Bab 20

Love dulu buat part ini ♥️

****

Aditya mengernyit membaca tempelan promo di dinding. Beli satu Gratis satu untuk sepasang kekasih. Lalu pandangannya kembali ke Ana yang melahap makanan di hadapannya dengan khidmat seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ia kira tadi Ana mengajaknya kencan.

Ternyata ada maksud selubung di balik permintaan wanita itu. Padahal ia sudah berharap jika Ana memang menyukainya. Ia jadi ingat dulu ia dan Arlan pernah menguntit Ana memasuki sebuah Restoran yang khusus untuk pasangan kekasih dengan Sean. Ternyata Ana memperlakukannya sama dengan Sean. Ada sedikit rasa sedih yang muncul di hatinya.

"Jadi kamu memanfaatkan saya?" Aditya berkata tanpa memakan ayam bakar miliknya. Selalu seperti itu, apakah dari dulu sampai sekarang Ana tidak pernah memiliki perasaan padanya. Padahal sekarang ia sudah tampan, keren dan kaya. Tapi kenapa Ana tidak menyukainya. Sedangkan dia masih saja belum bisa move on dari sosok mungil ini.

"Enggak kok pak, kalau saya memanfaatkan bapak lebih baik saya ajak Sean." Aditya memicingkan matanya mendengar itu. Ia tidak suka dengan perkataan Ana yang menyebut pria lain di hadapannya. Ia tidak bisa mengelak lagi jika ia jatuh cinta pada Ana. Walau hati kecilnya membenci gadis ini, tapi mereka sudah minta maaf ia juga sudah membalas dendamnya sejak bertemu Ana. Ia menganggap ini impas.

"Kalau begitu ajak saya terus untuk menemani kamu kalau ada promo seperti ini. Lumayan buat menghemat kantong saya." Ana tertawa mendengar itu. Bagaimana tidak seorang Aditya yang banyak uang dan biasa makan dengan yang mahal-mahal sekarang bertindak seperti orang yang kekurangan uang.

"Kamu kenapa tertawa?"

"Ah enggak kok pak."

"Habis ini kita mau kemana?" Tanya Adit penasaran.

"Karena ini malam minggu saya dan bapak sama-sama tidak punya pacar maka kita ke bioskop saja bagaimana?"

"Saya suka nonton." Itulah yang di jawab Aditya. Dalam hati ia senang Ana mengajaknya nonton. Tapi ia berusaha untuk tidak antusias. Berarti ini mereka kencan.

Mungkinkah ana menyukainya? Tapi gadis itu malu untuk mengatakannya jadi dia mengatakan itu hanya untuk modus menonton dengannya. Pasti itu yang Ana lakukan.

"Bapak mau nonton apa?" Tanya Ana.

"Terserah saya suka semua genre."
Aditya berkata dengan datar.

Ana melirik ke arah makanan pria itu. Sedari tadi Aditya belum memakannya sama sekali.

“Bapak nggak suka makanannya? Maaf ya pak, saya ngajak bapak makan bukan di restoran mewah.” Ujar Ana sedih. Ia tahu selera Aditya tinggi. Bodohnya ia malah membawa Aditya kesini.

Aditya tertegun mendengar itu. Alasan kenapa ia tidak makan adalah karena makanan ini pantangan dari dokter. Ia dilarang makan-makanan yang dibakar. Apalagi daging atau ikan bakar.

“Saya suka kok, nih saya makan.” Karena tidak ingin membuat Ana sedih Aditya memakannya. Tidak peduli jika makanan itu akan memperburuk penyakitnya. Ia tidak tega melihat raut wajah kecewa Ana. Ia akan melakukan apapun demi gadis itu walau harus menyakiti dirinya sendiri. Ia juga tidak ingin Ana tahu tentang penyakitnya. 

“Enakkan Pak?” Aditya mengangguk sambil mengacungkan jempol. Ana tersenyum senang, karena Aditya menyukai pilihannya.

