Bab 29
Jgn lupa follow, like and koment cerita ini ♥️♥️♥️
Love dulu buat part ini ♥️♥️♥️
Ada yg nungguin?
****
Siang ini Aditya dan Ana berada di salah satu butik. Aditya memaksanya untuk membeli beberapa potong pakaian dan juga sekalian memesan gaun untuk menikah. Namun disaat Ana memilih-milih ia dikejutkan dengan kehadiran Luna salah satu teman kuliahnya dulu yang memintanya untuk menghina Aditya. Tapi ketika ia jatuh miskin Luna langsung menjauhinya.
"Ada apa? Kenapa tidak jadi memilih?" Tanya Aditya melihat tingkah Ana yang kembali ke arahnya.
"Ada Luna." Bisik Ana matanya melirik ke arah wanita itu takut.
Aditya kenal siapa wanita itu. Karena dulu jika ia mengapeli Ana pasti ia akan bertemu dengan Luna and the Genk. Luna itu bisa di katakan ketua genknya. Sekarang wanita itu datang bersama seorang pria yang tidak Aditya kenal.
"Wah ternyata ada Ana disini. Apa kabar teman lama?" Sapa Luna sambil menggandeng pacarnya. Ia sengaja menyapa Ana untuk pamer jika ia ingin membeli barang-barang mahal. Pasti Ana akan iri mengingat wanita itu sudah jatuh miskin.
"Kabar baik, kamu gimana Luna?"
"Sama kamu bisa lihat sendiri penampilan aku sekarang." Luna memamerkan barang-barang branded yang ia kenakan hampir di seluruh tubuhnya.
"Kamu kesini sama pacar kamu?" Tanya Ana basa-basi.
"Kenalin, Ronald pacar aku dia direktur di salah satu perusahaan mobil." Luna mengatakan itu dengan bangga.
"Ronald." Setelah mengenalkan diri pria itu pamit undur diri untuk mengangkat telepon.
"Kamu sama siapa?"
"Sama Aditya." Pandangan Luna teralihkan kepada seorang pria yang berada tidak jauh dari Ana. Ia terpesona melihat pria tampan itu bahkan tidak sadar. Jika ia adalah orang yang pernah di hinanya dulu.
"Aditya Arjanggi." Ketika pria itu mengenalkan namanya Luna jadi teringat dengan kakak tingkat yang naksir dengan Ana dulu. Orang miskin yang berusaha mendapatkan hati Ana. Apa orang ini sama dengan orang yang di kenalnya? Luna memperhatikan orang itu dari atas sampai bawah namun penampilannya berbeda sekali dengan Aditya yang di kenalnya.
"Lama tidak bertemu Luna." Ucapan itu cukup mengartikan rasa penasaran Luna. Ternyata pria itu adalah orang yang dulu sering ia hina dengan teman-temannya.
"Ngomong-ngomong kalian mau beli apa kesini? Asal kalian tahu pakaian disini harganya sangat mahal. Aku nggak nyangka aja orang miskin menjadi pasangan dengan orang yang sudah jatuh miskin." Mendengar itu rahang Aditya mengeras ia tidak suka dengan sindiran Luna. Ayo kita lihat bagaimana reaksi wanita itu melihat seberapa kaya dirinya. Ia tidak menyangka jika wanita ini sama sekali tidak berubah.
Aditya kemudian memanggil salah satu pegawai untuk mendekat ke arah mereka. Lalu ia mengungkapkan kata sakti yang membuat semua orang di butik terdiam.
"Semuanya, saya Aditya Arjanggi ingin membeli semua yang ada di toko ini."
Ana terkejut mendengar itu bahkan Luna ikut melongo disaat Aditya mengeluarkan kartu dari dompetnya dan memberikannya pada pegawai toko. Luna tidak menyangka jika Aditya akan memborong, apa pria ini benar-benar kaya mengingat ketika kuliah Adit hanyalah anak beasiswa. Tadi ia juga mengira pria itu hanyalah karyawan kantoran biasa.
Ana tertawa melihat wajah Luna. Namun ia masih tidak percaya apa yang dikatakan Aditya. Apa benar pria itu ingin memborong semau yang ada di butik ini? Atau hanya basa-basi saja, karena tersinggung oleh ucapan Luna.
