kedua orang itu? Apa mereka berpacaran? Entah kenapa Aditya tidak suka jika itu benar-benar terjadi.

"Ana.."

"

Iya."

"Bagaimana hari pertamamu?" Tanya Sean.

"Lumayan, tapi aku senang melakukan pekerjaanku. Ini lebih baik dari pada mengajar."

"Baguslah, kalau kamu kesulitan hubungi aku." Aditya berdecak mendengar ucapan Sean. Ia jadi mengingat dirinya dulu yang selalu siaga untuk Ana.

"Makasih Sean. Nanti mampir makan yuk.. Ana lapar.." telinga Aditya semakin panas mendengar nada manja Ana. Dulu Ana berbicara seperti itu hanya untuknya, ada perasaan tidak rela di hati Aditya.

"Makan di tempat kemarin gimana, lagi ada diskon buat pasangan." Wajah Aditya memerah mendengar ucapan Sean. Ingin rasanya ia menarik tangan Ana untuk menjauh dari Sean tapi Aditya menampiknya. Ia benci Ana jadi untuk apa cemburu. Tidak ada gunanya sama sekali. Kalau ia jadi pacar ia tidak akan pernah membiarkan pasangannya makan di tempat diskonan. Hanya pacar perlit yang meneraktit pacarnya dengan diskon.

"Pacaran di tempat diskonan tidak bermutu sama sekali." Ucap Aditya membuat kedua orang itu terkejut.
Sean langsung menunduk hormat kepada Aditya, beda dengan Ana yang berdecak kesal karena sindiran aditya.  Ia tidak menyangka jika bosnya itu masih di kantor. Ia kira bosnya itu berleha-leha di rumah.

"Selamat malam pak." Sapa Sean. Namun bukannya menjawab Adtya hanya diam lalu melenggang pergi ke dalam mobilnya.

"Dasar sombong!" Maki Ana.

"Biarin Ana, mungkin maksud Pak Aditya saya itu pelit karena neraktir kamu dengan diskonan." Ana menatap Sean kagum, pria ini begitu sabar tidak seperti Aditya.
Kemudian Sean memakaikan helm di kepala Ana. Hal itu tak luput dari perhatian Aditya. Dari balik kaca mobil, Aditya mengeram kesal.

"Murahan," decih Aditya.

"Kenapa bos kusut banget?" Suara Arlan mengagetkan Aditya.

"Sejak kapan masuk?" Aditya malah melayangkan pertanyaan tidak menyadari sahabat setannya duduk di sebelahnya. Kenapa ia malah jadi supir Arlan? Mengingat Aditya yang berada di balik kemudi.

"Sejak bos terlihat seperti pasangan cemburu."

Sialan Arlan!

"Ayo jalan bos, pengen ngikutin mereka kan?" Arlan dengan santai memasang sabuk pengaman. Mana ada anak buah menyuruh bosnya kalau bukan Arlan.

"Tukar posisi!"

"Enak aja bawahan minta supirin bos." Kemudian mereka tukar posisi.

"Ini bukan arah apartemen gua setan!" Aditya melotot ke arah Arlan.

"Kitakan mau memata-matai mereka?" Ujar Arlan tanpa dosa menunjuk motor yang membawa Ana. Sialan!

"Putar balik!!"

"Nanggung bos, gua juga laper."
Arlan keluar dari mobil tanpa dosa dengan membawa kunci mobilnya. Aditya berdecak kesal. Mau tidak mau ia masuk ke dalam cafe tersebut. Namun ia merasa aneh, ketika di dalamnya meja diisi oleh pria dan wanita layaknya pasangan kekasih. Ia menoleh ke arah Arlan, hanya dirinya yang datang bersama seorang pria. Bahkan pelayan menatap mereka berdua aneh.

"Maaf pak, khusus hari ini kami hanya menerima pelanggan yang sepasang kekasih."

"Kami sepasang kekasih mbak." Jawab Arlan santai tanpa dosa.

