Bab 30

Jgn lupa follow, like and koment cerita ini ♥️♥️♥️

Love dulu buat part ini ♥️♥️♥️

Ada yg nungguin?

****
2 Minggu kemudian....

"Mas kita mau kemana?" Tanya Ana bingung. Ini sudah malam, bahkan sudah mau pukul dua belas malam. Tapi kenapa pria itu malah membawa mobilnya menuju luar kota.

"Kamu tidur saja." Aditya enggan menjawab. Ana hanya bisa pasrah kemudian bersandar di kursi.

Dilihatnya Aditya yang masih sibuk menyetir. Pria itu tidak terlihat lelah padahal seharian mereka berpergian dia juga tadi sempat bermain dengan Aksa. Apakah pria itu tidak lelah?
Ana memutuskan untuk tidur ia membiarkan Aditya menyetir. Ana memejamkan matanya, ia tersenyum senang hari ini Aditya nampak begitu manis. Semoga saja pria itu akan terus seperti itu.

Lebih dari empat jam perjalanan waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Mobil yang mereka tumpangi masih berada di jalan. Ana terbangun menyadari jika mereka belum sampai lalu mengecek sekitar. Keningnya berkerut melihat jalanan yang semakin menanjak.

"Mas kita belum sampai?" Tanya Ana penasaran. Ia juga sempat menengok jam yang sudah hampir jam 2 pagi.

"Sebentar lagi."

"Emang kita mau kemana sih mas?" Ana semakin takut ketika mereka memasuki area gelap dengan dikelilingi hutan. Tanpa sadar ia merapatkan tubuhnya ke arah Aditya. Pria itu tidak nampak lelah menyetir semalaman.

"Kita mau ke Dieng." Ujar Aditya.

"Hah? Tapi disana dingin mas. Apalagi jam segini. Kita nggak pake jaket." Protes Ana, ia kesal dengan Aditya yang seenaknya membawa ia pergi kesini. 

"Nanti beli disana." Jawab Aditya santai. Karena memang disana sudah ada orang-orang yang juga memperjual belikan baju hangat, sarung tangan dan sebagainya. Ana mendengus tidak suka. Ia hanya bisa pasrah. Mentang-mentang kaya semua serba beli. Orang kaya mah bebas.

Aditya mengacak rambut Ana gemas. Ia tahu Ana-nya kesal, tapi ia ingin memberikan sedikit kejutan di hari ulang tahun gadis itu. Ana memutuskan untuk melihat pemandangan di sebelah Aditya. Pas sekali ada sebuah danau yang cantik dengan pantulan bintang di apit beberapa gunung. Padahal mereka ini sudah berada di pegunungan. Tapi masih ada danau disana.

"Mau kesana?" Ana menggeleng, ia takut apalagi ini masih jam 2 pagi. Lebih baik jika ingin kesana ketika siang saja. Ia takut jika ada mahluk astral yang tiba-tiba muncul.

"Nanti siang saja kalau begitu." Ucap Aditya seakan tahu apa yang Ana pikirkan.

"Ada hal yang lebih penting dari itu." Ana ingin sekali menanyakan apa hal penting itu. Namun ia hanya diam, ia takut Aditya akan marah padanya. Lebih baik ia pasrah dan menurut keinginan pria ini.

Ana semakin mendekat ke arah Aditya. Ia bahkan melepas seatbelt-nya. Ia ingin melihat Danau itu lebih jelas lagi. Tapi rasanya kesusahan apalagi ada Aditya yang menghalangi. Andai saja ia duduk di tempat Aditya pasti ia bisa melihat danau berkabut itu dengan jelas.

"Kamu mau lihat lebih jelas?" Aditya mengamati pergerakan Ana. Ia memikirkan suatu hal agar Ana-nya bisa menikmati keindahan alam ini.

"Aku tahu caranya."

"Bagaimana mas?"

Ana menatap Aditya tidak mengerti. Namun sekali sentakan pria itu menarik Ana hingga gadis itu terduduk di pangkuannya. Ana terkejut dengan hal ini, ia malu dan tiba-tiba menjadi gugup. Ia merasa tidak nyaman dengan posisi seperti ini. Jarak mereka terlalu dekat tanpa ada penghalang. Aditya tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya ia bisa memeluk gadis ini dan berjarak sangat dekat. Ia butuh tenaga untuk merefresh dirinya yang kelelahan menyetir semalaman.

"Bagaimana lebih jelas bukan?" Tanya Aditya seakan tidak terjadi apa-apa. Ana hanya mengangguk, ia jadi tidak fokus melihat pemandangan indah di depannya. Ia menelan ludah gugup, untung saja tempat ini sepi, hanya ada mobil mereka, karena ia belum melihat satupun mobil sejak tadi. Ia akan bertambah malu jika ada yang melihat mereka dengan posisi seperti ini. takut dikira macam-macam.

Tiba-tiba Aditya mengelus rambut panjang Ana dengan satu tangannya yang bebas. Pria itu memperlakukannya dengan lembut. Berbeda dengan Aditya yang akhir-akhir ini ia kenal. Ana berusaha menahan debaran jantungnya yang semakin menggila.

"Jangan takut, aku tidak akan macam-macam."

"Rileks..."

"Nikmati saja. Kamu harus terbiasa dengan sentuhan-ku saat ini."
Suara Aditya serak, ia menahan sesuatu. Karena sedari tadi Ana bergerak-gerak tidak nyaman di pangkuannya. Akhirnya kata-kata itu membuat Ana diam. Ia menurut, lalu kembali melihat pemandangan di luar sana. Udara nampak dingin dan menyengat ketika Aditya membuka jendela. Namun pelukan Aditya membuatnya hangat. Satu tangan Aditya tak henti melingkar di pinggang gadis itu, seakan-akan tidak ingin melepaskan.