“Bapak mau nyobain ini nggak pak?” Tawar Ana menunjuk semangkok es pisang ijo.

"Kamu saja." Namun Ana malah menyodorkan sendoknya ke mulut Aditya. Mau tidak mau Aditya menerimanya. Dalam hati ia deg-degan karena sendok yang digunakan Ana masuk ke dalam mulutnya. Itu artinya mereka ciuman tidak langsung. Ana tertawa melihat wajah pucat Aditya. Baru kali ini ia melihat orang di suapi ketakutan.

"Bapak kok tegang gitu?" Ana sepertinya tidak menyadari jika Aditya panas dingin karena insiden sendok ini.

"Panggil saya Adit." Balas Aditya ia tidak menjawab pertanyaan Ana. Ia tidak ingin Ana tahu jika ia terpengaruh oleh gadis ituSedangkan Ana hanya biasa saja. Inikah tidak adil masa dari dulu hingga sekarang ia terus yang terpesona. Kadang ia ingin Ana yang tergila-gila padanya. Bukan sebaliknya ia yang tergila-gila pada Ana bahkan memuja gadis ini.

Aditya akui Ana malam ini sangat cantik dengan dress pastel se-lutut-nya rambutnya di gerai dan dihiasi jepitan bunga perak di sisi kanan itu yang membuat banyak mata menatapnya. Kadang dunia tidak adil, padahal dulu disaat ia miskin ia terlihat sangat jelek. Namun sekarang disaat Ana jatuh miskin gadis itu tidak terlihat jelek sama sekali seperti nya.

Rasanya sama sekali tidak adil! Aditya membayangkan dirinya saat masa-masa kumalnya dulu.

"Adit kenapa melamun? Kamu sakit? Kalau begitu kita pulang saja."
Ujar Ana sambil memegang dahi Aditya.

Mendengar kata pulang Aditya langsung menggeleng. Ia menggenggam tangan Ana yang berada di dahinya. Sial! Baru seperti ini aja jantungnya berdebar. Ana juga begitu ia tidak menyangka jika Aditya akan menangkup tangannya. Pipinya bersemu tanpa ia minta.

"Jangan pulang saya ingin menonton." Balas Aditya. Matanya menatap Ana tajam. Ia ingin menikmati sisa-sisa hidupnya bersama Ana. Meski kepala sedikit terasa sakit, namun Aditya menahannya. Ia tidak ingin kehilangan waktunya dengan Ana.

"Saya tidak sakit. Hanya memikirkan pekerjaan saja." Kemudian Aditya melepas genggamannya. Ana tersenyum canggung.

"Oh gitu. Ayo kita bersenang-senang, lagi pula ini malam minggu. Sekali-kali kamu refreshing tidak memikirkan pekerjaan trus." Balas Ana untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Kamu benar. Terimakasih sudah mengajakku pergi." Ucapan itu membuat jantung Ana berdebar seketika. Baru pertama kali ia mendengar Aditya berterimakasih dengan senyum selebar itu. Ia tidak percaya itu. Ia hanya tersenyum membalasnya.

Ternyata jalan dengan Aditya tidak seburuk yang ia bayangkan. Ana meminta Aditya pergi bersama, karena ia ingin memperbaiki hubungan mereka yang dulu. Ana hanya berusaha agar tak ada lagi dendam di hati mereka. Jika bisa berdamai kenapa harus bertengkar. Bukankah cinta itu memang diciptakan untuk menghapuskan perselisihan?

Ana dan Aditya mengantri tiket nonton bioskop. Mereka dapat antrian nomer tiga. Ana melihat-lihat layar memilih film apa yang mereka nonton. Ada salah satu film yang menarik minatnya yaitu film horor.

Ana tidak begitu menyukai film horor tapi sekali-kali bolehlah nonton itu. Ia hanya tidak suka bukan takut. Semenjak kematian ayahnya dia berubah banyak. Ia hanya tidak ingin lemah. Lagian ia juga sudah bosan nonton romantis. Biasanya ia mengajak Sean kesini nonton. Lagian dia tidak sendiri ada Aditya yang menemaninya.

