Bab 27

Jgn lupa follow, like and koment cerita ini ♥️♥️♥️

Love dulu buat part ini ♥️♥️♥️

Ada yg nungguin?

****

Sean duduk di sudut café menunggu kedatangan Ana. Hatinya gelisah memikirkan hal yang negatif tentang Ana dan Aditya. Sean tadi mengirimi Ana pesan untuk bertemu. Sean masih penasaran dengan pernikahan Ana yang mendadak. Ia merasa ada yang di sembunyikan Ana. Ia khawatir sekaligus tidak terima dengan keputusan  Ana.  Mereka janjian di sebuah cafe yang menjadi langganan mereka.

Penantian Sean tidak brlangsung lama. Ketika sosok gadis dengan dress merah muda memasuki pintu café. Awalnya Sean senang melihat kedatangan Ana. Namun senyumnya luntur disaat mendapati Aditya berada di samping Ana. Kenapa harus ada Aditya? Bagaimana ia bisa bicara empat mata dengan Ana? Jika ada pria itu.

"Hay Sean." Sapa Ana senang. Sean hanya membalas dengan senyuman, karena Aditya melotot padanya. Seakan tak senang dengan pertemuan ini.

"Ana bisa kita bicara berdua." Ujar Sean melirik Aditya. Ia berharap pria itu mengerti maksudnya. Sehingga meninggalkan mereka agar bisa lebih privasi.

Aditya berdecih tidak suka dengan perkataan Sean, ia tidak bodoh untuk mengartikan ucpan Sean yang jelas mengusirnya secara halus. Sialan! Ana adalah miliknya lalu kenapa ia yang harus pergi? Ingin rasanya Aditya menonjok Sean sekarang juga. Sepertinya keputusan mengizinkan Ana bertemu Sean adalah kezsalahan besar.

"Mas Adit, tunggu disana aja. Aku mau ngomong sebentar sama Sean." Pinta Ana. Gadis itu tidak merasakan aura tidak suka Aditya pada Sean. Lebih buruknya lagi Ana malah menyetujui keinginan Sean membuat Aditya tambah sebal. Dasar Setan! Umpat Aditya dalam hati. Namun ia tidak menuruti ucapan Ana untuk duduk jauh dari mereka.

"Apa yang mau kamu omongin Sean?" Tanya Ana sambil menatap kepergian Aditya. Entahlah ia merasa aneh dengan sikap Aditya yang terlalu over protective. Padahal mereka hanya pura-pura menikah, tapi kenapa pria itu seolah-olah jika hubungan ini nyata.

"Kamu yakin akan menikah dengan Aditya? Bukannya dia membencimu? Apa ini ada hubungannya dengan uang yang kamu butuhkan?" Cerca Aditya.

Suara musik bergema memenuhi ruangan. Ucapan mereka sedikit terendam. Aditya dari jauh sana penasaran dengan apa yang mereka katakan. Sialnya! Ia tidak bisa mendengar apapun.

Ana menghela napas sebentar. Ia tidak menyangka jika Sean bisa menebak hal ini. Ana menatap Sean sendu, lalu menunduk takut untuk membicarakan hal itu. Sampai ia merasakan tangannya di genggam. Ana mendongak hingga matanya bertemu Sean. Pria itulah yang menggenggam tangannya.

"Jangan di pendam Ana. Kamu ingat bukan aku sahabatmu. Aku akan selalu ada jika kamu sulit. Aku tempatmu berbagi bukan." Sean meringis dalam hati mengatakan itu. Ingin sekali ia mengganti kata sahabat tersebut. Ia ingin lebih bukan hanya sekedar sahabat.

Aditya mengepalkan tangan marah. Ia menahan emosinya untuk tidak menghajar Sean saat ini juga. Pria itu dengan lancang memegang tangan calon istrinya. Sialan! Ia tdak suka jika ada yang menyentuh miliknya.

"Terimakasih Sean, apa yang kamu pikirkan benar. Aku menikah dengan Aditya karena uang. Pria itu menjanjikan uang dengan syarat pernikahan."

"Brengsek!" Umpat Sean. Diam-diam ia melirik Aditya. Licik sekali orang itu. Pantas saja ia merasa ada yang tidak beres.

"Lebih baik kamu batalkan saja perjanjian konyol itu. Aku akan membantumu. Aku akan menggadaikan mobilku." Ujar Sean tidak ingin Ana terjerat dengan Aditya. Dengan begini ia memiliki alasan lagi untuk berusaha memperjuangkan cintanya untuk Ana.

Ana menggelengkan kepala, ia tidak ingin merepotkan Sean lagi. Mobil yang Sean ingin gadaikan adalah hasil perjuangan keras pria itu. Ia tidak mau memakai hasil Sean. "Tidak bisa Sean, aku sudah terlanjur tanda tangan kontrak. Aditya bisa-bisa menuntutku." Keluh Ana.