Aditya langsung melotot sangat begitu juga dengan pelayan tersebut yang telah berpikir macam-macam. Jangan sampai Ana memergokinya, turun sudah harga dirinya. Tidak ingin Arlan membuat kehebohan Aditya menarik tangan Arlan keluar. Malah hal tersebut membuat pelayan curiga jika mereka berdua pasangan homo. Karena Adit menggenggam tangan Arlan begitu erat.

"Lu gila ya Lan?"

"Biarinlah, kalau masuk nanti kita bisa ngeliatin si Ana sama Sean ngapain aja. Benerkan?"

"Dasar Gila!! Kita pulang!!"
Orang-orang yang berada di parkiran menatap Arlan dan Aditya yang sedang bertengkar.

"Apa lu liat-liat?" Ujar Aditya melototi orang-orang yang menatapnya.

"Pulang atau lu gua depeortasi ke Papua!" Ancam Aditya yang berhasil membuat Arlan masuk ke dalam.mobil.

***

Ketika sampai di rumah Aditya penasaran apakah Ana masih bersama Sean di 🏠 makan tersebut. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, ia memutuskan untuk menghubungi Ana. Hatinya gelisah memikirkan hal yang tidak-tidak seharusnya ia menyetujui ide konyol Arlan untuk masuk ke dalam cafe agar bisa mematai-matai Ana.

"Halo pak Adit." Aditya terdiam mendengar suara sapaan Ana. Sudah lama sekali mereka tidak saling menelpon. Ia jadi teringat dulu disaat kuliah Ana rajin sekali menelponnya setiap malam sebelum tidur untuk bercerita.

"Sekarang kamu dimana?"

"Dirumah pak kenapa?"

"Hanya memastikan istirahat kamu cukup, saya tidak suka memperkerjakan pegawai yang lemah karena malamnya sibuk bermain-main." Sindiran Aditya menbuat Ana membrengut kesal.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" Ujar Ana berusaha tak menanggapi sindiran Aditya.

"Besok jam 5 pagi ke apartemen saya. Nanti password pintunya saya kirim."

"Tapi pak sa" belum sempat Ana menyelesaikan kalimatnya Aditya lebih dulu mematikan ponselnya. Ia tersenyum senang membayangkan Ana kesal padanya.

"Aku akan menyiksamu Ana, kamu harus merasakan penderitaanku." Gumam Aditya sambil merebahkan diri ke kasur. Ia sudah mulai menyusun rencana jahat untuk besok. Ia jadi tidak sabar melihat wajah menderita Ana. Andai saja tadi Ana tidak bersenang-senang dengan Sean. Pasti Aditya tidak akan melakukan hal ini. Namun ia tidak rela melihat Ana bahagia di atas penderitaannya.

***

Ana menghela napas kasar, ia benci Aditya. Sialan bis macam apa dia! Mana ada bis tang memerintahkan karyawannya kerja pukul 5 pagi. Aditya pasti berencana untuk menyiksanya. Ya Tuhan kapan semua ini berakhir! Ana mendesah, kakinya melangkah malas ke dalam lift apartemen Aditya. Untung saja masih ada ojek online jam segini, sehingga Ana bisa tiba dengan cepat. Lift bergerak menuju lantai 5. Lalu pintu terbuka, ia mencari pintu sesuai petunjuk Aidtya. Setelah itu ia memasukan password untuk membuka pintu.

Ruangan itu sunyi, seperti tidak ada tanda kehidupan. Aditya belum bangun rupanya. Ana mengamati desain dan furniture mewah yang tertata di ruangan itu. Selera Aditya berubah tidak seperti dulu. Disini penuh dengan barang mahal, sedangkan dulu Aditya begitu sederhana. Uang merbuah segalanya. Kehidupannya seperti tertukar dengan Aditya apa ini namanya karma karena telah menyakiti Aditya.

"Sudah datang?" Ana terkejut melihat Aditya berdiri dengan telanjang dada di depan pintu kamar.

"Iya pak." Ana menelan ludahnya gugup. Ia mengutuk Aditya yang berkeliaran tanpa pakaian. Ia juga wanita normal yang akan salah tingkah jika di beirkan pemandangan seperti ini.

