Bab 40

Ana mondar-mandir di depan ruangan menunggu kabar dari dokter. Ia khawatir dengan kondisi ibunya. Ia masih syok atas peristiwa ini. Bukannya kemarin ibunya baik-baik saja? Ana merasa aneh dengan hal yang menimpa ibunya.

Sedangkan  Aditya duduk memperhatikan Ana. Padahal ia sudah berkata pada gadis itu untuk duduk saja tapi Ana menolak.

"Saudari Anatasya?" Suara dokter yang biasa menangani ibunya itu keluar dari ruangan membuat Ana menghampiri dokter itu.

"Bagaimana dok keadaan ibu saya? Apakah ibu saya baik-baik saja? Ibu saya tidak kenapa-kenapa kan dok?" Aditya mendekat melihat bagaimana frustasinya Ana.

"Maaf, kami sudah berjuang sekuat tenaga. Ibu anda tidak bisa kami selamatkan." Perkataan itu bagaikan petir di telinga Ana. Hatinya sakit mendengar itu. Ia harus kehilangan orang yang dicintainya lagi. Dulu ayahnya sekarang ibunya. Rasanya lututnya lemas Ana meluruh ke lantai dengan tangis yang se-enggukan.

Dunianya seakan hancur. Ia telah berusaha dua tahun ini agar ibunya bisa sembuh tapi semua harapannya sia-sia. Orang yang telah melahirkannya sekaligus merawatnya kini pergi meninggalkannya. Padahal Ana sudah bermimpi ibunya akan datang di pernikahannya nanti. Tapi sekarang tidak ada lagi baik ayah dan ibunya.

Hiks..hikss ibu

Kenapa ibu pergi? Kenapa ibu ninggalin Ana sendirian?

Aditya membawa gadis itu ke dalam pelukannya. Menenangkan Ana semampunya, ia pernah di posisi Ana. Ketika ayah dan ibunya meninggal karena kecelakaan dulu. Rasanya seperti Dejavu.

"Mas dokter pasti bohong-kan?"

"Ibu masih hidup bukan? Ibu tidak mati bukan? Kemarin mas lihat sendirikan ibu masih baik-baik saja..."

"Kalau Ibu pergi Ana sama siapa mas. Ana tidak punya siapa-siapa lagi. Hanya ibu yang Ana punya. Sekarang Ana sendirian mas. Ana takut hiks..hiks...hiks.."

"Tenang sayang... Jangan takut kamu masih punya mas disini... Dan mas tidak akan membiarkan kamu merasa sendirian.. Ana.." bisik Aditya di tengah tangis sendu milik Ana. Hatinya tersayat mendengar suara isak tangis Ana.

Aditya duduk di belakang Ana yang sedari tadi menangisi kepergian ibunya. Hanya ada mereka berdua di makam ini. Aditya juga menunda pernikahannya dua minggu karena ini. Ia tidak ingin Ana sedih di hari pernikahannya. Ia mengerti bagaimana rasanya kehilangan orang tua jadi ia tidak ingin bersenang-senang sedangkan mereka saja baru kehilangan. Hatinya terasa sakit mendengar isak tangis Ana. Rasanya ia ingin menukar apapun yang ia miliki asal gadis itu tersenyum kembali.

Ada satu hal yang Ana tidak ketahui. Sebelum di kubur Aditya meminta mayat ibu Ana untuk di otopsi agar tahu apa yang menjadi penyebab kematiannya. Hasilnya akan keluar seminggu lagi. Jika terbukti kalau Ibu Ana meninggalkan karena di bunuh maka Aditya akan mempenjarakan orang itu tanpa pandang bulu.

"Lebih baik kita pulang sayang.. ini sudah hampir sore.." Ana mengangguk kemudian menurut ketika Aditya menuntunnya keluar dari pemakaman.

Bahkan di dalam mobil Ana hanya diam menatap jendela kosong. Ana-nya benar-benar rapuh. Aditya tidak sanggup melihat Ana terus seperti itu.