"Semuanya?" Tanya Luna seakan masih tak percaya.
"Iya."
"Mas yakin mau beli semuanya?" Ana berusaha meyakinkan Adit. Ia takut pria itu akan menyesal.
"Iya lagipula ini hanya akan menghabiskan sedikit uangku. Ingat seorang Aditya Arjanggi tidak akan jatuh miskin hanya untuk membeli pakaian." Ana mendesah, masalahnya adalah jumlah pakaian yang akan Adit beli apalagi harga satu pakaian bisa jutaan rupiah kecuali kalau memborong di pasar. Ana tidak akan khawatir.
"Aku hanya merasa ini terlalu berlebihan."
"Calon Istri seorang Aditya Arjanggi sudah seharusnya mendapatkan hadiah ulang tahun yang berharga, bukan?" Ulang tahun? Kening Ana berkerut yang diucapkan Aditya benar hari ini ia ulang tahun. Tepat tanggal 5 November namun ia lupa akan hal itu. Kenapa pria itu masih ingat? Ia tidak menyangka jika Aditya mengingat semua tentangnya. Saat ini usianya genap 25 tahun.
Ana tersenyum sambil menatap Aditya dari samping, ia terharu karena Aditya masih mengingat semua tentangnya.
"Terimakasih mas."
"Apakah butik ini juga di jual?" Tanya Aditya lagi pada pegawai toko. Ia ingin menunjukkan pada Luna jika ia adalah pria potensial dengan harta yang tidak akan habis jika hanya untuk membeli toko ini. Ia rasa lumayan juga, jika ia memiliki butik sendiri selain bisa menghasilkan uang, ia tidak perlu repot-repot membeli baju.
"Maaf pak butik ini tidak dijual." Pegawai toko itu tersenyum sopan menjawab pertanyaan Aditya.
"Sayang sekali padahal saya ingin membelinya." Aditya mendesah, padahal ia ingin menunjukkan pada Luna jika Aditya yang sekarang sanggup membeli apapun.
Luna mengeram marah sambil menarik Ronald yang kebingungan, meninggalkan pasangan itu, harga dirinya terluka karena di permalukan seperti ini. Padahal awalnya ia yang ingin memalukan mereka namun yang terjadi malah sebaliknya.
Ana bingung dengan pakaian yang telah di beli oleh Aditya. Pria itu memborong semua baju-baju di butik. Untungnya dia tadi membujuk Aditya untuk tidak memborong semua stok pakaian yang butik itu miliki di gudang penyimpanan. Jadi hanya pakaian yang memang di jual saat itu juga. Tapi tetap saja ada hampir seratus pakaian yang dibeli. Ia merasa seperti akan buka butik baru. Sedangkan Pria itu terlihat santai saja dengan hal itu.
"Mas mampir ke rumah mbak Riri ya?" Kening Aditya berkerut ia menatap Ana penasaran. Apa yang mau gadis itu lakukan di rumah tantenya itu? Apa ada yang di sembunyikan Ana darinya? Kenapa dadakan sekali?
"Mau ngapain?"
"Kamu mau ngajar les lagi?"
"Aku sudah bilang kalau kamu tidak perlu ngajar lagi." Aditya menatap Ana kesal. Ia tidak suka jika Ana bertindak tanpa memberitahu dirinya. Karena sekarang apapun yang di lakukan gadis itu harus sesuai dengan kehendaknya.
"Bukan ngajar les mas. Mau mampir aja sekalian ngasih mbak Riri beberapa baju yang mas beliin. Boleh ya mas?" Jawab Ana dengan nada lembut. Sembari mengelus punggung tangan Aditya agar pria itu luluh. Karena wajah pria itu melunak lembut.
"Sekalian ngasih tahu perihal pernikahan kita." Aditya berpikir sejenak. Kemudian ia mengangguk, siapa tahu nanti mbaknya bisa merayu Ana agar gadis itu sadar betapa berharganya seorang Aditya untuk di tinggalkan jadi Ana tidak akan pernah punya pemikiran untuk meninggalkannya. Ide yang sangat bagus.
Aditya memutar balikkan mobilnya ke arah rumah mbak Riri. Setelah lebih dari dua puluh menit perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah Riri. Aditya turun dari mobil membantu Ana yang mengambil beberapa paper bag yang berisi pakaian dari butik tadi.
