Bab 41

Love dulu buat part ini ♥️

Jangan lupa vote dan coment..

***

Dari semua hal yang Aditya benci adalah Sean. Pria itu tanpa raut wajah takut berdiri di hadapannya sambil membawa bunga mawar putih. Berani sekali pria ini mendatangi Apartemennya untuk bertemu Ana.
Apakah Sean lupa jika Ana sudah available menjadi miliknya? Pasti ini salah Arlan yang tidak memperingatkan Sean untuk menjauhi Ana. Awas saja Arlan!

Fix!

Setelah ini Aditya akan pindah dan menjual apartemennya yang tidak lagi suci karena dimasuki makhluk-makhluk astral berwujud manusia ini. Ia juga akan memberitahu Ana untuk tidak menyebarkan alamat mereka kepada tiga orang yang tidak ia sukai ini. Ia benci orang-orang munafik. Sama seperti Sean pria itu mendekati Ana bukan karena peduli tapi karena ingin melihatnya sebagai laki-laki.

"Sean...."

"Maaf aku lupa jika kamu mau datang kesini." Ucapan Ana membuat api di kepala Aditya semakin membara. Jadi calon istrinya itu sudah tahu bahwa pria yang jelas-jelas menyukainya ini mau datang kesini tapi tidak memberitahunya dulu.

"Mari masuk..." Ajak Ana tanpa meminta persetujuan Aditya. Astaga ingin rasanya Aditya berkata kasar. Tapi Aditya hanya bisa menahannya. Lalu mengikuti ke dua orang itu untuk duduk di kursi tamu. Hari ini rasanya ia ingin meledakkan diri. Ia jadi berubah pikiran untuk menunda pernikahannya.

"Aku ambilkan minum dulu ya.." Aditya langsung mencegah.

"Tidak usah itu masih ada bekas minuman tamu tadi sebelumnya." Ana menatap Aditya kesal.

"Sudahlah Ana lagi pula aku tidak akan lama disini." Ucap Sean seakan mengerti jika Aditya tidak menyukai kehadirannya.

"Saya juga tidak ingin kamu berlama-lama disini." Balas Aditya sengit. Ana menyenggol bahu Aditya untuk tidak berkata yang macam-macam.

"Maaf..." Ucap Ana dengan raut bersalah pada Sean. Untungnya Sean biasa saja dan nampak tidak begitu terpengaruh oleh kata-kata Aditya.

"Tidak apa-apa Ana. Aku juga masih ada pekerjaan. Maafkan aku yang tadi tidak bisa ikut pemakaman ibu kamu padahal aku ingin sekali datang. Aku turut berduka cita Ana."

"Baguslah kamu menjadi karyawan yang tauladan. Tidak sia-sia saya menggaji kamu..." Ceplos Aditya yang membuat Ana menahan malu. Astaga mulut pria itu terbuat dari apa sih!

"Santai aja Sean. Aku juga nggak maksa yang penting doanya. Doain ya ibu aku diberi ketenangan di alam sana."

"Aamiin..."

"Ini bunga untuk kamu sebagai permintaan maaf ku." Aditya langsung panas melihat Ana yang nampak bahagia mendapat bunga dari Sean. Cih hanya bunga sebesar itu ia bisa beli sekaligus toko-tokonya. Besok ia akan berikan pada Ana toko bunga agar gadis itu tahu ia lebih segalanya dari Sean.

"Cantik sekali terimakasih Sean." Mendengar ucapan Ana yang dengan senang hati menerima bunga dari Sean membuat Adit geram. Ini tidak boleh terjadi hanya Adit seorang yang boleh dipuji oleh Ana.

"Aku pulang dulu ya Ana.." Kemudian Sean pamit pulang kepada Ana dan Aditya.

Aditya bernapas lega ketika Sean tak ada di pandangannya lagi. Ia mendekati Ana yang masih memegangi bunga yang diberikan Sean. Ia berdecih tidak suka. Tanpa basa-basi langsung meraihnya lalu membuangnya di tempat sampah.

"Loh mas kok di buang..." Protes Ana.

"Saya cemburu Ana. Apa kamu tidak sadar?" Aditya mencengkram ke dua bahu gadis itu. Ana menelan ludah, ia takut dengan tatapan Aditya yang begitu tajam menusuknya. Pria itu menyudutkannya ke tembok tanpa ada jarak yang memisahkan mereka.

"Lain kali jangan menerima pemberian apapun dari pria manapun mengerti!!" Ana mengangguk menjawab itu.

"Bagus.. Kalau kamu suka bunga besok aku akan membelikan toko Bunga untukmu sekaligus kebun bunganya bagaimana?" Ana langsung menggeleng mendengar ucapan Aditya yang berlebihan.

"Tidak usah mas.. Itu terlalu berlebihan."