"Tapi Ana, aku tidak bisa melihatmu menderita."

"Aku sudah menentukan pilihanku Sean. Aku yakin bahagia, lagipula menikah dengan Aditya tidak seburuk itu." Ana berusaha meyakinkan Sean jika pilihannya tepat.

Sean menghembuskan napas, apakah tidak ada kesempatan untuknya lagi? Apa ia harus mengatakan perasaannya sekarang? Ia harus memperjuangkan cintanya pada Ana. Jangan sampai ia menyesal karena cintanya tidak terbalaskan.

"Ana. Bagaimana jika aku menyukaimu? Apa kamu akan membatalkan pernikahan ini?"

"Apa?" Ana terkejut dengan pernyataan tiba-tiba Sean. Ia linglung seketika.

"Aku menyukaimu Ana. Aku ingin lebih dari sekedar sahabat. Aku janji akan menolong mu sebisaku." Kepala Ana pening seketika. Ia kaget karena sahabatnya memiliki perasaan padanya.

Aditya yang sudah muak melihat mereka terus berbicara sambil berpegangan tangan bangkit berdiri. Ia melangkah ke arah Ana. "Waktu kalian bicara sudah habis. Kami memiliki hal penting yang harus kami urus." Ujar Aditya sambil menarik tangan Ana.

"Bagaimana Ana? Apakah kamu mau menerima cintaku?" Tanya Sean nekat. Ia tidak mempedulikan Aditya di hadapannya.

Wajah Aditya memerah marah. Ia melepaskan cengkraman pada Ana. Ia beralih memegang kerah kemeja Sean. Menarik pria itu dan melayangkan tinju di wajahnya. Aditya kesal dengan perkataan Sean. Seharusnya ia bisa menebak jika pria itu mengajak Ana bertemu tujuannya pasti untuk merebut Ana darinya. Ia sudah menebak jika Sean mencintai Ana. Pria itu menanggap Ana lebih dari sahabat, namun bodohnya Ana tidak pernah menyadari perasaan Sean.

"Mas Adit.. stop..hentikan mas.." Ana panik melihat Aditya memukuli Sean. Cafe yang tenang tiba-tiba jadi riuh. Mereka jadi tonton orang-orang.

"Mas hentikan, Sean bisa mati.." Aditya mengabaikan ucapan Ana. Ia malah semakin kesal. Karena Ana membela Sean. Seharusnya Ana berada di pihaknya. Bukan membela bajingan tersebut.

"Berani sekali kamu menggangu calon istriku! Bajingan brengsek! Kamu mau menggoda Ana!" Ucap Aditya dengan menggebu-gebu.

"Mau mati! Dasar setan!" Aditya terus melayangkan tinju. Ia meluapkan amarahnya pada Sean. Lancang sekali Sean mengatakan itu di depannya. Bagaimana bisa pria itu menggoda Ana di depannya?

Sean tidak bisa membalas pukulan Aditya. Wajahnya lebam terkena pukulan Aditya. Untungnya penjaga keamanan segera datang melerai mereka.

"Kita pulang." Aditya menarik Ana menjauh dari kerumunan. Mereka berjalan ke parkiran.

Aditya tadi sempat menatap Sean tajam sebelum pergi. Ana menatap Sean dengan tatapan minta maaf. Ia akan menghubungi Sean nanti untuk menanyakan kabar. Ia merasa bersalah pada Sean karena harus terluka di pukuli Aditya.

Ana bisa merasakan kemarahan Aditya. Pria itu mencengkram tangannya erat sekali. Aditya pasti kecewa padanya dan menuduhnya yang tidak-tidak. Apalagi Aditya tipe orang yang menjunjung citra. Pasti kejadian tadi memperjelek nama baiknya.

Ana juga tidak tahu hal ini akan terjadi. Ia masih terkejut dengan Fakta bahwa Sean yang notabene sahabat mencintainya. Ia merasa bersalah tidak bisa membalas perasaan Sean. Pria itu selalu baik padanya. Apa yang harus Ana lakukan sekarang?

Sedangkan Sean menatap nanar Ana yang pergi menjauh darinya. Hatinya sakit ketika Ana tidak memilihnya. Ia tersenyum miris. Karena cintanya sia-sia. Selama ini hanya menganggapnya sebagi sahabat tidak lebih. Bodohnya Sean malah terbuai dengan perasaannya sendiri. Tapi ia tidak menyesal mencintai Ana. Gadis itu pantas untuk dicintai. Andai saja Aditya tidak muncul, mungkin hanya Sean yang menjadi satu-satunya pria untuk Ana.

***
SPAM Next yaaa...

Ada yang mau disampaikan ke

Aditya

Arlan

Ana

Sean

#adityatidakpernahsalah
#arlanselalusalah
#anaitucantik

1000 komen yuk...

Jangan lupa follow Instagram author @wgulla_ ♥️♥️ atau @gullastory_

Mau lanjut?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top