"Kamu beneran mau kasih ke mbak Riri?" Aditya meyakinkan Ana jika barangnya akan berkurang. Karena setahunya wanita-wanita yang bersamanya tidak suka jika barang mereka berkurang sedikitpun. Apalagi itu barang-barang mahal yang hampir menghabiskan lebih dari satu milyar di tabungannya.
"Iya mas. Bagaimanapun mbak Riri saudara mas berarti nanti jadi saudara aku juga. Jadi aku mau pendekatan biar nggak canggung." Mendengar itu Aditya salah tingkah. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia senang karena Ana mau menerima dirinya padahal ia sudah menjebak gadis itu dalam pernikahan.
Sepertinya Ana memang benar-benar menyukainya, tapi gadis itu malu untuk mengatakannya.
Mungkin ini semua karena wajahnya yang terlalu tampan jadi Ana merasa minder untuk menyatakan cinta padanya. Ia harus memberikan sebuah kejutan yang spesial agar Ana berani mengakui perasaannya. Ia akan menghubungi Arlan setelah ini untuk menyiapkan kejutan itu.
Mereka memencet bel pintu rumah itu. Beberapa menit kemudian munculah Aksa. Anak itu terlihat baru pulang sekolah. Baju seragam masih melekat di tubuh anak itu.
"Kak Ana.." Aksa langsung memeluk Ana dengan erat. Aditya sedikit tidak suka melihat itu. Ia tidak suka ada yang menyentuh miliknya selain dirinya.
Baru saja Aditya ingin menjauhkan bocah kecil itu. Riri datang menghampiri mereka. Wanita itu menatap mereka bahagia. Semenjak ada Ana, Aditya jadi sering mampir ke rumahnya. Bukan hanya mengurung diri di kantor.
"Wah tumben ada apa datang kesini? Bukannya kamu udah nggak ngajar lagi katanya Adit."
"Ini mbak mau ngasih hadiah buat mbak sekalian mau bilang sesuatu."
"Makasih.." Riri menerima hadiah itu dengan senang hati.
"Lain kali nggak usah bawa hadiah sebanyak ini, nanti ngerepotin lagi."
"Enggak kok mbak."
"Silahkan masuk."
Ana mengangguk kemudian mengikuti Riri namun langkahnya terhenti oleh Aksa. Anak laki-laki itu berdiri tegak di hadapannya.
"Kak gendong." Ana tersenyum melihat wajah memelas Aksa. Kemudian ia membungkuk untuk membawa anak itu ke dalam gendongannya namun Aditya lebih dahulu menghalanginya. Pria itu menggendong Aksa.
"Dasar manja." Aditya menggendong Aksa agar anak kecil itu tidak bisa berdekatan dengan Ana-nya. Aksa cemberut, ia benci dengan omnya ini. Padahal kan ia ingin di gendong oleh Ana.
"Aksa mau sama Kak Ana bukan sama om." Aksa memberontak berusaha keluar dari gendongan Aditya namun pria itu tetap ngeyel untuk tidak menurunkan.
"Kamu aja yang bilangin ke mbak Riri. Aku mau ke Supermarket beliin Aksa es krim." Setelah mengatakan itu Aditya membawa Aksa pergi.
Ana hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah aneh Aditya. Ia tidak pernah tahu apa yang pria itu pikirkan. Padahal sudah tahu Aksa tidak ingin tapi Aditya tetap memaksa, mungkin karena pria itu rindu Aksa jadi tidak ingin jauh dari keponakannya itu.
Riri hanya tertawa melihat tingkah Aditya pada anaknya. Ia seperti melihat Aditya yang dulu. Selama kuliah dulu Aditya tinggal di tempatnya. Jadi ia paham betul seperti apa tingkah anak itu. Kadang Ana berpikir dimana keluarga Aditya yang lain. Riri sendiri adalah adik dari ibunya Aditya. Hanya itu saja yang ia tahu. Selebihnya Aditya tidak pernah menceritakan apapun.
"Jadi kamu mau ngomong apa Ana. Jangan buat mbak penasaran." Sahut Riri ketika mereka duduk di sofa.
