Bab 43

Love dulu buat part ini ♥️

***

Thalia bertekad untuk mendapatkan Aditya. Ia sudah menyusun rencana pertamanya yaitu mencumbu Aditya lalu memfotonya dan memberikan foto itu pada Ana. Setelah melihat foto itu pasti Ana akan meninggalkan Aditya dan membatalkan pernikahannya.

Jika rencana pertama gagal maka ia akan memakai rencana terakhir yaitu hamil anak Adit.

Saat ini Thalia sudah berada di kantor Aditya untuk menandatangani surat perjanjian kerjasama antar perusahaan mereka. Terlihat Aditya sibuk di sofa ruang kerjanya. Thalia jadi tidak sabar. Ibunya sudah berada di pantry untuk mencampur minuman Aditya dengan obat.

Setelah berbasa-basi dengan sekertaris Aditya. Ia diizinkan untuk masuk lalu di tinggal berdua dengan Aditya dalam satu ruangan. Arlan terlihat sedang buru-buru untuk mengurusi sesuatu. Thalia nampak tak peduli ia malah senang bisa berdua saja dengan Aditya.

"Sebelumnya terimakasih Adit, mau bekerja sama dengan perusahaan-ku." Aditya hanya tersenyum tipis. Lalu masuk OB membawa minuman untuk mereka.

Aditya membuka berkas yang akan ia tanda tangan. Setelah itu ia meminum teh hangat yang di bawa OB tadi. Thalia tersenyum senang. Rencananya akan berhasil, ia akan menghancurkan hubungan Ana dan Aditya.

****

"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan padaku Thalia?" Tanya Ana bingung. Karena diajak bertemu tiba-tiba. Mereka saat ini berada di salah satu cafe.

"Ini.." Thalia menunjukkan foto-foto mesranya bersama Aditya kemarin. Foto yang berhasil ia dapatkan ketika Aditya tak sadarkan diri.
Kening Ana berkerut melihat itu. Lalu hanya keluar "Oh," dari mulut kecilnya. Ana seakan tidak terkejut melihat itu.

"Bagaimana? Apakah kamu akan meninggalkan Aditya melihat ini?" Ujar Thalia ketika reaksi yang di keluarkan Ana biasa saja.

"Kenapa aku harus meninggalkan Aditya?" Tanya Ana.

"Hah?" Thalia menepuk jidatnya frustasi. Haruskah dia jelaskan situasi yang sebenarnya.

"Ya Karena aku bermesraan dengan calon suamimu kemarin. Itu artinya Adit menyukaiku. Dia bermain di belakang mu. Memang kamu tidak cemburu?"

"Tidak.."

"Memangnya apa yang perlu di cemburukan," Bolehkah Thalia memukul wajah gadis ini. Ana ini lugu, polos atau bodoh? Ana nampak biasa saja dan tidak mempan dengan fotonya. Padahal disana jelas terlihat fotonya yang berciuman dengan Aditya bahkan ada yang berpelukan juga.

"Kalau mas Adit benar menyukai kamu seharusnya dia melamar kamu bukan aku." Ucap Ana merasa apa yang ia lihat tidak sesuai dengan kenyataan. Aditya mencintainya bahkan sejak kuliah dulu hingga sekarang. Jadi tidak mungkin Aditya bermain di belakangnya. Ia mempercayai pria itu. Kalau Aditya menyukai Thalia kenapa pria itu harus marah-marah setiap bertemu Thalia bahkan sampai menjual apartemennya hanya karena pernah dikunjungi Thalia.

"Dengan ada ataupun tidak adanya foto itu. Ana dan Mas Adit akan tetap menikah."

"Karena aku telah terikat dengan Mas Adit. Aku hanya akan pergi jika Mas Adit yang meminta bukan kamu Thalia. Kamu tidak berhak memerintah ku untuk meninggalkan Aditya."

Ana mengambil beberapa foto itu lalu membawanya pergi meninggalkan Thalia yang frustasi. Sejujurnya Ana tidak suka melihat foto itu. Tapi ia tidak akan meninggalkan Aditya. Mungkin benar kata Aditya jika saudaranya itu jahat. Dan ia tidak akan terjebak dengan trik murahan seperti ini.

****

"Mas ini apa?" Tanya Ana menyerahkan foto yang ia dapat dari Thalia. Aditya yang baru saja duduk terlonjak kaget. Ia menghampiri Ana untuk melihat apa yang dibawa perempuan itu.

Aditya yang melihat foto itu terkejut. Ia langsung bersimpuh meminta maaf pada Ana. Tangannya menggenggam tangan Ana menciuminya. Ia mengingat kemarin ia pingsan di kantor setelah Thalia datang untuk menandatangani berkas. Setelah itu ia tidak mengingat apapun. Sialan Thalia! Sudah berani menjebaknya. Awas saja setelah ini ia bersumpah akan membuat wanita itu terjebak dalam Sel penjara.

"Sayang maafkan mas. Sumpah mas di jebak. Bahkan mas tidak ingat telah melakukan ini dengan Thalia." Aditya mencoba menjelaskan pada Ana agar gadis itu tidak salah paham. Ia belum siap kehilangan Ana untuk ke dua kali. Apalagi pernikahan mereka tinggal seminggu lagi. Masa ia gagal nikah hanya karena foto ini.

"Mas beneran nggak ngapa-ngapain. Mas pingsan waktu itu bahkan mas nggak ingat apa yang terjadi..."