"Nonton film itu ya dit." Tunjuk Ana. Aditya menyipitkan matanya membaca judul film yang di tunjuk Ana.

"Yakin nonton itu?" Tanya Aditya. Bukannya cewek biasanya takut nonton horor. Apa ini akal-akalan nya Ana agar bisa memeluknya sepanjang film. Dari film-film yang pernah ia tonton biasanya wanita seperti itu memilih film horor agar bisa memeluk prianya. Dalam hati Aditya tersenyum senang.

Sekarang giliran mereka. Ana menyebutkan judul film horor yang ingin ia tonton. Lalu menunjukkan dimana mereka duduk. Ana memilih dua kursi di atas dari belakang. Dia tidak suka duduk di depan karena layarnya terlalu dekat. Sedang Aditya malah berpikiran jika Ana sengaja memilih duduk di belakang agar bisa bermesraan dengannya. Tanpa ia sadari Ana-lah yang membayar tiketnya.

"Sudah pak, ayo!" Ana mengenggam tangan Aditya membawanya pergi dari situ. Batin Aditya ia merasa Ana lebih agresif bahkan menggenggam tangannya lebih dahulu.

"Nih tiketnya pak." Seru Ana sambil memfoto itu untuk di jadikan story' WA.

Mereka duduk di sudut lorong menunggu giliran. Hanya kurang beberapa menit saja. Disaat itulah Aditya menyadari jika ia belum mengganti uang Ana. Kan tidak lucu jika ia berhutang pada Ana.

"Habis berapa kamu tadi?"

"Satu tiketnya 50 ribu." Aditya mengambil uang seratus ribuan kemudian di berikan ke Ana.

"Saya ngak ada kembalian, dit."

"Ambil saja lagi pula hanya 50 ribu."

"Nanti aku ganti."

"Nggak usah kamu pakai buat beli popcorn saja." Ucap Aditya memutuskan bisa hilang harga dirinya menerima kembalian dari wanita.

"Baiklah kalau kamu memaksa." Ana memasukan uang Aditya ke dalam dompet.

"Pak selfie dulu yuk!" Ajak Ana agar tidak bosan menunggu.

"Kalau mau panggil pak atau Adit, pilih salah satu jangan di campur-campur bikin saya pusing." Balas Aditya kesal. Ia agak bingung dengan Ana padahal ia sudah menyuruhnya untuk tidak memanggilnya pak lagi.

"Maaf dit."

"Bagus." Aditya kemudian mengambil alih ponsel milik Ana. Gadis itu pasti sangat menginginkan foto berdua bersamanya. Ana kaget tapi ia membiarkan itu. Rasanya Aditya yang dulu kembali lagi. Ia senang hal ini. Sepertinya ia memang harus dekat dengan Aditya agar pria itu tidak tertutup oleh lingkungan dan bisa percaya lagi dengan orang-orang.
Aditya menjulurkan tangannya bersiap untuk memotret mereka dengan camera Selvie yang di genggamannya. Lalu mereka bergaya beberapa kali untuk foto.

"Sudah, lihat bagaimana hasilnya. Jika kamera mu bagus pasti hasilnya bagus! Kalau jelek kita bisa foto ulang dengan ponsel mahal saya." Andai saja orang yang mengatakan ini bukan bosnya sudah Ana remas mulutnya.

"Bagus kok dit. Yaudah masuk ke dalam studio aja yuk pak. Cuma tinggal 10 menit lagi." Ana menarik tangan Adit ke masuk ke bioskop. Setelah menyerahkan tiket ke penjaga pintu. Mereka masuk ke dalam mencari tempat duduk. Disepanjang perjalanan Aditya tersenyum senang. Karena Ana terus menggenggam tangannya.