"Rapikan tempat tidur saya, siapkan baju dan juga sarapan. Saya mau mandi." Ana berdecih dalam hati, Aditya memperlakukannya seperti asisten rumah tangga. Pria ini benar-benar keterlaluan. "Baik pak."

Ana merapikan kamar Aditya sambil mendumel. Kamar pria itu begitu bermatakan selimut yang semrawut dan pakaian kotor yang tergeletak di lantai sembarangan. Bukan hanya itu ada kertas-kertas yang berserakan di lantai. Astaga! Apa yang pria itu lakukan semalam? Hingga bisa sejorok ini. Setelah selesai membereskan kamar dan menyiapkan pakaian pria itu, Ana bergegas ke dapur untuk membuatkan sarapan. Ia membuat sandwich, karena makanan ini simple. Ana hanya menghabiskan beberapa menit saja untuk membuat dan menata nya dimeja. Ia juga membuat segelas susu hangat.

"Tolong bantu saya memakai dasi." Aditya sudah memakai setelan kantor dengan rapi.

'Dasar manja.' batin Ana. Ia merasa seperti pelayan pria itu. Jadi sebenarnya pekerjaan apa yang ia lamar Asisten kantor atau rumah tangga?

Ana mengambil dasi tersebut, mengalungkannya ke leher Aditya. Lalu Ana mengikat dasi tersebut. Diam-diam Aditya menahan napas merasakan aroma gadis itu. Jujur ia membenci Ana tapi tidak pernah bisa mengendalikan diri disaat berdekatan dengan Ana. Karena jaraknya dengan Ana yang begitu dekat, membuat Aditya tidak bisa menahan diri lagi. Ia mengangkat tubuh gadis itu di atas meja makan lalu mencium bibirnya dengan ganas. Ana yang terkejut dengan perbuatan Aditya hanya bisa pasrah. Ana juga merutuki dirinya yang menikmati ciuman tersebut. Seakan sadar apa yang mereka lakukan salah. Ana mendorong Aditya hingga ciuman mereka terlepas. Airmata Ana mengalir karena lagi-lagi Aditya melecehkannya.

"Jangan menangis, kamu tenang saja ciuman ini ada harganya. Anggap saja ini bonus dari gaji kamu."

Brengsek!

Tanpa sadar Ana menampar wajah pria itu. Bukannya marah Aditya malah tertawa. "Kamu harus ingat posisimu Ana jika kamu tidak ingin di pecat." Ana memalingkan wajah, harga dirinya diremas habis-habisan oleh Aditya. Apa perbuatannya dulu begitu kejam hingga Aditya mempermalukannya dengan cara rendahan seperti ini. Ia tidak bisa melawan, ia tidak ingin kehilangan pekerjaannya.

"Tugas yang saya berikan kemarin sudah selesai?" Tanya Aditya, pria itu sekarang duduk dan memakan sarapan. Sikap Aditya membuat Ana sakit, karena pria itu biasa saja dengan ciuman tadi.

"Sudah pak."

"Bagus kerjamu cepat juga. Tapi saya tidak memperlakukan berkas-berkas itu lagi." Mata Ana membola mendengar kaliamt terakhir Aditya. Apa maksud pria itu apa pekerjaannya sia-,sia?

"Maksud bapak?"

"Buang berkas-berkas itu ke tempat sampah."  Ana tak dapat menahan lagi airmatanya yang jatuh. Brengsek! Pria ini benar-benar bajingan! Lalu buat apa ia melakukan pekerjaan sia-sia itu kemarin, jika pada akhirnya jika berkas-berkas itu akan berakhir menjadi sampah.

Selamat Membaca

SEMOGA SUKA CERRITA AKU

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TEMEN-TEMEN KALIAN.

Rekomendasi kan ya 💜

Love you..

Follow Instagram
@wgulla_
@adityaarjanggi
@anatasya_ryhn

Salam


Gulla
Istri sahnya Lee min ho

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top