"Kamu mau beli sesuatu?" Tawar Aditya. Hanya gelengan yang ia dapat dari Ana.

"Kalau kamu mau sesuatu bilang ya.." Kemudian Ana menggangguk.
Akhirnya mereka tiba di Apartemen setelah memarkirkan mobil di basement. Mereka menaiki lift menuju unit milik Aditya.

"Kenapa mereka ada disini?" Tanya Aditya bingung ketika ada Thalia dan Eve di depan pintu Apartemennya. Wajahnya berubah kesal melihat serigala berbulu domba itu.

"Tahu dari mana alamat apartment-ku?"

"Aku yang kasih tahu mereka mas.." Jawab Ana. Setelah sekian lama diam gadis itu berbicara. Rasanya Aditya ingin memarahi orang yang telah memberitahu alamatnya namun diurungkan karena orang itu adalah Ana. Ia tidak bisa memarahi gadis itu.
Aditya hanya menghela napas.

"Maaf ya Tante, Ana lama pasti tante sama Thalia nungguin dari tadi.."

"Iya nggak papa kok. Tante kesini mau belasungkawa."

"Ya udah tante masuk aja yuk.." Aditya melotot mendengar ajakan Ana pada dua orang itu.

Sial!

Siapa sih sebenarnya pemilik Apartemen ini?

Kenapa malah Ana mengizinkan dua orang ini masuk?

Tadi apa kata wanita itu mau belasungkawa tapi nyatanya tidak datang ke pemakaman.

Penipu ulung!

Ia yakin mereka berdua kesini agar bisa dekat dengannya terlihat dari gelagat Thalia yang sedari tadi mencuri pandang dengannya bahkan mengedip genit.

Astaga!!

Adakah yang lebih buruk dari ini!!!

Aditya ingin marah tapi tidak bisa. Karena ada Ana di dekatnya. Bisa-bisa gadisnya itu ilfil dengannya.

"Mas temani Tante Eve dan Thalia mengobrol dulu. Ana mau buat minuman sebentar." Mendengar itu Aditya semakin gila. Apakah Ana itu tidak peka? Jika ia tidak ingin bersama kedua mahluk penjilat ini. Setelah itu Ana benar-benar pergi meninggalkannya.

Tiba-tiba Thalia pindah tempat duduk di samping Aditya mendempetkan diri dengannya. Aditya risih ia berusaha menghindar tapi Thalia tidak menyerah.

"Bisa tidak jangan mengikuti saya!" Ujar Aditya dingin.

"Kamu nggak cinta-kan sama Ana?"

"Siapa yang bilang?"

"Buktinya kamu nggak jadi nikah sama Ana.."

"Sudah mengaku saja Aditya lebih baik kamu putus saja sama Ana. Anak Tante lebih segalanya dari Ana. Bahkan disaat kalian menikah pasti perusahaan akan jadi tambah besar." Aditya berdecih tidak tertarik benar dugaannya mereka ini benar-benar ular.

"Pernikahan saya itu di tunda bukan dibatalkan."

"Kamu menikahi Ana cuma karena kasihan bukan sama dia. Udah miskin, nggak punya orang tua, kerjaan nggak jelas.." Ujar Thalia tidak mau menyerah. Ia menyuruh Aditya untuk meninggalkan Ana.

"PERGI!!"

"Tapp---" Thalia seakan tak terima dengan apa yang Aditya katakan. Ia tidak suka di tolak seperti ini. Biasanya para lelaki berlomba mengejarnya tapi sekarang ia di rendahkan hanya karena wanita tidak tahu diri itu. Thalia kesal setengah mati.

"KALIAN PERGI SEKARANG ATAU SAYA PANGGIL SATPAM UNTUK MENGUSIR KALIAN!!!" Eve menatap Aditya kesal. Ternyata pria ini sulit sekali ditaklukkan jika saja anaknya tidak suka dan pria itu tidak kaya mana mau ia seperti ini. Harga dirinya terluka di usir seperti ini.