Lalu mereka duduk di kursi sesuai pilihan Ana. Batin Aditya ini tempat yang pas untuk bermesraan. Pasti Ana ingin memeluknya sepanjang film di saat ketakutan. Sampai tukang popcorn dan es datang. Ana memberikan uang yang tadi Aditya berikan.

"Kamu hanya pesan satu?" Tanya Aditya. Melihat Ana memesan satu es teh dan popcorn.

"Ini satu buat berdua." Jawab Ana. Aditya jadi membayangkan dia minum dari satu sedotan yang sama dengan Ana.

Sial!

Gadis ini sepertinya benar-benar menyukainya hingga melakukan hal kekanak-kanakan seperti ini. Berarti perjuangannya selama ini hingga menjadi seorang CEO tidaklah sia-sia. Buktinya orang yang menghinanya sekarang bertekuk lutut padanya. 

"Bapak mau minum." Ana menjulurkan minuman itu pada Aditya. Hal itu membuat Aditya gerah. Kalau ia minum itu sama saja ia ciuman secara tidak langsung dengan Ana. Atau ini kode Ana minta di cium. Ah benar pasti ana sangat malu untuk meminta untuk dicium. Aditya dengan senang menerima minuman itu dan meminumnya sedang ana hanya terkekeh geli melihat raut wajah Aditya yang aneh seperti membayangkan sesuatu.

"Apa yang di pikirkan Adit sampai tersenyum senang seperti itu?"
Ketika Film di putar ternyata berjalan tidak seperti keinginan nya. Bukan Ana yang takut. Tapi malah dirinya yang ketakutan bahkan ia menyembunyikan diri di tubuh mungil Ana. Sejak kapan film horor semengerikan ini decak Aditya dalam hati. Apalagi suara-suara mencekam dari film membuat bulu kuduknya merinding.

"Bapak takut?" Aditya diam tidak menjawab. Ia merasa malu. Tertangkap seperti bayi yang ketakutan.

"Tidak!!"

"Kita keluar saja yuk pak!" Memalukan sialan! Aditya bergumam dalam hati. Ia berusaha diam ia takut sekali. Namun siapa sangka ia merasa ada tangan yang menutup telinganya. Mau tidak mau Aditya menatap Ana. Ia mengerjapkan mata, Aditya menelan ludah. Apa Ana ingin menciumnya sekarang?

"Adit takut ya? Tenang sekarang adit tidak akan mendengar apapun lagi. Kalau adit ingin keluar ayo kita keluar. Saya ngak mau lihat adit ketakutan." Perkataan Ana mengingatkan Adit dengan sosok ibunya. Begitu halus dan lembut. Membuat Aditya menuruti perkataan Ana. Walau Ana masih mencampur antara panggilan pak dan namanya.

"Bapak lain kali kalau takut nonton film horor bilang aja! Kan sayang uangnya."

"Saya ganti, kamu tenang aja 50 ribu rupiah tidak akan membuat saya miskin." Ana mendengus mendengar itu. Aditya yang sekarang benar-benar berubah menjadi orang yang sombong.

"Tidak usah pak. Sekarang bapak antarkan saya pulang saja. Lagipula sudah malam." Aditya mengangguk lalu ia menarik tangan Ana ke parkiran. Ia terlalu senang untuk hari ini.

“Terimakasih untuk hari ini,” ujar Aditya sambil memeluk tubuh Ana ketika mereka di parkiran. Ana terkejut mendapat pelukan tiba-tiba itu. Namun ia membiarkannya. Jantungnya berdegup kencang dibuatnya. Ana sampai tidak bisa berkata-kata. Tanpa sadar ia tersenyum senang. Akhirnya mereka bisa seperti dulu lagi.

***

Selamat Membaca

SEMOGA SUKA CERRITA AKU

JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TEMEN-TEMEN KALIAN.

Rekomendasi kan ya 💜

Love you..

Lanjut atau tidak?

Gimana kurang agresif si Ana?

Atau Aditya kurang errr? Wkwkkw

Jangan lupa follow Instagram author

@wgulla_
@adityaarjanggi
@anatasya_ryhn

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top