"Mas ngapain sih lebay tahu.." ujar Ana mencoba menghentikan kegiatan Aditya yang terlihat seperti pengemis yang memohon-mohon.

"Lepas ih... Lebay banget..."

"Apa lebay? Mas lagi.." Belum selesai Aditya menjelaskan. Ana lebih dahulu memotong perkataan pria itu.

"Lagian siapa yang mempermasalahkan hal itu." Ujar Ana santai.

"Seharusnya kamu kan cemburu melihat suami kamu di goda orang lain." Aditya memandang Ana tidak percaya. Ia yang tadi awalnya ketakutan jadi marah. Ia kesal Ana biasa saja bahkan tidak menunjukkan raut wajah cemburu padahal dirinya yang melihat foto ini sudah ketakutan setengah mati.

"Kenapa harus cemburu mas Adit-kan udah jadi bucin-nya Ana?"

"Hah?" Aditya menatap istri tak percaya. Kadang ia tidak bisa mengerti jalan pikiran Ana. Jadi istrinya tidak cemburu. Aditya tiba-tiba kesal. Ia kan juga mau dicemburui. Calon Istri tidak peka.

"Arlan bilang ke aku. Kalau mas cinta mati sama aku. Bahkan mas juga nyuruh Arlan cari tahu tentang masalalu aku. Jadi buat apa takut mas selingkuh kalau mas aja gagal move on sama aku." Bolehkan Aditya mengumpat mendengar itu.

Sialan Arlan minta disikat mulutnya ternyata. Bisa-bisanya asistennya itu berkhianat dan membocorkan rahasianya pada Ana. Padahal kan atasannya Arlan itu dirinya bukan Ana. Aditya mengeluh dalam hati. Terlihat sekarang siapa yang begitu tergila-gila dan nggak bisa move on.

"Lalu kenapa kamu kasih foto itu ke mas untuk apa?"

"Cuma mau kasih tahu ke mas lain kali jangan mau cuma berduan aja perempuan lain di dalam ruangan. Bahaya!!" Bibir Aditya menyunggingkan senyum mendengar itu. Calon istrinya cemburu dan itu terlihat menggemaskan di mata Aditya. Ia pikir Ana tidak cemburu. Soalnya muka gadis ini terlihat santuy berbanding terbalik dengan dirinya. Jadi pengen cium kan Aditya melihat bibir Ana yang mengerucut imut itu..

"Boleh cium bibir kamu tidak?" Tanya Aditya saking gemasnya.

"Atau mas cium Thalia aja." Aditya mencoba memanas-manasi Ana.

"Yaudah cium aja sana Thalia. Sekalian nikah sama dia. Jangan gila kalau mas lihat aku nikah sama Sean besok." Ancam Ana kesal. Karena Aditya membuatnya cemburu.

"Wah ada yang cemburu. Tapi cemburunya nggak sehat, pake ancem mau nikah sama Sean segala. Asal kamu tahu sebelum kamu nikah sama Sean mas udah deportasi dia ke ujung dunia. Bahkan semua laki-laki yang berani ngajak kamu nikah selain mas, akan mas buat dia menghilang." Aditya senang karena Ana cemburu.

"Tunggu dulu maksud mas deportasi itu apa?"

"Mas udah pindahin Sean ke cabang perusahaan mas yang baru di Italia. Sekaligus mas promosikan dia jabatan."

"Astaga mas itu namanya mas buang Sean secara halus." Aditya tidak suka dengan jawaban Ana. Gadis itu terlihat seperti membela Sean.

"Biar saya bisa hidup tenang." Setelah ini giliran Thalia yang akan kejutan darinya. Ia benci hidup seperti ini. Tidak bisakah di cerita ini hanya ada dia dan Ana tanpa harus ada embel-embel Thalia dan Sean.

"Cukup ada saya dan kamu saja di dunia ini. Jika ada orang yang berusaha mengusik dunia kita maka mas nggak akan segan-segan membuat mereka menghilang."

"Mas kejam!!" Seru Ana. Ia harus menghubungi Sean setelah ini dan meminta maaf. Astaga mimpi apa dia punya cuma calon suami seperti Aditya yang super posesif.

"Tapi romantis bukan?" Ujar Aditya sambil mengecup kening Ana lama. Ana hanya menggelengkan kepala kesal. Ia tidak suka Aditya yang bersikap seenaknya.

"Saya nggak akan biarin siapapun merusak dunia kita." Bisik Aditya membawa Ana ke dalam pelukannya.

"Ana.."

"Ada apa mas?"

"Saya sudah tidak sabar."

"Mas tidak sabar ngapain?"

"Jangan mesum deh.." ujar Ana menatap Aditya takut. Tapi pria itu malah nyengir membuat Ana tambah waspada.

"Siapa yang mau mesum. Jangan-jangan kamu kan yang mau dimesumin?" Ujar Aditya sambil menarik turunkan alisnya menggoda Ana.

"Ih apaan sih.. mana ada.." ujar Ana sebal.

"Padahal kan mas cuma mau bilang....."

"Saya tidak sabar mau menikah dengan kamu. Pasti anak kita nanti bangga punya Ayah yang tampan dan kaya seperti saya." Ana hanya tertawa mendengar itu. Ia jadi membayangkan bagaimana anaknya kelak, jika sama persis seperti ayahnya. Apakah akan se-sombong dan sesongong Aditya?

****

SPAM komen disini

Buat yang mau beli versi novel bisa cari di shoope dengan kata kunci boss with love

Extra Chapter hanya ada di Novel cetak. Disini cuma sampai ending ya..

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top