"Sebenarnya..."
"Ada apa?" Riri menatap Ana penasaran. Karena gadis itu ragu untuk mengucapkannya.
"Maaf mbak sebelumnya, mbak jangan marah. Sebenarnya wanita yang buat mas Aditya patah hati dulu itu aku. Lalu sekarang Aku sama Aditya mau menikah." Ana menunduk sambil memejamkan matanya. Ia takut melihat reaksi dari Riri. Namun bukan cacian atau makian yang ia dapatkan melainkan tawa. Ia takut jika Riri akan marah padanya. Karena pernah menyakiti keponakannya. Ana langsung mendongak menatap Riri bingung.
"Kamu itu lucu sekali Ana. Kamu tidak perlu minta sama mbak. Lagian mbak juga udah tahu kalau orang yang mematahkan hati keponakan mbak itu kamu, dia itu cinta mati sama kamu bahkan sampai sekarang. Mbak malah seneng akhirnya kamu bisa buat Aditya seperti dulu. Asal kamu tahu Aditya itu sering cerita sama mbak." Ana terdiam entah ia malu atau tidak enak jadi satu. Ia tidak menyangka jika Aditya yang seperti itu suka curhat apa Aditya juga menceritakan hal ini kepada yang lain juga.
"Maaf ya mbak. Dulu Ana tidak ada maksud untuk melukai hati Adit. Aku terpaksa melakukan itu."
"Nggak papa lagian mbak seneng. Aditya mau nikah, dulu kalau mbak suruh nikah jawabannya dia nggak nikah. Mbak jadi khawatir anak itu butuh pendamping untuk menemaninya disaat-saat dia terluka. Mbak titip Adit ya sama kamu. Apapun yang terjadi tolong jangan tinggalkan. Dia itu benar-benar mencintai kamu dulu sampai sekarang." Ana terdiam, ia tidak tahu harus menjawab apa.
Sepertinya Riri belum tahu perjanjiannya dengan Aditya tentang pernikahan ini. Mereka menikah tidak pada umumnya. Pasti Riri akan kecewa. Andai saja Adit benar-benar mencintainya pasti ia akan mempertahankan pernikahan ini.
"Apa yang mbak katakan tentang Aditya mencintai ku dari dulu sampai sekarang itu benar?" Tanya Ana ketika mendengar ucapan terakhir Riri. Jujur ia meragukan apa yang Riri katakan. Mana mungkin Aditya mencintainya. Pria itu membencinya walau pria itu sudah memaafkannya.
"Percaya sama mbak. Adit itu gengsi. Ia tidak akan mengatakan cinta karena ia terlalu takut untuk mengakuinya. Ia takut di tolak seperti dulu olehmu. Jadi mbak sarankan kamu yang harus memulai untuk meluluhkan hati Adit yang dingin. Mbak tahu kalian saling mencintai tapi kalian terlalu takut. Mbak tahu pasti ada hal yang kalian sembunyikan hingga kalian memutuskan untuk menikah. Tapi mbak yakin kamu adalah wanita yang tepat untuk Adit."
Ana terdiam ia setuju dengan apa yang Riri katakan. Lagipula tidak ada salahnya memulai. Namun ia sedikit ragu untuk melakukan itu. Apalagi jika mengingat peristiwa di hotel ketika mereka di Singapura. Aditya tidak mengingatnya sama sekali. Ia takut Aditya berpikir yang tidak-tidak tentangnya ketika mereka malam pertama nanti dan cowok itu menemukan fakta jika ia sudah tak perawan lagi.
***
SPAM Next yaaa...
Ada yang mau disampaikan ke
Aditya
Arlan
Ana
Sean
Aku juga mau kasih tau kalau Boss with love mau diterbitkan di Momentus Publisher. Dulu aku juga udh pernah ngumumin buat pembaca lama aku pasti juga tahu. Kemungkinan satu bulan lagi jadi ini aku berusaha namatin. Sebenarnya dulu cerita ini udah tamat tapi aku revisi. Semoga suka versi revisi ini...
#adityatidakpernahsalah
#arlanselalusalah
#anaitucantik
1000 komen yuk...
Jangan lupa follow Instagram author @wgulla_ ♥️♥️ atau @wattpadgulla
Mau lanjut?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top