Ana mengamati pemandangan di balik luar jendela. Ia sekarang jauh lebih tenang. Walau detak jantungnya berdebar tidak menentu karena jarak mereka yang begitu dekat. Tubuh mereka begitu dekat tanpa ada jarak yang memisahkan. Ana menikmati moment ini.

Mobil mereka masih melaju, hingga sebuah tanjakan membuat mobil berguncang. Tubuh Ana melompat namun ditahan Aditya, otomatis Aditya menghentikan mobilnya, lalu wajah Ana tak sengaja menghadap ke arah pria itu. Sehingga bibirnya tak sengaja bersentuhan dengan bibir Aditya. Hal itu membuat keduanya terpaku sejenak. Aditya mencoba mencerna apa yang terjadi bahkan ia terdiam dengan detak jantung yang bergema, Ana langsung bringsut pindah dari pangkuannya.

Aditya tersadar ketika tak merasakan Ana berada di pangkuannya. Gadis itu beranjak dari dekapannya.  Aditya memalingkan wajah menghadap Ana. Gadis itu sedang menunduk mungkin karena malu. Melihat itu Aditya tersenyum kecil.

Kemudian pria itu mengangkat dagu Ana lalu mendekatkan ke wajahnya dan mencium bibir gadis itu lagi. Ana awalnya diam lalu membalas ciuman Aditya. Mereka berciuman beberapa menit. Hingga pria itu menghentikan dan menempelkan kening mereka. Nafas mereka terengah-engah akibat ciuman itu. Aditya menatap Ana tajam seakan ingin mencium Ana lagi namun pria itu mencoba menahan diri.

"Happy Birthday Anna.." setelah mengatakan itu Aditya kembali menjalankan mobilnya. Ana terdiam seiring detak jantungnya. Masih terasa kecupan lembut Aditya di bibirnya. Ia tidak menyangka pria itu akan melakukan itu. Ingin sekali Ana menyembunyikan wajahnya menghilang dari tempat ini.
Aditya terlihat begitu romantis, hingga membuat Ana salah tingkah.

Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, bahkan disaat mobil mereka sampai di tempat pemukiman warga hanya ada keheningan.
Aditya menyalakan radio untuk membunuh keheningan di antara mereka.

Separuh langkahku saat ini
Berjalan tanpa terhenti
Hidupku bagaikan keringnya dunia
Tandus tak ada cinta

Hatiku mencari cinta ini
Sampai kutemukan yang sejati
Walau sampai letih 'ku 'kan mencarinya
Seorang yang kucinta

O-o-oh ...
Kini 'ku menemukanmu
Di ujung waktu 'ku patah hati
Lelah hati menunggu
Cinta yang selamatkan hidupku

Kini 'ku telah bersamamu
Berjanji 'tuk sehidup semati
Sampai akhir sang waktu
Kita bersama 'tuk selamanya
Oh, oh, oh, o-o-oh ...

Kini 'ku menemukanmu
Di ujung waktu 'ku
(Seventeen - menemukanmu)

***

Arlan merapatkan jaketnya, ia kesal dengan bosnya yang menyuruhnya untuk mempersiapkan lamaran sekaligus perayaan ulang tahun Ana di atas bukit Dieng. Bayangkan orang gila mana yang mau ke atas gunung tengah malam mempersiapkan semua ini. Bahkan ia menyewa orang-orang disini untuk menerbangkan lampion. Bahkan lengkap dengan beberapa media untuk meliput.

Padahal dulu Aditya bilang tidak akan menyukai gadis itu dan hanya akan balas dendam. Tapi buktinya bosnya itu malah jadi budak cinta seorang Ana. Bahkan bertindak bodoh dan alay seperti ini.

Ketika ia tanya, bos kenapa repot-repot menyiapkan semua ini?
Bukannya bos nggak cinta ya sama Ana? Namun dengan gaya songongnya Aditya menjawab ia hanya ingin di liput media bahwa dia itu kaya dan bisa menyenangkan pasangannya dengan hartanya sekaligus tahu bahwa Ana sudah menjadi miliknya.

Padahal Arlan tahu alasan kenapa pria itu melakukan semua ini. Sudah pasti dan tidak bukan karena Aditya itu tipe cowok posesif dan cemburu, pria itu tidak ingin ada pria manapun yang mendekati wanitanya. Andai saja pria itu bukan bosnya pasti sudah ia hujat sampai depresi.
Bayangkan saja dia dari jam dua belas malam sampai jam tiga pagi berada di atas puncak Dieng menyiapkan semua ini.

Tubuhnya hampir beku karena dingin yang menyelimuti harus menaiki gunung dengan ribuan tangga. Arlan berdecak kesal, ia mematikan ponsel kembali mengarahkan orang-orang untuk menghias tempat ini. Ia bahkan menyewa tempat yang kosong disini untuk Aditya melakukan ritual anehnya itu.

"Apa salahku ya Tuhan harus menjadi orang yang susah atas kebucinan seseorang?" Arlan mendesah karena masih belum terima harus menjadi korban kebucinan Aditya.

***

SPAM Next yaaa...

Ada yang mau disampaikan ke

Aditya

Arlan

Ana

Sean

#adityatidakpernahsalah
#arlanselalusalah
#anaitucantik

1000 komen yuk...

Jangan lupa follow Instagram author @wgulla_ ♥️♥️ atau @wattpadgulla

Mau lanjut?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top