"Mah.." rengek Thalia agar bisa membujuk Aditya. Tapi Eve menarik anaknya itu untuk keluar dari sana.

"Dasar wanita gila!" Umpat Aditya kemudian membaringkan tubuhnya di sofa. Seharusnya ia usir dari tadi. Ia juga akan menghubungi satpam untuk mem-backlist kedua orang itu.

"Loh mas Tante Eve sama Thalia kemana?" Tanya Ana bingung tidak melihat saudaranya itu. Padahal ia baru saja selesai menyiapkan minum dan beberapa cemilan.

"Ada urusan penting." Aditya berbohong tidak mungkin ia mengatakan mereka mas usir. Ana pasti mencak-mencak marah padanya.

"Sayang banget padahal Ana belum sempet ngobrol banyak." Ana menaruh nampan tersebut di meja.

"Ana pergi ke kamar aja kalau gitu mau tidur." Namun Aditya menarik tangan Ana. Hal itu membuat gadis itu terkejut karena tubuhnya tiba-tiba limbung dan jatuh di dekapan Aditya.
Jantung Ana berdebar kencang berada di atas tubuh Aditya. Apalagi wajah mereka yang saling berdekatan. Ana menelan ludah gugup.

"Mas mau apa?" Tanya Ana dengan gugup. Ia menatap Aditya malu-malu.

"Kamu itu lucu ya, suka sekali gugup padahal aku sudah katakan untuk biasa saja. Apa kita harus sering-sering seperti ini agar kamu tidak malu," pipi Ana merona mendengar itu. Entahlah Ana memang selalu malu jika berdekatan dengan intim bersama pria ini.

"Lepas mas.." Ana menggeliat ingin bangkit tapi Aditya menahannya.

"Aku lebih suka seperti ini. Apalagi ini.. rasanya rindu sekali tidak mengecupnya sehari saja..." Ujar Aditya sambil mengelus bibir Ana lembut baru saja ia ingin mencium bibir yang sudah menjadi candu itu. Suara bel berbunyi.

Astaga!

Siapa yang berani mengganggu kegiatan panasnya?

Awas saja jika orang itu Arlan! Ia akan menendang bokong Arlan hingga ke laut.

Perasaan ia tidak memiliki tamu dan janji dengan siapapun.

"Biar aku saja yang buka..." Ana menghela napas lega. Hampir saja mereka akan berciuman lagi. Ia hanya takut mereka akan kebablasan. Ana mengikuti Aditya dari belakang dengan langkah pelan. Ia ingin tahu siapa yang datang.

Ketika Aditya membuka pintu, pria itu terkejut mendapati wajah Sean disana sambil membawa bunga mawar putih. Pria yang paling ia benci karena dekat dengan Ana.

Kenapa pria itu bisa kesini? Jangan-jangan Ana yang memberikan alamatnya pada Sean. Ingin sekali Aditya berteriak marah namun ia menahannya. Rahangnya mengeras dan matanya menatap tajam Sean seakan ingin membunuh pria itu. Ia tidak bisa menahan rasa cemburunya lagi. Jika berkaitan dengan Ana.

Ternyata ada yang lebih buruk daripada kedatangan Eve dan Thalia. Ya Sean adalah hal terburuk di hidupnya..

"Bisa bertemu dengan Ana..." Ujar pria itu tanpa beban. Seakan tidak sadar bahwa kalimatnya itu memancing sisi iblis di dalam diri Aditya untuk keluar.

***

SPAM komen disini ya!

Aku lagi sakit ngkk bisa update cepet. Aku update sampai ending aja ya. Extra Chapter cuma ada di Novel.

JANGAN LUPA IKUT PO BOSS WITH LOVE CUMA ADA PAS PO AJA SOALNYA

BISA PESAN DI TOKO BUKU ONLINE TINGGAL CARI AJA BOSS WITH LOVE DI SHOOPE ATAU NGK TOKO PEDIA.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top