"Aku memang sengaja akan membeli toko bunga untukmu agar kamu tidak perlu mendapatkan bunga lagi dari siapapun." Termasuk Sean ujar Aditya dalam hati tanpa menyuarakannya. Ia sudah cukup gila dengan hari ini.

"Terserah mas saja. Ana ikut mas."

"Dan satu lagi Ana jangan pernah membawa siapapun ke tempat tinggal kita tanpa izin dariku."

"Mengerti!!" Ujar Adit sambil menatap Ana tajam. Ia tidak suka jika ada orang-orang munafik berada dirumahnya. Sama seperti Sean, pria itu sebenarnya munafik mendekati Ana hanya karena menyukainya saja bukan murni pertemanan yang dibanggakan Ana.

"Mau itu saudara kamu atau bukan kamu harus izin dulu sama saya!! Jadi kalau Eve dan Thalia mau kesini harus lapor dulu. Aku tidak suka itu.."

"Iya mas."

"Besok kita pindah dari Apartemen ini." Ana menatap Aditya bingung lalu mereka akan tinggal dimana.

"Lalu kita akan tinggal dimana mas?"
Aditya hanya tersenyum tanpa menjawab. Ia akan memberikan Ana kejutan. Kejutan yang tak akan pernah terlupakan sepanjang hidup gadis itu. Rumah yang memang sudah Aditya siapkan sejak lama. Sebut saja Aditya Bucin, karena selama ini masih saja mengharapkan Ana. Bahkan sudah mempersiapkan rumah jika ia dan Ana nanti menikah. Padahal awalnya ia hanya ingin membuktikan pada Ana jika ia kaya ia sanggup memberikan wanita itu apapun tanpa ia sadari ia berjuang agar pantas jika ia kelak bisa bersanding dengan Ana. Menikah dengan Ana adalah impiannya sejak dulu. Sejak ia jatuh cinta dengan gadis itu.

"Sekarang Aku mau hukum kamu dulu karena sudah membuatku cemburu."

Belum sempat Ana mengatakan apapun Aditya lebih dahulu mencium bibir Ana. Melumatnya tanpa ampun bahkan tidak membiarkan gadis itu bernapas sedikitpun. Bahkan Ana hampir saja jatuh saking lemas-nya jika Aditya tidak memeluknya dan menahan tubuhnya.

"Sepertinya kita harus mempercepat pernikahan kita." Aditya menatap Ana sayu penuh gairah. Ingin rasanya ia menyentuh gadis itu sekarang juga. Ana begitu menggairahkan di matanya. Begitu cantik dan sayang untuk di lewatkan. Tapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak berbuat lebih sebelum menikahi gadis itu. Karena ia ingin Ana merasa jika ia dihormati dan diistimewakan bukan dilakukan layaknya pelacur di jalanan.

"Tidak masalah bukan jika pernikahan kita tidak jadi di tunda." Ana mengangguk menurut. Ia hanya bisa pasrah jika sudah dibawah kendali Aditya. Ia sudah menyerahkan semua hidupnya pada pria itu. Ia tidak punya apa-apa lagi selain Aditya. Pria yang berjanji akan membahagiakannya.

Aditya tersenyum ia suka Ana yang penurut seperti ini. Setelah ini ia akan menghubungi Arlan untuk mengurus semuanya walau ia tahu Sekertaris-nya itu akan mengomelinya panjang lebar karena labil. Padahal baru kemarin ia bilang ke Arlan untuk menunda persiapan pernikahan tapi sekarang ia malah ingin mempercepatnya. Yang penting ia punya uang bukan semuanya akan cepat dilakukan.

"Aku hanya takut Sean akan merebut kamu..." Aditya menunduk mensejajarkan wajahnya dengan Ana ketika mengatakan itu. Sebenarnya Ana ingin sekali mengatakan tidak ada yang perlu dikhawatirkan ia tidak mencintai Sean dan hanya menganggap pria itu sebagai sahabatnya tidak lebih.

"Aku tida bisa membayangkan jika ada laki-laki lain memilikimu, Ana. Hanya aku satu-satunya laki-laki yang boleh kau miliki.."

"Karena hanya laki-laki luar biasa sepertiku yang pantas untuk memilikimu." Aditya tidak segan mengungkapkan rasa posesifnya.

"Mengerti!!!!" Ana mengangguk mendengar itu.

"Say love me Ana.."

"I Love you Mas Adit..." Kemudian Aditya kembali mencium Ana sampai lemas.

***

SPAM komen disini ya!

1000 komen baru lanjut

Aku update sampai ending aja ya. Extra Chapter cuma ada di Novel versi cetak.

JANGAN LUPA IKUT PO BOSS WITH LOVE CUMA ADA PAS PO AJA SOALNYA

BISA PESAN DI TOKO BUKU ONLINE

Novely young
Tokotmindo
Linibuku
Dan lain-lain

Atau

TINGGAL CARI AJA di pencarian ketik BOSS WITH LOVE
DI SHOOPE ATAU NGK TOKO PEDIA.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top